DEMOCRAZY.ID - Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terbaru mengungkap peningkatan ketakutan sebagian besar masyarakat berbicara politik selama 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Survei itu mencatat 51 persen responden menyatakan takut bicara tentang masalah politik.
Angka tersebut terdiri dari 12,9 persen responden yang selalu takut bicara politik dan 37,7 persen responden yang sering takut bicara politik.
Sebanyak 47,3 persen responden termasuk orang yang tidak takut bicara politik.
Angka itu terdiri dari 29,6 persen responden jarang merasa takut bicara politik dan 17,7 persen lainnya tidak pernah takut bicara politik.
"Kalau sebelumnya belum pernah jadi kekuatan mayoritas orang yang takut bicara politik, tapi sekarang di masa akhir pemerintahan Pak Jokowi, yang takut bicara politik menjadi kekuatan mayoritas," kata pendiri SMRC Saiful Mujani dalam tayangan di kanal YouTube SMRC TV, Selasa (15/10).
Saiful Mujani mencatat orang yang takut bicara politik sebelum Jokowi menjabat presiden, tepatnya Juli 2014, berjumlah 22 persen. Jumlah itu bertambah menjadi 43 persen setelah Pilpres 2019.
Tren ketakutan bicara politik terus meningkat. Setelah Pilpres 2024, jumlah orang yang takut bicara politik menanjak, menembus angka 51 persen. Saat ini, jumlahnya lebih dari separuh responden.
Survei itu juga mengungkap ketakutan warga atas kesewenang-wenangan aparat penegak hukum naik dari 32 persen menjadi 51 persen. Ketakutan ikut organisasi naik dari 14 persen ke 28 persen.
Lalu ketakutan menjalankan agama naik dari 7 persen ke 21 persen.
Selain itu, persepsi atas pelanggaran konstitusi dan undang-undang oleh pemerintah melonjak dari 40 persen ke 52 persen.
"Menurunnya kinerja demokrasi dari demokrasi yang hampir terkonsolidasi sebelum Presiden Jokowi memimpin menjadi otokrat atau otoritarianisme telah terjadi, terutama pada lima tahun terakhir Indonesia di bawah kepemimpinannya," ucap Saiful.
Survei ini dilaksanakan secara nasional pada 4 hingga 11 Oktober 2024.
Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan jumlah sampel valid 994 orang. Margin of error sekitar 3,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sumber: CNN