POLITIK

Mulyono Berarti ‘Mulia’, Mengapa Jokowi Ganti Nama?

DEMOCRAZY.ID
Oktober 25, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Mulyono Berarti ‘Mulia’, Mengapa Jokowi Ganti Nama?



DEMOCRAZY.ID - Brayat Minulyo menjadi tempat yang sangat bersejarah bagi Presiden RI Joko Widodo. Di tempat ini Jokowi, panggilan akrab Joko Widodo, dilahirkan pada Rabu Pon, 21 Juni 1961.


Rumah Sakit Brayat Minulyo, yang terletak di Jalan Doktor Setiabudi, merupakan rumah sakit yang tergolong tua di wilayah Solo, Jawa Tengah.


Berdiri pada 8 Desember 1949 di Jalan Kebalen Nomor 2, Solo, Brayat Minulyo sebelumnya merupakan balai pengobatan dan rumah bersalin dengan kapasitas hanya enam tempat tidur.


“Rumah bersalin ini dirintis dan dikelola oleh suster-suster Biarawati Karya Kesehatan,” ujar Brigita Adventa Fajariani, juru bicara RS Brayat Minulyo, saat ditemui detikX, Kamis, 5 Januari lalu, di Solo.


Karena mengalami perombakan besar-besaran, ruang tempat Sujiatmi, ibu kandung Jokowi, melahirkan sekarang sudah dipugar dan menjadi ruang farmasi.


“Ini bangunan baru semua, sudah tidak kelihatan lagi. Terakhir renovasi tahun 2005 ketika Pak Jokowi jadi Wali Kota Solo. Yang meresmikan Pak Jokowi sendiri,” ucap Fajariani.


Ditambahkan dia, semua catatan kelahiran dan riwayat medis kelahiran Jokowi sampai saat ini masih tersimpan rapi di ruang arsip rumah sakit tersebut.


Sementara itu, berdasarkan fotokopi akta kelahiran yang dikeluarkan Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surakarta pada 3 November 1988 yang diperoleh detikX, Jokowi lahir dari pasangan Sujiatmi dan Notomiharjo.


Akta kelahiran itu dilegalisir pada Maret 2005 saat Jokowi hendak maju menjadi calon Wali Kota Solo. Saat melahirkan Jokowi, Sujiatmi dan suaminya, yang bernama lengkap Wijiatno Notomiharjo, masih tinggal di Srambatan, Solo.


Mereka baru memulai usaha jual-beli kayu di daerah itu sebelum akhirnya pindah ke Pasar Pring (Pasar Bambu) di Gilingan. “Orang tua Jokowi masih mengontrak di sana (Gilingan),” ujar Miyono Suryo Sarjono kepada detikX di rumahnya.


Miyono merupakan kakak kandung Sujiatmi. Ia sendiri menjadi saksi saat Sujiatmi melahirkan Jokowi di Rumah Sakit Brayat Minulyo 56 tahun yang lalu.


Miyono masih ingat betul bagaimana dia dan istrinya harus bolak-balik ke rumah sakit menjelang kelahiran Jokowi. Maklum, Jokowi merupakan anak pertama Sujiatmi. Apalagi, saat melahirkan Jokowi, usia Sujiatmi baru 18 tahun.


“Ketika mengantarkan ke rumah sakit saat ibunya melahirkan (Jokowi), bapaknya itu bersama saya dan istri saya,” ujar Miyono.


Sementara itu, mengenai siapa ayah dan ibu Sujiatmi, menurut Miyono, adalah Wirorejo dan Sani, yang berasal dari Dusun Gumukrejo, Kelurahan Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah.


Selain dirinya dan Sujiatmi, Miyono menyebut orang tuanya memiliki anak bungsu bernama Setiawan Prasetya. Wirorejo sendiri adalah penjual kayu, yang kelak pekerjaan ini menurun ke anak-cucunya.


Sedangkan berdasarkan keterangan Mukiyem, pengasuh Jokowi semasa kecil, kakek dan nenek Jokowi sempat membawa cucunya itu ke Giriroto setelah dilahirkan.



“Ibunya Jokowi saat itu masih muda, belum pengalaman mengurus bayi. Makanya Jokowi dibawa ke Giriroto selama 40 hari,” ucap Mukiyem, yang sering dipanggil dengan sebutan Mbok Yem, saat berbincang dengan detikX di rumahnya, Dusun Demen, Kelurahan Jeron, Kecamatan Nogosari, Boyolali.


Lepas 40 hari, ucap Mbok Yem, Jokowi dibawa kembali ke Solo. Nah, sejak itu pula Mbok Yem, yang masih ada hubungan kerabat dengan keluarga Wirorejo, diminta mengasuh Jokowi saat masih bayi.


“Saya mengasuh Jokowi sejak dia masih merangkak sampai sekolah TK,” ujar Mbok Yem mengenang.


Ia juga mengatakan, saat masih bayi, Jokowi diberi nama Mulyono. Namun, karena sering sakit-sakitan, namanya kemudian diganti menjadi Joko Widodo hingga sekarang.


Kata Mbok Yem, dalam bahasa Jawa, nama “widodo” berarti sejahtera dan sehat selalu. Makanya nama itulah yang disematkan pada Jokowi saat masih bayi.


Informasi yang sama disampaikan Heru Purnomo, paman Jokowi dari garis ayah, yang tinggal di Desa Kragan, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah.


“Iya, dulu nama Jokowi itu Mulyono. Karena saat balita sering sakit-sakitan, namanya diganti jadi Joko Widodo,” ujar Heru, yang merupakan adik bungsu Notomiharjo.


Meski sebagai paman, usia Heru hanya terpaut tiga tahun lebih tua dari Jokowi. Itu sebabnya, saat kecil keduanya sering bermain bersama bila Jokowi berkunjung ke rumah kakeknya, Lamidi Wiryo Miharjo.


Sang kakek saat itu menjabat Kepala Desa Kragan. Dia menjabat selama 32 tahun sampai wafat pada 11 November 1986.


Menurut Heru, ayahnya awalnya adalah seorang carik atau sekretaris desa sejak 1948. Karena dia dianggap berprestasi, Lamidi diangkat menjadi lurah pada 1954.


“Karena kinerjanya bagus itu, jadi pilihan semua warga. Sampai dijuluki Mbah Lurah,” kata dia.


Sebenarnya leluhur Lamidi juga berasal dari Giriroto, desa tempat keluarga ibu Jokowi tinggal. Hanya, dua keluarga besar ini tinggal di dusun berbeda.


Keluarga Notomiharjo tinggal di Dusun Kelelesan, sedangkan keluarga Sujiatmi tinggal di Dusun Gumukrejo. Jarak kedua dusun itu hanya 500 meter.


“Saat usia 8 tahun, kakak saya (Notomiharjo) dibawa ke Kragan, saat ayah saya jadi kepala desa di sini (Kragan),” tutur Heru.


Meski begitu, saat remaja, Notomiharjo sering tinggal di Giriroto bersama neneknya. Nah, di desa itulah ia bertemu, bermain, dan memadu kasih dengan Sujiatmi.


Kenangan pertemuan Notomiharjo dan Sujiatmi ini terekam dalam buku Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi, Kisah Perempuan Pengajar Kesederhanaan, yang terbit pada 2014.


Dalam buku itu dikisahkan, orang tua Jokowi saat kecil sering bermain bersama. Perkenalan keduanya terjadi lewat permainan gobak sodor atau yang dalam bahasa Inggris disebut go back through the door.


Saat itu Sujiatmi masih duduk di bangku SMP, sedangkan Notomiharjo sudah SMA. Dan kala itu Sujiatmi sering diantar sekolah oleh Notomiharjo dengan sepeda motor BSA produksi The Birmingham Small Arms, Inggris.


Rupanya sepeda motor BSA dan kepiawaian Notomiharjo bermain gobak sodor membuat Sujiatmi kepincut dan jatuh hati. Apalagi wajah Notomiharjo begitu rupawan di mata Sujiatmi. “Pak Noto itu ganteng sekali,” ucap Sujiatmi di buku itu.


Keduanya pun berpacaran selama dua tahun dan kemudian menikah pada 23 Agustus 1959. Saat itu usia Sujiatmi baru menginjak 16 tahun, sementara Notomiharjo 19 tahun.


Dua tahun menikah, keduanya kemudian dikaruniai anak laki-laki, Jokowi. Berikutnya adik-adik perempuan Jokowi, yakni Iit Sriyantini, Idayati, dan Titik Ritawati, dilahirkan. Jokowi lantas menikah dengan Iriana dan dikaruniai tiga anak.


Sumber: DetikX

Penulis blog