DEMOCRAZY.ID - Konsistensi cagub Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun soal keyakinannya pandemi COVID-19 adalah manipulasi elite global tak tergoyahkan. Bahkan saat debat pilkada, keyakinan ini masih dipegang teguh.
Menurutnya, pandemi adalah agenda asing untuk menghancurkan ekonomi dengan cara menakut-nakuti rakyat.
"Bagaimana akan menuju kota global yang sejati kalau hati rakyatnya disakitin, pikirannya dirusak, dan badannya diracunin. Semua itu hanyalah omong kosong belaka!" ucapnya di JIExpo Kemayoran, Jakarta Utara, Minggu (6/10/2024).
Pensiunan polisi berpangkat Komjen (Komisaris Jenderal) ini memang dikenal dengan sejumlah kontroversi. Berikut daftarnya:
Nyamuk Wolbachia Kontrol Populasi Manusia
Pada November 2023, Dharma menolak tegas program penyebaran nyamuk Wolbachia untuk menekan populasi nyamuk Aedes Aegepti.
Dharma menjelaskan, para globalis yang tergabung dalam WMP yang didanai oleh Bill Gates Foundation sebesar 9 miliar dolar Amerika Serikat (AS) ini memanfaatkan kepolosan peneliti di perguruan tinggi dengan dalih kerjasama.
“Padahal ada agenda tersembunyi yakni kontrol populasi. Benang merahnya adalah SK Menkes yang mengatur penanganan DBD melalui nyamuk Wolbachia di lima kota termasuk Jakarta,” ujarnya.
Ia menyatakan, lewat nyamuk Wolbachia hidup manusia akan direkayasa oleh elite global, dikendalikan dalam satu sistem kehidupan yang diatur sedemikian rupa.
“Programnya adalah kontrol money, kontrol power dan kontrol populasi. Saat ini mereka sedang menjalankan program terakhir yaitu kontrol populasi dengan menggunakan teknologi secara terstruktur sistimatis dan masif. Media dikuasai agar tidak ada rakyat yang melek atas kebenaran. Merekalah globalis non state actor yang mengendalikan UN (PBB) dan seluruh negara di dunia termasuk NGO seperti WMP dan Save The Children yang saat ini terlibat dalam penyebaran Wolbachia,” ujar dia.
Pandemi Karya Elite Global
Ia pernah jadi sorotan saat tampil di kanal YouTube dr. Richard Lee, pada Januari lalu. Dalam tayangan itu, ia menyatakan bahwa pandemi COVID-19 telah direncanakan sejak tahun 2010 oleh Rockefeller Foundation dan disimulasikan tahun 2012.
Dia menjelaskan, bahwa tujuan utama dari rencana tersebut semata demi percepatan program digitalisasi. Dharma meyakini singkatan COVID merujuk pada Sertifikat Identitas Vaksin Digital.
Sementara angka 19 disebut memiliki kode tersendiri, di mana angka 1 merupakan buatan sementara 9 adalah kecerdasan. Jadi bila digabung, keduanya memiliki arti kecerdasan buatan.
"Sebagai identitas digital untuk menjadi persyaratan boleh ke mana-mana. Itulah yang permainan mereka. Mereka mengendalikan kita melalui sistem," ungkapnya seperti dikutip dari kanal YouTube dr. Richard Lee.
Ponsel Merusak Sel Tubuh
Pada Juni 2021, Dharma Pongrekun juga pernah mengklaim bahwa 'HP bisa merusak sel tubuh'.
Ketika ditanya tentang jurnal ilmiah yang menjadi rujukannya, ia pun mengungkit kisah Nabi Musa.
"Gimana tahu Musa membelah Laut Merah? Tolong tunjukkan jurnalnya. Tolong tunjukkan datanya. Tolong berikan hitungannya," ujar dia.
Dia mengklaim dirinya sebagai seorang praktisi ketika menjelaskan tentang dampak HP terhadap tubuh itu.
Dharma kemudian menuding jurnal ilmiah sebagai cara dunia untuk mengelabui manusia.
Ia melanjutkan bahwa gelombang elektromagnetik bersifat tak kasat mata sehingga dapat terkoneksi secara frekuensi. Dia pun mengajak orang yang tak setuju dengan pendapatnya untuk berdiskusi.
"Kalau saya berbicara out of the box, ditanya referensinya, saya bisa praktikkan. Dan saya bisa buktikan. Kenapa dunia selalu minta referensinya, minta jurnalnya, minta datanya. Karena itu adalah cara dunia mengelabui kita untuk membuat kita lambat mengantisipasi sesuatu yang belum ada referensinya. Belum ada datanya. Enggak bisa dihitung," ucap dia.
Sumber: Inilah