DEMOCRAZY.ID - Pada 20 Oktober mendatang, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029. Di hari yang sama, otomatis jabatan Presiden Joko Widodo pun akan berakhir.
Situasi ini menjadi sorotan media asing, salah satunya Reuters. Pada Selasa (15/10/2024), kantor berita yang bermarkas di London, Inggris itu menurunkan sebuah laporan dengan judul How Indonesia's outgoing Jokowi steered son Gibran to vice presidency.
Dalam laporan tersebut, Reuters mengutip narasumber 15 orang, termasuk sejumlah pejabat senior pemerintah dan penasihat politik yang bekerja erat dengan Gibran, Prabowo, dan Jokowi. Banyak dari narasumber tersebut berbicara dengan syarat anonim.
"Enam dari mereka menggambarkan bagaimana Jokowi mengarahkan putra sulungnya yang introvert yang kini berusia 37 tahun ke dunia politik sebagai bagian dari upaya untuk mempertahankan pengaruhnya setelah meninggalkan jabatan tinggi," demikian laporan Reuters.
"Empat orang juga memerinci bagaimana Prabowo mulai mendekati putra mantan pesaingnya sembilan bulan sebelum Mahkamah Konstitusi (MK) secara kontroversial menyesuaikan usia kelayakan untuk menduduki jabatan, yang memungkinkan Gibran untuk mencalonkan diri," tambah laporan tersebut.
Reuters menyoroti posisi Wakil Presiden yang memiliki sedikit kewenangan hukum, sehingga pengaruh Gibran akan bergantung pada hubungannya dengan Prabowo.
Lima orang yang dekat dengan presiden terpilih mengatakan posisi Gibran nantinya akan fokuskan pada digitalisasi ekonomi, mengawasi ibu kota baru (IKN), dan juga program pangan andalan Prabowo.
Gibran Sempat tidak Tertarik Dunia Politik
Jika beberapa presiden sebelumnya tetap bisa aktif menggunakan pengaruhnya usai meninggalkan kursi orang nomor satu di Indonesia dengan memimpin partai politik, tidak demikian dengan Jokowi.
Karena tidak memiliki 'mesin politik' serupa, Jokowi mulai mendorong putranya untuk mencalonkan diri sebagai wali kota Solo, kota di Jawa Tengah yang berpenduduk 500.000 jiwa.
Menurut enam orang yang mengetahui masalah tersebut, lapor Reuters, Gibran awalnya tidak tertarik, mengingat mantan pengusaha katering itu digambarkan 'tidak ambisius' dan 'sedikit penyendiri'.
"Tetapi Gibran mulai bersemangat, sebagian terinspirasi oleh adik iparnya Bobby Nasution, yang sedang mengembangkan profil regional terkemuka sebagai wali kota kota lain," kata salah satu orang tersebut.
Gibran pun mencalonkan diri dan menang sebagai kandidat dari Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP), partai di mana Jokowi bernaung.
Namun, hubungan antara Jokowi dan PDIP putus tahun lalu karena Ketua Umum Partai Megawati Soekarnoputri menolak upaya Jokowi untuk memperpanjang masa jabatannya, kata Sekretaris PDIP Hasto Kristiyanto, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Ia juga menyebut dukungan Jokowi untuk Gibran "secara tidak langsung... sebagai cara baginya untuk memperpanjang masa jabatannya."
Perpecahan itu membawa Jokowi dan putranya ke kubu Prabowo. Titik balik terjadi pada April 2023, ketika Jokowi diberi tahu oleh Megawati tentang calon presiden partai itu hanya sehari sebelum pengumuman.
Menurut lima anggota dan penasihat partai, Jokowi menganggapnya sebagai indikasi bahwa ia tidak akan dapat memengaruhi calon itu nanti.
Komunikasi Gibran yang Canggung
Peneliti Pusat Riset Politik-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Dr Firman Noor yang diwawancarai Reuters menyebut Gibran tidak memiliki keterampilan politik seperti ayahnya, Presiden Jokowi.
"Jokowi memiliki hubungan dengan rakyat, tetapi Gibran canggung," kata Firman.
Menurut informasi, penasihat Jokowi sempat memperingatkannya pada tahun 2020 saat Gibran mencalonkan diri sebagai wali kota tentang gaya komunikasinya yang buruk.
"Jokowi mengakui kekhawatiran tersebut tetapi percaya bahwa posisi yang pernah dipegangnya adalah tempat pelatihan yang baik untuk politik nasional," menurut salah satu narasumber.
Jokowi bahkan juga memanggil jaringan relawannya yang berpengaruh, Projo, untuk membantu kampanye Gibran.
Namun Panel Barus, seorang pejabat senior kelompok tersebut, mengatakan bahwa Projo bertindak atas kemauannya sendiri.
Masih dalam laporan Reuters, para pembela Gibran mengatakan bahwa ia telah meningkat sebagai komunikator politik.
Sebagian besar pengamat setuju bahwa ia tampil baik melawan dua pesaing yang lebih berpengalaman selama debat televisi wakil presiden tahun ini.
"Ia tidak banyak bicara, tetapi ia pendengar yang baik. Ia mendengarkan dan mencerna, lalu ia membuat keputusan," kata mantan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, bagian dari tim kemenangan Gibran.
Ambisi Prabowo
Bertekad untuk memenangkan kursi kepresidenan setelah dua kekalahan berturut-turut dari Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019, Prabowo mulai beralih ke Gibran pada Januari 2023, kata dua sumber Reuters yang dekat dengan kedua politisi tersebut.
Saat itu, calon presiden dan wakil presiden harus berusia minimal 40 tahun. Namun sembilan bulan kemudian, Mahkamah Konstitusi (MK) membuat pengecualian batasan usia yang memungkinkan Gibran dicalonkan.
"Ketua MK adalah Anwar Usman --paman Gibran dan saudara ipar Widodo. Dia kemudian dinyatakan bersalah atas pelanggaran etika karena memimpin kasus tersebut, di mana dia memiliki konflik kepentingan, namun keputusannya tetap berlaku," tulis Reuters.
Juru bicara Prabowo dan Jokowi membantah terlibat dalam keputusan pengadilan tersebut.
Bahkan sebelum keputusan pengadilan menyatakan Gibran memenuhi syarat, Prabowo sudah merayunya sebagai calon wakil presiden.
Prabowo telah meminta Gibran menjadi cawapresnya sebanyak tujuh kali, termasuk satu kali melalui surat, kata salah seorang narasumber, seraya menambahkan bahwa Gibran menyetujuinya setelah permintaan ketiga.
Dukungan dari Jokowi, yang sangat penting bagi kemenangan Prabowo, hanya muncul beberapa minggu sebelum batas waktu pendaftaran pada bulan Oktober 2023, kata dua sumber.
Gibran telah mendapatkan popularitas yang luas di kalangan pemilih Gen Z di Indonesia, yang merupakan mayoritas penduduk, menurut laporan Reuters sebelumnya.
Foto-foto yang diambil saat Gibran sedang mengemasi kantornya awal tahun ini menjadi viral, dengan banyak orang mengunggah komentar tentang mainan dan action figure koleksi yang dipajangnya.
“Gen Z menyukainya,” kata Emil Dardak, yang juga mantan penasehat Gibran.
"Mereka melihatnya dan berpikir, 'orang ini adalah saya'."
Sumber: Inilah