CATATAN POLITIK

'Masih Sempat, Jokowi Mundurlah Bangsa Ini Capek Mengurus Kamu!'

DEMOCRAZY.ID
Oktober 03, 2024
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
'Masih Sempat, Jokowi Mundurlah Bangsa Ini Capek Mengurus Kamu!'


'Masih Sempat, Jokowi Mundurlah Bangsa Ini Capek Mengurus Kamu!'


Oleh: Damai Hari Lubis


Jangan biarkan Jokowi tetap menjadi presiden, dia sudah menjadi musuh publik  karena sifatnya yang buruk dan tercela (orang bodoh licik) namum memimpin para tokoh intelektual lintas SARA dan para akademisi rakus lintas disiplin ilmu, lalu menjadi serendah debil, dan dia Gibran bakal putra mahkota yang dipastikan tidak juga memenuhi syarat untuk menjadi wakil presiden.


Apakah kita semua akan mereka Jokowi dan keluarga seret menjadi para manusia lugu berikutnya, nan terimbas menjadi embisil-embisil ?


Lebih baik dan lebih bijaksana dan bijaksini jika dia diganti, sementara dengan angin, kala pembacaan pemberhentian, sebab situasi kondisi darurat (force mejeur), impeachment sekian detik sebelum habis masa jabatannya pada Minggu, 20 Oktober 2024. 


Secepatnya (tanpa jeda) oleh sebab asas teori dan sistim organisasi pada umumnya, tak boleh lowong, kosong dari kepengurusan kepemimpinan walau sekian detik, maka langsung kan bergulir kepada momentum pelantikan presiden RI ke 8 Let Jen Purn Prabowo Subianto, juga melalui  pemberhentian melalui angin, terhadap sosok wakil, oleh seorang tokoh siapapun yang berlipat ganda kualitas dari hasil seorang paman yang dipaksa dilegitimasi atas dasar pemilu pilpres, maka hapuskan sisa residu paman yang dipecat akibat ulah legitimasi.


Segera lantik putra tebaik kedua bangsa ini menjadi Wapres RI. Oleh ketetapan para wakil rakyat yang baru dan segar, menjadi sosok wakil presiden yang bakal membantu dan mendampingi sang Presiden RI.


Selebihnya pola pemberhentian Presiden dan penggantian calon wapres ini menjadi metode pemberhentian kepada Presiden dan bakal Wapres dalam keadaan negara darurat dari pelaku dan bakal pelaku kejahatan anak beranak. 


Sebagai kesepakatan sebuah bangsa yang bermoral untuk tegas menolak ditipu para pendusta pandir dan bodoh, kenapa mereka patut di sebut bodoh, mereka anak beranak merasa dapat menipu sebanyak ratusan juta orang, bahkan milyaran manusia di muka bumi tepat di bawah langit.


Semua metode ini, untuk bangsa yang harus mendapat kehormatan karena berhasil melepaskan cengkraman dari bangsa  kolonial dan tersadar bangkit melengserkan pendusta komprador calon monarki absolut yang bernama Joko Widodo yang tak jelas rimba pendidikannya serta antah berantah asal usul.



'Keluarganya Suka Bikin Kontroversi, Jokowi Sudah Tak Berdaya: Game Over!'


Jokowi sekarang sepertinya sudah benar-benar “out of the game.” Isu fufufafa—apa pun itu artinya—dan gratifikasi mengguncang reputasi beliau. 


Sayangnya, partai-partai pendukung? Pada mingkem. Nggak ada yang mau angkat bicara. Semua play safe. 


Anak-anak Jokowi pun kena imbas, tapi kok ya nggak ada yang pasang badan?


Di event nasional terakhir, Jokowi tampak lonely. Kalah pamor sama Presiden baru, Prabowo. 


Kalau diibaratkan pesta, Jokowi ini seperti tamu yang datang tapi nggak ada yang ajak ngobrol. 


Semua sibuk dengan euforia presiden baru. Where’s the love?


Ada rumor soal “kelompok berani mati” yang katanya mau apel siaga untuk defend Jokowi. 


Tapi malah makin memperburuk image. Terlihat seperti gimmick murahan. Niatnya sih buat show of force, tapi kenyataannya? Flat.


Begundal-begundalnya juga sudah pada pindah ke “power center” baru. Jokowi pun ditinggal. 


“Kingmaker”? Udah nggak. 


Satu per satu aliansi politiknya pindah haluan. The tide has turned, dan Jokowi, sayangnya, udah nggak bisa fight back. Kekuasaan rontok. Influence? Gone.


Intinya, Jokowi sudah jadi bystander di game politik. Legacy? Bisa-bisa jadi “cautionary tale” kalau terus-terusan dibiarkan. ***


'Fufufafa dan Aksi Premanisme, Su'ul Khatimah Bagi Jokowi'



Akhir tragis seorang Presiden Pembohong sepertinya bakal menimpa Jokowi. Bahkan mungkin juga akan berlanjut dengan menyeret keluarganya yang korup, sebagaimana yang sudah dilaporkan oleh Ubaidillah Badroen ke KPK tapi tidak pernah diproses hukum.


Fufufafa yang mencitrakan karakter buruk seorang Gibran, putra Jokowi yang tak bermoral dan rasis belum juga usai, sekarang muncul kasus aksi premanisme kepada warga negara yang sedang melaksanakan hak konstitusionalnya untuk menggelar diskusi kebangsaan, tapi malah diobrak-abrik. 


Padahal acara diskusi diaspora tersebut sedang live ke seluruh dunia. Apa pun alasannya, teror terhadap warga sipil dengan aksi anarkis adalah tindakan melawan hukum.


Polisi yang berjaga di luar malah tampak takut atau mungkin “berdamai” dengan para perusuh. Diduga aksi premanisme tersebut sangat terencana dan dikendalikan penguasa. 


Upaya polisi untuk memburu 10 orang terduga kerusuhan jadi terkesan sandiwara saja, apalagi selang beberapa hari Korlap aksi premanisme justru muncul di acara Rapat Pleno Partai Golkar.


Diduga Aksi Premanisme itu bagian dari upaya pembungkaman dan pemberangusan rezim Jokowi terhadap para aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang di antara presidiumnyavadalah Jend. Gatot Nurmantyo dan Din Syamsuddin. KAMI sejak awal memang terus dibidik untuk dihancurkan.


Baik kasus Fufufafa maupun Aksi Premanisme tidak bisa terlepas dari peran Jokowi sebagai penguasa baik langsung maupun tidak langsung.


Kepemimpinan Jokowi yang awalnya dipuji-puji tapi berakhir dengan caci maki dan penghinaan diri.


Kini Jokowi telah menjadi musuh rakyat, dijauhi pendukungnya, dikutuk masyarakat dunia, dan bakal diincar penegak hukum untuk dipenjara setelah lengsernya. 


Bahkan, sebagai seorang pendusta dan zalim akan dikutuk Allah, para Malaikat-Nya dan alam semesta.


10 tahun memerintah Jokowi telah menyalahgunakan kewenangannya sebagai pejabat negara untuk memperkaya diri dan memberi jabatan tanpa proses meritokrasi dan rekeuitmen yang benar kepada keluarganya dan kroni-kroninya.


Setiap perbuatan selalu membawa konsekwensi dan pertanggung jawaban di akhir, baik dunia maupun di akhirat.


Sangat benar firman Allah swt :


من عمل صالحا فلنفسه ومن أساء فعليها وما ربك بظلام للعبيد ﴾ [ فصلت: 46]


“Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya).”


Kekuasaan Jokowi yang tinggal sekitar 3 pekan, bakal berakhir dengan suu-ul khatimah. Tidak ada tanda-tanda untuk bertaubat. 


Sebagai seorang yang telah menghancurkan seluruh tatanan bernegara, Jokowi layak dihukum seberat-beratnya. ***


'Jokowi Sudah Tamat, Gigi Taring dan Gerahamnya Sudah Banyak Copot'



Baiknya kita mulai dari barisan ulama oposan nomor wahid HRS. Cap Baja.


Beliau sudah terang-terangan menyatakan, “hati-hati, presiden baru dari toksit, masa iya bangsa ini dipimpin oleh fufufafa yang hanya ‘lulus SMP’, bagaimana nasib kita bangsa ini”.


Seiring dengan gejala-gejala fenomena perkembangan politik yang eksis. Prediktif yang berbasis informasi data, Prabowo Subianto bakal Presiden RI. 


Sejak 20 Oktober 2024 Beliau sudah menunjukan gen seorang Jendral yang sesungguhnya, namun cukup apik, diantaranya tetap mau diajak “pelesiran” dalam rangka perayaan HUT  Kemerdekaan RI yang ke-79, pada 17 Agustus 2024 di IKN. 


“Ibukota tak bertuan” namun tetap masih sah wilayah NKRI, karena batal aneksasi 190 tahun menjadi negara filial Tiongkok.


Dan “aksi” Prabowo yang terukur sebelum pelesiran ke IKN. Terkait Program TAPERA yang menipu bangsa ini, tak mampu terbantahkan oleh Jokowi, yang sudah diputus batal oleh Prabowo, yang nota bene seorang Menhan. 


Cukup dengan contoh kalimat, “TAPERA nanti akan saya kaji ulang”. Maka TAPERA KANDAS, SELESAI.


Sinyal sikap tegas Prabowo kepada ego brengsek Jokowi lainnya adalah, IKN akan Ia gagalkan, entah “apakah bakal dialih fungsikan menjadi musium dan sel tahanan”, hal ini belum mendapat konfirmasi bahkan tanpa ada kisi-kisi dari (pihak) Prabowo. 


Namun tanpa butuh konfirmasi dari pihak manapun andai dihubungkan dengan biografi Jokowi, tentunya tidak sejelas biografi Prabowo, baik garis keturunan keluarga, ijasah maupun kelulusan pendidikan, tentu alumni AKMIL, dan kepangkatan Prabowo di TNI merupakan kejelasan. Sementara identitas Jokowi masih terus digunjingkan.


Selanjutnya, Beliau Prabowo sudah terang-terangan menyampaikan sinyal biru, program IKN yang “nir akal” bakal di-setop, dengan mendahulukan program akal sehat para pakar, sesuai kebutuhan sebagian besar rakyat bangsa ini yang berpenduduk padat, yakni program membangun tanggul air raksasa, GIANT SEA WALL dari Jkt-Gresik, yang nilai anggaranya cukup menyelesaikan kebutuhan beberapa pusat perkantoran pemerintahan berikut fasilitasnya plus biaya kepindahan ASN dari Jakarta ke Paser-Senajam IKN.


Sementara Jokowi yang LLKD/ lunglai lesu kurang darah tetap saja dengan residu kekuasaan berlanjut mengigau seperti bocah.


Namun segala program fasis mini atau deskripsi politik fantasi, cita-cita monarki sempit politik Jokowi telah hancur berantakan. Indikatornya ?


1. Jokowi gagal, selaku beking kuat Ketua KPU.RI Hasyim Ashari, yang hobi melakukan a susila (penggelapan dendeng basah), diberhentikan oleh sidang etik DKPP;


2. Jokowi gagal di MK. walau Kaesang “Pangarep-arep,” lulus dari kroninya di MA.;


3. Jokowi gagal perjuangkan Kaesang di senayan, lantaran tidak kuorum. Alasan para penghuni gedung parlemen, mereka serentak terserang diare atau mencret;


4. Jokowi tetap dipermasalahkan oleh tuduhan publik perihal penggunaan ijasah palu UGM;


5. Anak Jokowi Gibran, 99% lebih, analisis pakar adalah pemilik akun fufu fafa yang menghinakan Prabowo (Menhan dan Presiden terpilih) dengan pola melanggar adab dan moralitas bangsa dan beberapa ketentuan sistim hukum. Dua diantaranya melanggar  UU. Perlindungan Data Pribadi dan UU. ITE.;


6. Jokowi, tidak berhasil hancurkan Partai PDIP yang pernah Ia khianati;


7. Jokowi yang punya andil dalam memaksa Airlangga Hartarto turun, ternyata tidak dipilih sebagai Ketua Dewan Pembina Golkar;


8. Jokowi tanpa sadari kini dikepung oleh para tokoh berbagai partai eks “musuh politiknya” yang sengaja Ia organisir, lalu manjadi mata pisau mengarah dirinya, menjadi karma politik berupa dendam daripada jeratan rantai besi yang pernah Jokowi kunci di leher mereka.


Dan akhirnya politik rantai besi Jokowi, bukan hal yang absurd atau tidak mustahil sebentar lagi bakal mendera punggung Jokowi dan punggung para keluarganya.


Maka inline judul artikel dengan untaian materi yang disajikan sesuai fakta dan peristiwa dengan sedikit inovatif sebagai hak imajinatif penulis, maka tidak keliru narasi ini diberi judul 'Jokowi Sudah Tamat, Gigi Taring dan Gerahamnya Sudah Banyak Copot'. ***

Penulis blog