DEMOCRAZY.ID - Kejaksaan Agung menetapkan Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong sebagai tersangka kasus korupsi impor gula pada Selasa, 29 Oktober 2024.
Penetapan tersangka Tom Lembong berkenaan dengan perannya ketika menjabat sebagai Menteri Perdagangan 2015-2016.
Tom Lembong diduga terlibat dalam pemberian izin importir gula kristal mentah sebanyak 105 ribu ton.
"Saudara TTL diduga memberikan izin impor gula kristal mentah 105 ribu ton kepada PT AP, yang kemudian gula kristal mentah tersebut diolah menjadi gula kristal putih," kata Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung, Abdul Qohar pada Selasa, 29 Oktober 2024.
Sebelum menjadi tersangka Kejagung, Tom Lembong pada Pilpres 2024 lalu menjadi bagian dari tim pemenangan pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
Kerabat Anies ini ditunjuk menjadi Co-Captain Timnas Anies-Muhaimin atau AMIN.
Tom Lembong, yang pernah menjadi penasihat ekonomi dan penulis pidato Presiden Jokowi, mulai getol mengkritik pemerintahan Jokowi. Salah satunya ialah soal masalah hilirisasi.
Menurut Tom Lembong, ada tiga permasalahan program hilirisasi milik Jokowi ini.
Pertama, Tom menyebut bahwa hilirisasi industri yang dijalankan saat ini tidak berorientasi pada pasar.
Kritikannya yang kedua, program hilirisasi Jokowi dinilai terlalu fokus dan terobsesi pada nikel, baterai, dan kendaraan listrik.
Masalah ketiga yang disoroti Tom Lembong ihwal hilirisasi ialah dampak lingkungan gang diciptakan.
"Standar lingkungan hidup di sektor pertambangan maupun smelter jauh dari yang diperlukan. Setelah nikel dikeluarkan, itu tanah jadi toksik. Dampak emisi rumah kacanya juga bikin parah krisis iklim," katanya, pada Rabu, 6 Desember 2023.
Menteri-menteri Jokowi Bantah Kritik Tom Lembong
Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) saat itu, Bahlil Lahadalia sempat menanggapi kritik Tom Lembong.
Pemerintah, kata Bahlil, optimistis hilirisasi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan nilai tambah, dan mendorong kedaulatan negara. Ia pun menampik bahwa hilirisasi hanya berfokus di nikel.
"Saya dengar dan baca itu ada TPN salah satu paslon (pasangan calon presiden dan wakil presiden) yang mengatakan karena baterai (kendaraan listrik)," ucap Bahlil saat ditemui di sela-sela Rakornas Investasi Tahun 2023 pada Kamis, 7 Desember di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Menurut dia, hilirisasi jangan diartikan hanya satu produk baterai. Tapi, produk turunan hilirisasi itu ada stainless steel, baja, dan sebagainya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan juga membalas kritik Tom Lembong soal harga nikel anjlok gara-gara hilirisasi. Luhut menunjukkan kegeramannya kepada Tom Lembong secara terbuka media sosial.
"Anda perlu melihat data panjang sepuluh tahun terakhir. Anda kan pebisnis juga," kata Luhut melalui postingannya di Instagram resmi @luhut.pandjaitan, Rabu, 24 Januari 2024. "Siklus komoditi itu naik turun. Apakah itu batu bara, nikel, timah, emas, apa saja."
Luhut juga mengklaim harga nikel saat ini lebih baik ketimbang sebelum pemerintah menjalankan hilirisasi.
Ia menyebut selama 10 tahun terakhir, sejak 2014, rata-rata harga nikel dunia adalah US$ 15 ribu.
Harga nikel saat itu, kata Luhut, lebih rendah ketimbang harga sekarang atau setelah melakukan kebijakan hilirisasi.
Bahkan, pada awal periode hilirisasi, rata-rata harga nikel dunia hanya sekitar US$ 12 ribu.
"Jadi, saya nggak ngerti bagaimana Tom Lembong ber-statement seperti ini. Bagaimana anda memberikan advice bohong kepada calon pemimpin yang Anda dukung," ujar Luhut. "Saya sedih melihat Anda."
Oleh karena itu, Luhut mengaku jadi meragukan intelektual Tom Lembong. "Oke, mungkin betul anda intelektual. Tapi karakter anda, menurut saya tidak bagus."
Perkara hilirisasi, Luhut berpesan kepada Tom Lembong agar tidak menceritakan hal yang tidak sepenuhnya benar.
Meskipun, Tom Lembong yang dulu pernah menjabat Menteri Perdagangan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Menteri Investasi, sudah tidak lagi di jajaran pemerintah.
"Ceritakan apa yang bagus. Pernah kita inflasi di bawah 3 persen? Kan baru sekarang. Pernah 44 bulan kita surplus ekspor? Kan baru sekarang," kata Luhut.
"Apa itu? Ya hilirisasi."
Sumber: Tempo