POLITIK

Keren! Presiden BEM Fisip Unair Mengaku Tak Kapok Usai 'Diteror' Gegara Kirim Karangan Bunga

DEMOCRAZY.ID
Oktober 29, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Keren! Presiden BEM Fisip Unair Mengaku Tak Kapok Usai 'Diteror' Gegara Kirim Karangan Bunga



DEMOCRAZY.ID - Presiden BEM Fisip Universitas Airlangga, Tuffati Ullayah mengaku tidak kapok meski sempat mendapat teror usai kirimkan karangan bunga untuk Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka. 


Tuffa bersama rekan-rekannya bakal terus mengeluarkan kritik tajam terhadap pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.


Tuffa mengaku sempat diteror oleh orang-orang tak dikenal ketika karangan bunga berisi kritikan pedas yang dibuat BEM FISIP Unair viral dan menjadi perbincangan publik. 


 "Tekanan itu datang dari buzzer, orang-orang yang tidak dikenal, yang mengontak saya secara personal di Whatsapp. Komentar-komentar yang Ad Hominem di media sosial saya," ujar Tuffa seperti dikutip dari KompasTV yang tayang pada Senin (28/10/2024). 


Setelah foto karangan bunga itu viral, pihak Dekanat sempat membekukan BEM FISIP Unair, tetapi pada akhirnya dicabut setelah membahas perihal pembekuan tersebut dengan Tuffa selaku perwakilan BEM. 


"Jadi dari BEM FISIP dengan pihak dekanat tadi menyamakan pandangan bahwa dekanat berpandangan bahwa kritik itu harus disampaikan dengan koridor akademik dengan penggunaan bahasa yang baik," ujarnya. 


Tuffa akhirnya bersepakat bahwa pihak BEM ke depan akan mengolah-olah penggunaan kata yang lebih baik tetapi tetap tegas, kritis dan berani. 


Kendati demikian, Pihak BEM FISIP Unair, kata Tuffa, tak menyesalkan penggunaan kata dalam karangan bunga yang sudah tersebar viral di media sosial. 


"Ini akhirnya bukan sebuah penyesalan dari BEM FISIP karena kami menganggap bahwa substansi kami dari karangan bunga itu tidak keliru atau tidak bisa dibatalkan, artinya tidak bisa disalahkan juga karena itu bentuk ekspresi dari teman-teman," pungkasnya. 


Sebuah kedunguan


Pengamat politik, Rocky Gerung, menilai langkah represif yang dilakukan Dekan FISIP Unair justru kontraproduktif jika bertujuan sebagai pengendalian terhadap kebebasan mahasiswa dalam berdemokrasi.


Rocky mengatakan tindakan represif itu menimbulkan keramaian di media sosial yang malah menjadi boomerang bagi pihak kampus. 


Gelombang kritisisme itu dinilai akan menular ke pihak BEM kampus lainnya.  


"Saya bisa bayangkan di pojok-pojok kafe, kantin atau kantor BEM. Itu mulai terjadi keributan yang juga kelucuan karena mereka pasti ya antara merasa kesal karena dibubarin atau dibekukan tapi juga seneng karena akhirnya berita muncul lagi dari Unair karena kritisisme masih ada pada Mahasiswa Unair."


"Lalu, ini akan tertular pada BEM yang lain kan pemerintah atau rektoran ini enggak ngerti BEM adalah jaringan bawah tanah sebetulnya yang terkoneksi secara samizdat," ujar Rocky Gerung seperti dikutip dari Rocky Gerung Official di Youtube yang tayang pada Senin (28/10/2024). 


Kata Samizdat merujuk kepada bentuk aktivitas pembangkangan di Blok Timur. Tindakan ini dilakukan untuk menghindari penyensoran resmi Soviet.


Gerakan Samizdat mereproduksi tulisan-tulisan yang dilarang kemudian membagikannya secara diam-diam kepada publik Samizdat biasanya mengkritik praktik pemerintah Soviet.


Kemudian di tengah era media sosial saat ini, alih-alih tindakan represif terhadap BEM FISIP Unair ini bisa mengendalikan situasi, justru malah membuat keramaian di masyarakat. 


"Sekarang enggak mungkin diam-diam lagi, banyak ada sosial media sekali diucapkan di sebuah potongan TikTok atau Instagram itu langsung seluruh dunia tahu," katanya.


Rocky pun menyebut tindakan sang dekan merupakan sebuah kedunguan. 


"Jadi bayangkan misalnya perilaku yang ditunjukkan oleh Dekan Unair itu akan dicatat sebagai kedunguan, sebagai yang disebut kedunguan karena dianggap bisa menghentikan."


"Enggak mungkin dihentikan, justru jadi viral maka berbondong-bondong orang untuk mem-bully dekannya atau mem-bully rektornya," pungkasnya. 


Resmi dicabut


Pembekuan BEM FISIP Unair resmi dicabut pada Senin (28/10/2024).


Dekan FISIP Unair, Prof Dr Drs Bagong Suyanto MSi pun menjelaskan soal maksud pembekuan BEM FISIP Unair dalam surel yang beredar pada Jumat (25/10/2024).


Sebetulnya yang dibekukan adalah Kepengurusan BEM FISIP Unair, bukan lembaganya.


Tiga orang yang secara fungsionalis bekukan sesuai dengan hasil pemeriksaan Komisi Etik, yaitu Presiden BEM FISIP Unair, Wakil ketua BEM FISIP, dan Menteri Kajian Politik dan Kajian Srategis. 


"Tiga orang itu yang bukan dibekukan, diminta untuk tiarap dulu. Untuk tidak dulu mewakili bersuara, mewakili BEM sebagai sebuah lembaga.


Untuk diketahui BEM FISIP Unair saat ini diketuai oleh Tauffahati Ullayyah Bachtiar atau yang akrab disapa Tuffa.


"Tapi tadi Mbak Tufa juga sudah menjelaskan apa yang menjadi kesepakatan dan anggota BEM yang lain juga mengamini, itu sudah didiskusikan," ujarnya usai melakukan pertemuan terbatas dengan pengurus BEM di kampus setempat, Senin (28/10/2024).


Berdasarkan pertemuan tersebut, pihaknya dan BEM sudah sepakat tidak mengembangkan kultur yang terbiasa menggunakan diksi yang kasar di dalam kehidupan politik.


"Sepenuhnya karena diksi ya, jadi pihak Dekanat itu, kami ini kan sering menulis ya. Menulis yang mengkritik ketika ada penulis politisi yang menggunakan diksi yang kasar, yang menurut saya tidak mendidik bangsa Indonesia.


Nah ketika anak kami melakukan hal yang sama, tentu menjadi tugas moral kami untuk mengingatkan supaya tidak ikut-ikutan larut dalam kegiatan politik yang menggunakan diksi-diksi yang tidak sopan, yang kasar,"tegas dosen Departemen Sosiologi FISIP Unair ini.


Ia pun paham jika BEM memiliki hak untuk menyuarakan apa yang menjadi aspirasi mereka. Namun, pihaknya memastikan kepada BEM untuk tidak lupa marwah akademiknya.


"Saya kira Mbak Tufa dan kawan-kawan sudah dewasa ya, kami memberi kebebasan pada mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi sosial politiknya.


Tentu harus bertanggung jawab, apa yang disampaikan tentu harus berdasar, apa yang disampaikan tentu bisa menjadi sesuatu yang bisa dipertanggung jawabkan dan itu sudah disepakati oleh Mbak Tufa dan teman-teman,"lanjutnya.


Bagong menekankan bahwa peristiwa pembekuan ini dilakukan saat akhir pekan, sehingga dialog lanjutan baru bisa dilakukan saat awal pekan depannya. 


"Seumpama tidak kemarin hari libur, mungkin tidak perlu ada surat ya, sudah bisa segera ketemu.


Saya tidak mau dalam posisi sebagai pihak yang seolah-olah membiarkan pelanggaran etika akademik terjadi. Karena penggunaan hate speech itu, itu sesuatu yang tidak benar secara politik," tegasnya.


Sebelumnya diberitakan, BEM FISIP Unair dibekukan buntut memasang karya seni satire berbentuk karangan bunga yang ditujukan untuk memberi ucapan selamat atas pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih di Taman Barat FISIP. 


Karangan bunga itu bertuliskan "selamat atas dilantiknya jenderal bengis pelanggar HAM dan profesor IPK 2,5 sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang lahir dari rahim haram konstitusi".


Pemasangan karangan bunga itu dilakukan pada Selasa (22/10) pukul 15.00. Dan sekitar pukul 18.45 karangan bunga tersebut ditarik karena hujan.


Namun, karena ditempatkan di lokasi strategis yang banyak dilewati warga kampus, karangan bunga ini kemudian viral di platform X dan Tiktok serta mendapat dukungan banyak mahasiswa. 


Sumber: Tribun

Penulis blog