CATATAN POLITIK

'Kere Munggah Bale, Kekuasaan Itu Indah Kawan!'

DEMOCRAZY.ID
Oktober 20, 2024
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
'Kere Munggah Bale, Kekuasaan Itu Indah Kawan!'


'Kere Munggah Bale, Kekuasaan Itu Indah Kawan!'


Ditulis oleh Hara Nirankara

[Sebuah Esai]


Saya penasaran dengan komentar soal Jokowi dari netter yang menuliskan “kere munggah bale”, yang katanya itu merupakan pepatah Jawa. Bahkan, Saya sendiri sebagai orang Jawa sangat asing dengan pepatah itu.


Kere munggah bale diartikan sebagai orang rendahan (miskin) yang tiba-tiba mendapatkan jabatan, bisa juga diartikan sebagai orang kaya mendadak atau istilah populernya yaitu orang kaya baru (OKB). 


Kere artinya miskin/orang rendahan, munggah artinya naik, bale artinya pendopo/bangunan/aula (yang besar).


Kalimat kere munggah bale ini begitu menarik, namun sayangnya belum banyak informasi yang tersedia untuk menjelaskannya. 


Nah berhubung menurutku cukup menarik, maka Saya akan coba untuk menulis tentang pepatah ini dengan menjadikan Jokowi dan keluarganya sebagai lakon.


Kenapa “lakon”? Karena kalimat kere munggah bale, menurut informasi di internet, pernah digunakan dalam acara wayang. Nah, jika dirasa ada kekeliruan, jangan sungkan untuk memberikan koreksi 🙂


Jokowi


Mulyono merupakan nama kecil dari Joko Widodo atau Jokowi yang kita kenal sebagai Presiden Indonesia ke 7, ia tadinya merupakan seorang Wali Kota di Solo dengan branding, Solo: The Spirit of Java. 


Fafifu bla bla bla wasweswos, Jokowi mulai ekspansi ke tingkat yang lebih tinggi menjadi Gubernur DKI Jakarta bersama Basuki T. Purnama alias Ahok.


Nama Jokowi awalnya begitu asing bagi masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Namun dengan branding “wong ndeso”, ia berhasil menjadi orang nomor 1 di Jakarta. 


Citra kalem dan merakyat berhasil membuat ia berkuasa, janji keramat yang berbunyi “macet dan banjir lebih mudah diatasi jika jadi Presiden” mampu membuat segenap elemen masyarakat ter-waw-waw.


Hingga pada akhirnya, Jokowi berhasil menjadi Presiden Indonesia selama 2 periode. Sedangkan banjir dan kemacetan, sampai hari ini tidak juga teratasi. 


Entah dia lupa, atau berpikir tidak pernah menjanjikannya sehingga dalam banyak kesempatan di depan awak media, Jokowi berkata “yo ndak tau kok tanya Saya”.


Jokowow


Ketika kampanye pada tahun 2014, Jokowi berjanji tidak akan mengambil utang luar negeri, berjanji bahwa ia akan membawa ekonomi Indonesia meroket hingga menembus bima sakti (7%), berjanji akan menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, dan janji-janji yang begitu banyak lainnya tapi sampai hari ini tydack terbhuktie.


Merasa keenakan, ia pun mencalonkan lagi sebagai Presiden periode 2019-2024. Janji-janji fafifu bla bla bla wasweswos pun kembali ia lontarkan, salah satunya tentang APBN yang tepat sasaran. 


Memang benar, ketika Jokowi berkuasa banyak sekali bantuan sosial yang diberikan. Namun, ternyata itu hanya sebatas siasat untuk membodohi rakyat, terutama kaum miskin.


Bayangkan, 10 tahun berkuasa membuatnya lupa daratan hingga akhirnya muncullah isu-isu seperti perpanjangan masa jabatan Presiden dan isu tiga periode. 


Dia pikir rakyat masih bodoh seperti 10 tahun yang lalu, sehingga dengan mimik plonga-plongonya, ia selalu membantah ketika ditanya soal isu-isu tadi. Yo ndak tau kok tanya Saya. Yo ndak tau yo ndak tau ndasmu, Jok!


Mulyono ini culas, merasa sudah pegang kartu kematian para petinggi parpol, dengan seenaknya ia menabrak konstitusi hingga melahirkan anak haram konstitusi yang berhama Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029. Bayangkan, muka sepolos dan selugu Jokowi, namun daya rusaknya begitu luar biasa.


Kere munggah bale, sepertinya memang layak disandang oleh Jokowow eh maksudnya Jokowi eh Mulyono.


Pangeran Fufufafa


Gibran, ahhhhh Gibran si fufufafa ini tengilnya minta ampun. Ia merasa dirinya seperti tak berdosa, hingga melontarkan hinaan kepada Prabowo Subianto ketika sedang bertarung menghadapi papa Jokowi di Pilpres 2019.


Katanya Prabowo tentara pecatan, cerai, pendukungnya radikal, membayangkan Prabowo berada di Gunung Semeru dan berteriak “titiekkkkk kembalilah ke pelukanku”, terus mau lebaran sama siapa? 


Tak sampai di situ, fufufafa pun mengatakan bahwa Prabowo mempunyai anak yang melambai alias homo.


Ketika dirinya sedang menjadi Wali Kota, ia sering merespon user platform X yang me-mention dirinya. Sehingga tak jarang user yang mention itu mendapatkan perundungan online. 


Kejadian ini tentu menimbulkan persepsi, “apakah Gibran sedang mempertontonkan abuse of power?”.


Ketengilannya tidak berhenti begitu saja, ketika ia sudah resmi berpasangan dengan orang yang dihinanya dulu, ia dengan songong berkata “tenang Pak Prabowo jangan takut, sekarang sudah ada Saya di sini”. 


Hah? “Sudah ada Saya”? Memangnya, siapa kau wahai tutup khong guan Gibran? Memandang seakan Prabowo orang lemah, berlagak seolah bapakmu akan lama berkuasa. Heyyyy tutup botol kecap, ngaca!


Pangeran Muka Pot


Kaesang ini rada unik, pada awal kiprah bapaknya berkuasa hingga sebelum adanya bentrok, dia lebih tenang dan tidak banyak tingkah. 


Namun, semenjak didapuk menjadi Ketua Umum Partai Sosialis Indonesia yang baru menetas dari kinderjoy, lagaknya mulai songong.


Si muka terpal ini mulai menunjukan jati dirinya yang selama ini terpendam, seperti membusungkan dada ketika ia akan dicalonkan menjadi Wakil Kepala Daerah. 


Teknisnya masih sama seperti fufufafa, aturan ditabrak oleh Jokowi untuk memuluskan jalan Kaesang.


Tapi eeeeee tunggu dulu, saat ini rakyat sudah tidak bisa dibohongi (kecuali buzzer penjilat bool keluarga Jokowi). 


Putusan MA soal batas minimal usia calon Wakil Kepala Daerah membuat para mutan keluar dari sarang, aksi Peringatan Darurat pun berhasil menggagalkan pencalonan Kaesang. Mampos.


Merasa malu, ia pun menghibur diri dengan melancong ke Amerika Serikat bersama istrinya. Namun naas pesawatnya terbakar oleh basoka para pendekar dari goa hantu. 


Bagaimana tydack? Para pendekar itu melucuti gratifikasi yang diterima oleh hingga ke jeroannya, semuanya dikorek tak terkecuali sampai ke lubang silit.


Setelah kasus gratifikasinya terekspose, ia seperti bersemedi di lubang cacing, tak menampakkan dirinya hingga akhirnya, ia muncul ke permukaan dengan menggunakan kaos bertuliskan Putra Mulyono.


Kesel dong? Pasti kesel, kan? Iya kan? Perhimpunan komplotan pembegal Jokowi pun bergerilya guna merespon tantangan Kaesang. Isu gratifikasi, fufufafa, dan Mulyono pun terus dimainkan hingga membuat pihak kerajaan frustasi.


Dia pikir, dia hebat? Merasa punya power? Gi la loe.


Queen Iriana


Waaaikiii, Queen Bee Iriana yang sejak awal terkenal kalem akhirnya tak tahan juga hingga akhirnya melakukan oplas dagu. 


Sejak menjabat pada periode kedua, sifat kere munggah bale-nya kian terlihat tatkala ia memakai tas dan barang-barang branded. 


Coba pikir, apakah pantas seorang Ibu Negara pamer kemewahan? Mulyono saja sampai saat ini masih terlihat seperti wong ndeso demi menjaga citranya di depan kaum miskin yang menerima bansos.


Pesona Iriana makin gacor ketika Bocor Alus Tempo berbisik ke seluruh penjuru tanah air bahwa, ia marah kepada Megatron karena sudah mempermalukan Jokowow di depan umum. 


Hingga akhirnya, Gibran pun dipaksa untuk maju mendampingi Prabowo Subianto sebagai Wakil Presiden.


Kalem tapi mematikan, terlihat lemah tapi bisa ledakannya seperti nuklir. Kiranya seperti itulah gambaran rumit tentang Irian setelah nyaman dengan kekuasaan yang sebelumnya tak pernah ia rasakan.


Namun kere tetaplah kere, sehingga bale yang membuatnya nyaman menyedot dirinya seperti Thror yang menjadi gila akibat oakenshield.


Empress Erina


Ternyata, keheranan publik tak hanya pada Jokowi, Iriana, Gibran, dan Kaesang. Seolah tak ingin melewatkan pesta caci maki, Erina Gudono pun memutuskan untuk join the party dengan pamer kemewahan.


Sintingnya, sudah tahu bahwa ia merupakan menantu dari seorang Presiden, tapi dengan ‘polos’nya memamerkan dirinya yang sedang menaiki jet pribadi. 


Bukan hanya itu, roti seharga 400 ribu rupiah pun ia pamerkan di media sosial miliknya. Marah dong? Kesel dong? Wah nyari perkara ini si bau ketek.


Tak terima dengan ke-pamer-an yang dilakukan oleh Erina, penghuni gunung tidar pun ramai-ramai menerbangkannya hingga tinggi dan membuatnya menangis terus di Amerika Serikat. 


Sedangkan sang suami pun bingung, otaknya seakan menolak untuk memberikan solusi.


Isu flexing yang dilakukan oleh Permaisuri ini sudah hampir mereda, namun karena merasa bangga telah menjadi bahan cemoohan seluruh penghuni Nusantara, ia pun kembali pamer memakan omakase dengan dilayani oleh chef pribadi pasca melahirkan.


Wah, masyarakat semakin marah dong? Hingga akhirnya Erina kembali mendapat bogem mentah di media sosial akibat sikap haus validasinya yang tak berkesudahan.


Ya, bagaimana tydack? Siapa Erina sebelum menikah dengan Pangeran Muka Terpal? Ia tak lebih dari sekedar mbak-mbak kaum mendang-mending, dan ketika sudah dinikahi oleh Kaesang? Jiwa ndeso-nya keluar dengan memamerkan kemewahan di depan publik.


Erina Gudono, mbak-mbak yang tadinya kere akhirnya munggah bale. Ia lupa bahwa dirinya merupakan menantu dari seorang penyelenggara negara, sehingga hal-hal yang bersifat pamer kemewahan tidak boleh dilakukan karena tidak etis serta bermoral.


Namun apa daya? Erina yang tadinya bukan siapa-siapa kini merasa memiliki dunia dan bisa dengan mudah mendapatkan apa yang ia inginkan, kecuali menghilangkan bau ketek.


Sampai Di Sini Saja


Kekuasaan memang indah, nikmat, klimaksnya bisa membuat mereka terbang melayang. Namun kere tetaplah kere, sehingga ketika munggah bale, bisa membuat mereka gila yang akhirnya membawa mereka ke dalam jurang kehancuran yang mereka ciptakan sendiri.


[DOC]


Penulis blog