'Kabinet Zaken Prabowo Omong Kosong!'
Oleh: Memet Hakim
Pengamat Sosial
Dewan Penasihat Aliansi Profesional Bangkit & Aliansi Pejuang dan Purnawirawan TNI
Saya yakin semua kalangan rakyat Indonesia yang saat ini sedang menunggu kabinet Prabowo akan terkejut melihat calon-calon Menteri yang dipanggil ke Kertanegara baru-baru ini.
Padahal kabinet ini merupakan cerminan dari niat atau keinginan Prabowo yang diungkapkan diberbagai kesempatan pada saat kampanye dan setelah ditetapkan.
Semua juga tahu bagaimana Prabowo menang di dalam pilpres 2024 yl, tetapi rupanya secercah harapan yang dibebankan kepada Prabowo untuk memperbaiki berbagai kerusakan dinegeri ini akibat tindakan dan kebijakan presiden Jokowi selama 10 tahun sirna seketika.
Janji Prabowo utamanya adalah Swasembada pangan, Stop Impor Energi hingga Lanjutkan Program Jokowi (Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Sembako, Kartu Prakerja, dan Program Keluarga Harapan), Ketahanan energi dengan mengembangkan energi terbarukan, Membangun lumbung pangan, hingga perbaikan gizi untuk anak-anak dan ibu hamil. Janji lainnya adalah Pertumbuhan ekonomi tembus 8 persen.
Janji adalah hutang, sebenarnya secara teknis janji Prabowo dapat dipenuhi dengan syarat para pembantunya benar-benar memiliki kemampuan, amanah, memiliki integritas dan berpihak pada rakyat, karena janjinya pada rakyat bukan pada yang lain.
Kabinet Prabowo 2024-2029 ini merupakan cerminan apakah Prabowo akan memenuhi janjinya atau tidak, karena pencapaian sasaran dan pemenuhan janji Prabowo paling tidak 50 % keberhasilan Prabowo sangat tergantung pada keberhasilan penyusunan Kabinet ini.
Dari susunan calon anggota kabinet yang telah diumumkan ternyata banyak sekali yang berasal dari kabinet Jokowi yang kualitasnya sangat diragukan. Kabinet ini lebih cocok disebut Kabinet Dagang Sapi.
Terlihat ada tokoh yang tersandera kasus korupsi, ada calon Menteri dibelakang kasus pembunuhan 800 orang petugas KPPS pada tahun 2019, ada calon tersandera hukum, ada calon yang gemar berhutang tapi tidak punya kemampuan menghasilkan uang, ada pula calon yang berhasil mengecilkan peran BUMN, ada calon penjual negeri berkedok investasi, ada pelaku KDRT pada istrinya dan pelaku selingkuh di belakang suaminya dan ada juga calon Menteri yang bukan ahlinya.
Yang menarik ada juga calon Menteri agama yang dikenal dekat pada Israel dan berbeda sikap pada umumnya umat Islam.
Apakah ini merupakan indikasi bahwa Prabowo tetap mengandalkan politik pecah belah umat Islam?
Pendek kata, Moral, Profesional, Akhlak dan Integritas dikesampingkan dalam pemilihan calon anggota kabinet ini, jadi apa yang bisa diharap dari Prabowo?
Bagi para tokoh oposisi ini merupakan pekerjaan berat dan memerlukan waktu lama untuk terus berjuang menjaga negeri yang berlandaskan UUD45 dan Pancasila ini tetap berdiri utuh.
Indikasi kuat bahwa partai masih berperan dominan dalam menempatkan ketua atau pengurusnya, ini berarti Kementerian dianggap sebagai sumber korupsi dan sumber keuangan partai (Korupsi yang sudah diniatkan).
Tentu saja janji Prabowo diperkirakan seakan janji palsu, akan serupa dengan pemerintahan Jokowi hasilnya.
Jangan berharap banyak pada Prabowo setelah “berguru” pada Jokowi, terus bisa kembali utuh menjadi Prabowo sang jendral yang kuat dan tegas. Prabowo sekarang tengah memberikan harapan palsu dengan dagang sapi.
Rasanya tidak perlu menunggu 100 hari kerja kabinet Prabowo, dengan susunan yang beredar ini kita akan tahu hasilnya, Korupsi akan tetap subur, Penegakan Hukum tidak akan berjalan, Kesejahteraan rakyat tidak lebih baik, kemiskinan akan tetap dipelihara.
Jika menyusun kabinet saja tidak mampu, bagaimana pula akan mengatasi berbagai masalah negeri. Jika menjadi presiden hanya bisanya dagang sapi, rakyatlah yang akan menjadi korban.
Barangkali Prabowo akan lebih baik mundur saja, karena sejak menjadi presiden pilihan KPU yang menjadi polemik, ditopang oleh Gibran sang wakil presiden yang punya masalah hukum dan kesehatan jiwa, hanya memperpanjang penderitaan rakyat saja. Jauh dari apa yang dicita-citakan oleh Prabowo tempo hari. ***
Bandung, 16 Oktober 2024