'Jokowi dari Pinokio Jawa ke Hitler Jawa'
Kembalinya Joko Widodo (Jokowi) ke kota kelahirannya, Solo, tampaknya tidak akan menghapus jejaknya dari ingatan publik.
Figur Jokowi dalam sejarah Indonesia telah menjadi bahan perdebatan, dengan sejumlah kalangan melihatnya sebagai contoh perilaku politik yang kontroversial.
Pengamat politik Rocky Gerung, menjabarkan pada artikel terbaru yang ditulis oleh Dr. Sukidi di kolom Tempo, muncul istilah "Hitler Jawa," yang melengkapi sebutan sebelumnya, "Pinokio Jawa."
Kedua istilah ini, Rocky menyoroti sifat dan kebijakan Jokowi selama masa jabatannya.
Dr. Sukidi, lanjut Rocky berargumen bahwa, seperti Adolf Hitler, Jokowi juga lahir dari proses demokrasi namun kemudian dianggap merusak sistem tersebut.
Rocky Gerung memberikan penekanan pada artikel tersebut, mengaitkan Jokowi dengan Hitler dalam hal penggunaan kekuasaan dan dampaknya terhadap demokrasi.
“Kita memiliki kenangan terhadap Jokowi yang setara dengan kenangan terhadap Hitler. Dr. Sukidi bahkan menyebut keduanya sebagai 'two teachers of Evil' atau dua guru kejahatan,” ujar Rocky Gerung dalam channel Youtubenya, dikutip Selasa 22 Oktober 2024.
Rocky mengamati bahwa publik sering mengingat bagaimana Jokowi dinilai mampu berbohong dan menyelundupkan kepentingan pribadinya melalui sistem konstitusi yang ada.
Ia menekankan bahwa ini merupakan bagian dari warisan politik yang mungkin akan dikenang dalam sejarah Indonesia.
Rocky juga menyentuh perasaan kecewa yang dirasakan oleh Megawati Soekarnoputri, yang merasa dikhianati oleh Jokowi, sosok yang sebelumnya dibesarkan dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
“Bagaimana mungkin seseorang yang berasal dari PDI-P merusak partai itu sendiri dan demokrasi secara keseluruhan?” tanyanya retoris.
Dalam konteks pemerintahan yang baru, Rocky berharap Prabowo Subianto dapat memperbaiki institusi demokrasi yang telah rusak.
Ia menyatakan bahwa tantangan bagi Prabowo adalah bagaimana mengembalikan kepercayaan publik dan memperbaiki keadaan yang telah terguncang.
“Prabowo harus fokus pada perbaikan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, bukan sekadar melanjutkan warisan yang penuh kontroversi,” tegasnya.
Dengan berbagai istilah yang disematkan kepada Jokowi, dari "Pinokio" hingga "Hitler," jelas bahwa masa kepemimpinannya akan terus dipelajari dan dibahas dalam konteks sejarah politik Indonesia.
Sementara itu, perhatian kini beralih kepada Prabowo, yang dituntut untuk merestrukturisasi politik dan memperbaiki institusi demokrasi di tengah bayang-bayang warisan Jokowi yang kontroversial.
Selama masa kepemimpinan Jokowi, Indonesia mengalami sejumlah tantangan ekonomi, termasuk perlambatan pertumbuhan dan meningkatnya utang negara.
Penanganan masalah ini menjadi salah satu tugas utama bagi pemerintahan baru di bawah Prabowo.
Kebijakan Jokowi terkait pembangunan infrastruktur juga menjadi sorotan.
Sementara banyak yang mengapresiasi perkembangan infrastruktur, kritik muncul terkait biaya dan dampaknya terhadap lingkungan.
Peralihan dari pemerintahan Jokowi ke Prabowo diharapkan dapat membawa perubahan dalam dinamika politik identitas yang semakin menguat di masyarakat.
Dengan semua ini, masyarakat menantikan langkah-langkah konkret dari pemerintahan baru dalam mengatasi berbagai masalah yang ada, serta bagaimana Prabowo akan menavigasi warisan Jokowi di masa depan.
Sumber: PorosJakarta