IRONI! Jokowi Pensiun Dengan Kekayaan Rp 95 Miliar, Rakyat Nelangsa Tak Punya Dana Pensiun
Presiden Joko Widodo bakal pensiun dan pulang ke Solo setelah tak menjabat sebagai kepala negara. Jabatan Jokowi akan berakhir pada 20 Oktober 2024 mendatang, dan digantikan oleh Prabowo Subianto.
Saat pensiun mendatang, Jokowi tak perlu risau memikirkan ekonominya kelak. Pasalnya, Jokowi pensiun jadi presiden dengan mengantongi kekayaan mencapai Rp95 miliar.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan nasib rakyat Indonesia yang memasuki masa pensiun, tapi tidak memiliki bekal yang pasti. Apalagi jumlah masyarakat Indonesia yang memasuki masa pensiun cukup banyak.
Dari data The Conversation, sebanyak 30 juta jiwa lansia eksisting dan para calon pensiun terancam tak bisa menikmati hari tua karena tidak mempunyai proteksi di masa senja mereka. Ada beberapa masalah yang mendasari problem ini terjadi.
Tentu pemerintah selanjutnya di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka harus memperhatikan golongan pada para pensiun di Indonesia. Belum lagi, mereka tidak mendapatkan proteksi yang baik dai pemerintah.
Pemerintah juga harus memikirkan pekerja-pekerja informal seperti buruh dan petani yang tidak memiliki dana pensiun. Karena bisa jadi, para pekerja informal ini bakal makin kesulitan di masa tua.
Berikut ini beberapa faktor penyebab banyak lansia yang terjerembab dalam masa tua yang susah gegara tidak punya dana pensiun. Apa saja?
Uang pensiun kecil
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan faktor utama penyebab lansia di usia pensiun tidak sejahtera karena hanya mendapat uang pensiun kecil.
Padahal menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), rasio pendapatan pekerja saat pensiun dibandingkan saat masih aktif bekerja minimal 40 persen.
Saat ini di Indonesia, rasio rasio pendapatan pekerja saat pensiun dibandingkan saat masih aktif bekerja hanya 10 persen saja.
Perlu diingat pula bahwa banyak pekerja yang saat ini hanya mendapatkan gaji UMR, atau di bawah dua digit.
Uang pensiun yang sedikit bakal jadi masalah besar jika lansia yang pensiun masih harus menanggung beberapa anggota keluarga. Alhasil, banyak pensiunan yang masih harus bekerja untuk menyambung hidup.
Tentu ada beberapa kelompok yang tidak bakal merasakan sengsara dan pusing mengurus uang pensiun.
Orang-orang tersebut tak lain adalah PNS, anggota TNI-Polri, hingga mantan eksekutif, legislative, dan yudikatif.
Sebanyak 100 juta jiwa pekerja informal seperti petani dan buruh, justru tidak memiliki tabungan pensiun.
Dana pensiun beralih fungsi
Acap kali dana pensiun yang didapatkan pekerja di awal masa pensiun, lebih cepat habis untuk kebutuhan mendesak.
Berdasarkan data dari JHT selama satu dekade terakhir, rasio pencairan dana dini dibandingkan masa program yang selesai sangat tinggi.
Aksi tersebut juga menjadi fenomena yang harus diwaspadai, karena menandakan ekonomi Indonesia sedang buruk. Mengingat industri padat karya yang sebelumnya menampung jutaan pekerja, kini telah ambruk.
Badan pengelolaan dana pensiun bermasalah
Beberapa tahun ini masyarakat Indonesia, terutama lansia dihadapkan dengan korupsi di beberapa badan pengelolaan dana pensiun seperti Jiwasraya, Asabri, dan Taspen. Padahal peran lembaga pengelolaan dana pensiun sangat krusial.
Dari data OJK, jumlah kepesertaan dana pensiun makin menurun. Jumlahnya menurun sekitar 2 persen, atau sebanyak 60.447 orang.
Literasi masyarakat rendah
Hal yang tak bisa dilupakan adalah literasi masyarakat terkait dana pensiun. Deputi Direktur The Prakarsa Victoria Fanggidae menyebut masyarakat lebih memilih memiliki instrumen tabungan dan aset fisik untuk bekal hari tua.
Sumber: PikiranRakyat