CATATAN POLITIK

'Gibran Rakabuming di Panggung Wakil Presiden, Mampukah Mengimbangi Para Pendahulunya?

DEMOCRAZY.ID
Oktober 20, 2024
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
'Gibran Rakabuming di Panggung Wakil Presiden, Mampukah Mengimbangi Para Pendahulunya?


'Gibran Rakabuming di Panggung Wakil Presiden, Mampukah Mengimbangi Para Pendahulunya?


Sejak Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, jabatan Wakil Presiden memainkan peran penting dalam membentuk arah bangsa.


Dari Mohammad Hatta hingga Gibran Rakabuming Raka, perjalanan wakil presiden Indonesia mencerminkan perubahan zaman, tantangan politik, dan dinamika kepemimpinan di republik ini.


Mohammad Hatta: Sang Proklamator


Sejarah wakil presiden dimulai dengan sosok visioner, Mohammad Hatta, yang tak hanya dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia, tetapi juga arsitek utama kemerdekaan.


Bersama Soekarno, ia memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, dan sehari setelahnya, ia dilantik sebagai wakil presiden pertama.


Dalam masa jabatannya, Hatta menunjukkan komitmen kuat terhadap demokrasi dengan mengeluarkan Maklumat X, yang menjadi fondasi awal demokrasi Indonesia.


Namun, pada 1956, Hatta memilih untuk mengundurkan diri karena perbedaan pandangan politik dengan Soekarno.


Sri Sultan Hamengkubuwana IX: Pemimpin yang Merakyat


Setelah Hatta, jabatan Wakil Presiden diisi oleh sosok lain yang dihormati: Sri Sultan Hamengkubuwana IX.


Menjabat pada periode 1973-1978, Sultan dikenal sebagai pemimpin yang merakyat dan berperan penting dalam integrasi Yogyakarta ke dalam Republik Indonesia.


Selain sebagai Wakil Presiden, ia juga diakui sebagai Bapak Pramuka Indonesia, menjadikannya tokoh yang tak hanya dihormati di dalam negeri, tetapi juga di kancah internasional.


Adam Malik: Dari Jurnalis ke Diplomat Ulung


Adam Malik, yang menjabat sebagai Wakil Presiden ketiga (1978-1983), membawa pengalaman panjangnya sebagai diplomat ulung.


Sebelumnya, ia telah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dan menjadi Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.


Adam Malik dikenal sebagai salah satu tokoh yang memperjuangkan posisi Indonesia di dunia internasional dan diakui sebagai Pahlawan Nasional pada 1998.


Umar Wirahadikusumah: Berantas Korupsi dengan Kesederhanaan


Pada 1983, Umar Wirahadikusumah dilantik sebagai Wakil Presiden keempat.


Meski karier politiknya tak semegah pendahulunya, Umar dikenal karena integritas dan kesederhanaannya.


Selama masa jabatannya, ia fokus pada pemberantasan korupsi dengan harapan agama dapat menjadi penuntun moral bagi para pejabat yang korup.


Kepribadiannya yang rendah hati membuatnya dihormati oleh banyak pihak.


Sudharmono, Try Sutrisno, dan Habibie: Masa-masa Transisi


Masa jabatan Sudharmono (1988-1993), Try Sutrisno (1993-1998), dan Bacharuddin Jusuf Habibie (1998) menandai periode transisi yang penuh tantangan bagi Indonesia.


Sudharmono, yang seringkali dianggap kurang populer di kalangan militer, tetap berhasil menjadi wakil presiden berkat dukungan Soeharto.


Sedangkan Try Sutrisno, seorang jenderal militer, menjabat di tengah dinamika politik yang memanas saat era reformasi mulai terasa.


Pada akhirnya, Habibie naik menggantikan Soeharto setelah pengunduran dirinya pada 1998 dan menjadi presiden ketiga Indonesia.


Megawati dan Hamzah Haz: Perempuan Pertama dan Ulama yang Berpengaruh


Megawati Soekarnoputri adalah perempuan pertama yang menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia (1999-2001).


Meskipun awalnya kalah dalam pemilihan presiden dari Abdurrahman Wahid, Megawati akhirnya diangkat sebagai wakil presiden dalam periode penuh tantangan saat Indonesia baru saja lepas dari krisis moneter.


Hamzah Haz, wakil presiden kesembilan (2001-2004), adalah seorang politikus Islam yang dikenal karena kepiawaiannya dalam menavigasi dunia politik Indonesia.


Sebelum menjabat, ia pernah menjadi anggota DPR selama tujuh periode, menegaskan dirinya sebagai politisi kawakan dengan pengalaman yang panjang.


Jusuf Kalla: Si Pendobrak Inovasi


Jusuf Kalla, atau yang akrab dipanggil JK, adalah satu-satunya wakil presiden yang menjabat dua kali dalam dua periode berbeda (2004-2009 dan 2014-2019).


Dengan latar belakang sebagai pengusaha, JK terkenal atas kecepatan dan efektivitasnya dalam mengambil keputusan.


Di bawah kepemimpinannya, ia mendorong percepatan pembangunan infrastruktur serta berperan penting dalam penyelesaian konflik di Aceh melalui perjanjian damai Helsinki.


Boediono: Ekonom Tenang di Tengah Badai


Pada 2009, Boediono, seorang akademisi dan ekonom, diangkat sebagai wakil presiden.


Ia dikenal tenang dan berfokus pada penanganan masalah ekonomi di tengah gejolak politik dan tantangan global.


Masa jabatannya diwarnai dengan berbagai upaya untuk mempertahankan stabilitas ekonomi nasional.


Ma’ruf Amin: Ulama dan Politisi Senior


Prof. Dr. K.H. Ma’ruf Amin, yang dilantik pada 2019, membawa latar belakang yang unik sebagai ulama sekaligus politisi senior.


Dengan pengalaman panjangnya di Nahdlatul Ulama dan sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia, Ma’ruf berperan besar dalam membangun ekonomi syariah dan memperjuangkan kepentingan umat Islam di Indonesia.


Gibran Rakabuming Raka: Antara Harapan dan Keraguan


Di balik sejarah panjang wakil presiden Indonesia yang diisi oleh tokoh-tokoh berpengalaman, sosok Gibran Rakabuming Raka menjadi kontroversi tersendiri.


Terpilih sebagai Wakil Presiden ke-14 mendampingi Prabowo Subianto, Gibran dilantik pada usia 37 tahun, menjadikannya wakil presiden termuda sepanjang sejarah RI.


Banyak yang mempertanyakan kualitas kepemimpinannya, mengingat pengalaman politiknya relatif singkat jika dibandingkan dengan pendahulunya.


Gibran sebelumnya menjabat sebagai Wali Kota Surakarta dan dikenal sebagai figur yang populer di kalangan masyarakat setempat.


Namun, skeptisisme publik tetap mencuat. Banyak yang meragukan apakah ia memiliki kapasitas untuk menduduki posisi strategis ini.


Di sisi lain, ada pula yang berharap bahwa darah muda dan visinya yang segar dapat membawa perubahan positif bagi bangsa.


Sebagai anak sulung dari Presiden Joko Widodo, Gibran tentu menghadapi ekspektasi tinggi.


Meski begitu, masa depan akan menjadi penentu, apakah Gibran dapat membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, atau apakah keraguan publik akan menjadi kenyataan.


Waktu yang akan menjawab seperti halnya perjalanan para pendahulunya yang terukir dalam sejarah, Gibran kini memulai babak baru sebagai salah satu pemimpin muda Indonesia. Tantangannya besar, tetapi kesempatan untuk membuktikan diri pun terbuka lebar.


Sumber: FAJAR

Penulis blog