DEMOCRAZY.ID - Gibran, Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka (Gibran) menjadi bulan-bulanan permintaan mundur dari rakyat Indonesia.
“Jokowi akan tamat, anaknya Gibran menjadi bulan-bulanan, Kaesang tidak bisa mengharap, Iriana belum tentu selamat pulang ke Surakarta,” kata pengamat politik dan kebangsaan Rizal Fadhillah kepada redaksi SuaraNasional, Sabtu (5/10/2024).
Gibran telah dibunuh oleh senjata Fufufafa milik Raka. Booming keruntuhan moral dari calon pemimpin bangsa.
Seperti sang adik Kaesang yang didera deru jet hingga hilang, kini Gibran pun takut untuk tampil dengan percaya diri, sembunyi di tempat sepi.
Kata Rizal, rakyat juga akan melakukan berbagai gugatan terhadap Jokowi atas berbagai kebijakan dan dugaan korupsi yang dilakukan mantan Wali Kota Solo itu.
“Rakyat dipastikan menggugat. Berkas keluarga Jokowi sudah berada di KPK, Bareskrim Mabes Polri dan di Pengadilan Negeri.
Peradilan pidana dan perdata menunggu waktu. Permintaan maaf berulang tidak didengar bahkan tidak dipercaya. Kadung terkenal sebagai tukang bohong,” tegasnya.
Jokowi dan anak istri akan menjadi contoh pertama dari keluarga Presiden yang terancam bui. Sulit untuk melihat jasa-jasa yang dapat menolong dan memaafkan.
Berbeda dengan Soekarno Bapak Revolusi dan Soeharto pembasmi PKI, Jokowi adalah penumpuk utang luar negeri, pelanggar hak asasi dan potensial menjadi Bapak Korupsi.
Jika demonstran teriak “turun turun Jokowi, atau bui bui Jokowi atau gantung gantung Jokowi” maka teriakan itu sangat wajar karena memang dosa-dosa politik Jokowi sangat banyak.
Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi, Pasukan Bawah Tanah Jokowi maupun obrak-abrik Silaturahmi dan Diskusi tidaklah berarti untuk hidupkan kembali Jokowi.
“Hakim akan mengadili, Jaksa siap menuntut mati, Penyidik menghimpun bukti-bukti. Berjilid-jilid buku telah tertulis untuk merekam kezaliman, kebodohan, ketamakan dan kepalsuan dari Jokowi Sang Penipu,” pungkasnya.
Sumber: SuaraNasional