DEMOCRAZY.ID - Dewan Pakar Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) sekaligus pengamat Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Rakhmat Hidayat turut mempertanyakan gelar doktor Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang diraih kurang dari dua tahun.
Dia menyebut, Sidang Terbuka Promosi Doktor pascasarjana Kajian Strategik dan Global di Universitas Indonesia (UI) yang dijalani Bahlil hingga dapat predikat lulusan cumlaude, telah mencederai etika akademik.
“Jadi sebenarnya ini adalah mencederai etika akademik dan mempertanyakan integritas akademik dari seorang Bahlil yang bisa lulus doktoral dalam waktu 1,5 tahun gitu ya,” kata Rakhmat kepada di Jakarta, dikutip Kamis (17/10/2024).
Menurut dia, hal ini menjadi pernyataan integritas akademik. Dasar dan landasan apa yang dilakukan Bahlil mendapatkan gelar tersebut dalam kurun waktu yang singkat.
Jangan heran bila ada dugaan jual beli gelar atau penggunaan 'joki' dalam proses Bahlil meraih gelar
“Dan orang akan bertanya-tanya, siapa yang mengerjakannya, apakah yang mengerjakan timnya, kemudian bagaimana jurnalnya, publikasinya.
Itu menurut saya harus memang dijelaskan dan ketika publik mempertanyakan hal ini, menurut saya itu masuk akal,” ujar dia.
Rakhmat menilai permasalahan ini akan memberikan kesan seorang pejabat dapat menyelesaikan studinya dengan cepat.
“Itu akibatnya, implikasinya adalah memberikan kesan bahwa kalau pejabat level menteri lanjut S3 itu bisa cepat. Jadi bahkan itu jauh dibawah dengan masa studi yang normal setiap tahun gitu ya,” ucapnya.
Diketahui, Bahlil telah menjalani Sidang Terbuka Promosi Doktor yang digelar oleh Kajian Stratejik dan Global (SKSG) di Universitas Indonesia, Depok, pada Rabu (16/10/2024).
Judul disertasi yang diujikan adalah "Kebijakan, Kelembapan dan Tata Kelola Hirilisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia".
Dalam sidang itu, Bahlil Lahadalia dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar doktor dari Universitas Indonesia.
Perbincangan seputar Bahlil yang bisa meraih gelar doktor dari Universitas Indonesia (UI) cuma 20 bulan masih panas di media sosial X pada Kamis (17/10/2024).
Akun @UmarSyadatHsb__ meratapi nasibnya yang tak semulus Bahlil. Ia menceritakan perjuangannya selama enam tahun untuk meraih gelar doktor di UI.
"Tak terhitung berapa kali asam lambung kambuh karena stres nyusun disertasi. Eh ada orang bisa meraih gelar doktor selama 20 bulan di UI. Rasanya sakit nyesak banget hati ini," tulisnya.
6 tahun saya berjuang susah payah. Tak terhitung brp kali asam lambung kambuh krn stres nyusun disertasi untuk meraih gelar Doktor di Kampus UI tercinta.
— Umar Al Chelsea (@UmarSyadatHsb__) October 16, 2024
Eh ada orang bisa meraih gelar Doktor selama 20 bulan di UI. Rasanya sakit nyesak bgt hati ini. pic.twitter.com/vVIwVp5A6e
Warganet lainnya, akun @hnirankara menyinggung posisi Indonesia yang meraih peringkat tinggi dalam hal ketidakjujuran akademik.
"Sebenarnya bisa diusut, karena akan menguak bisnis jual beli gelar," tulis dia.
Kalian heran si Bahlil lulus S3 haya dengan waktu 18 bulan? Kalo Aku pura2 heran sih.
— Hara Nirankara (@hnirankara) October 16, 2024
Indonesia masuk ke dalam peringkat teratas dalam hal KETIDAKJUJURAN AKADEMIK.
Pemberian gelar Honoris Causa kepada Raffi Ahmad sebenarnya bisa diusut, karena akan menguak bisnis jual beli… pic.twitter.com/KUeFtmjV5N
Seorang netizen dengan akun @rayestu membandingkan kabar gelar doktor Bahlil Lahadalia dengan gelar doktor Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY yang ia raih dari Universitas Airlangga.
Cuitan ini dibalas telak oleh pengguna X Loid Forger yang menyebut bahwa AHY lulusan S2 di Harvard University.
"AHY dia mah pinter, sekolahnya bener. AHY sih gue sudah dengar lama kuliah, Bahlil kaya sulap," ucap netizen lainnya.
"Bandingin AHY sama Bahlil Lahadalia yang kuliah S1-nya saja enggak jelas," tulis akun lainnya.
AHY juga baru2 ini jadi doktor dari Unair, kok ga ada yang mempertanyakan?
— Nathaniel Rayestu (@rayestu) October 16, 2024
Ganteng privilege is real emang
Gue ga bilang begitu...
— Nathaniel Rayestu (@rayestu) October 16, 2024
Sumber: Inilah