POLITIK

[ANALISIS] Dansa Politik Terakhir Jokowi-Prabowo Lewat Private Dinner

DEMOCRAZY.ID
Oktober 10, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
[ANALISIS] Dansa Politik Terakhir Jokowi-Prabowo Lewat Private Dinner



DEMOCRAZY.ID - Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) santap malam bersama atau private dinner di Hutan Kota Plataran, Jakarta, pada Selasa (8/10).


Kabar pertemuan empat mata itu pertama kali disampaikan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno. Ia menyebut pertemuan itu untuk membahas keberlanjutan.


"Private. [Membahas] kebersamaan dan keberlanjutan," kata Pratikno dalam keterangannya.


Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana juga mengatakan hal serupa dengan Pratikno soal pertemuan tersebut. 


Presiden Jokowi kemudian mengunggah foto makan malamnya bersama Prabowo lewat akun Instagram pribadinya @jokowi.


"Diskusi santai sambil santap malam bersama Presiden Terpilih Pak @prabowo. Tidak terasa dua jam lebih," tulis Jokowi.


Dalam foto itu, Jokowi dan Prabowo duduk berhadap-hadapan dalam satu meja panjang dengan hidangan dan minuman di atasnya.


Keesokan harinya, Prabowo mengunggah tiga foto di akun sosial media X (Twitter) pribadinya pada Rabu (9/10).


"Makan malam dan diskusi bersama Presiden @jokowi, kami saling bertukar pikiran berkaitan dengan kepentingan negara, bangsa, dan rakyat Indonesia," tulis Prabowo.


Terdapat foto Prabowo sedang berbincang dengan Jokowi dan Prabowo sedang memberikan hormat kepada Jokowi.


Pertemuan ini dilakukan jelang Jokowi purnatugas sekaligus pelantikan presiden-wakil presiden pada 20 Oktober 2024. 


Bertalian dengan itu, konstelasi politik nasional juga tengah menghangat karena Prabowo tengah menyusun kabinet pemerintahan mendatang.


Di tengah-tengah itu, ada pula wacana pertemuan Prabowo dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.


Direktur Eksekutif Trias Politika Agung Baskoro menilai makan malam antara Prabowo dan Jokowi itu mengakomodasi kepentingan Jokowi dan Prabowo jelang estafet kepemimpinan pada 20 Oktober. 


Menurutnya, ada upaya untuk menunjukkan keseimbangan kekuasaan di detik-detik terakhir.


"Pertemuan antara Presiden Jokowi dengan presiden terpilih Prabowo ini semacam balancing of power (penyeimbangan kekuasaan) di tengah rencana pertemuan dengan Ketum PDIP, Megawati," kata Agung, Kamis (10/8).


"Setidaknya agar tak ada prasangka jauh di tengah masih menjabatnya Presiden Jokowi. Bagi Prabowo perihal ini penting dikomunikasikan, agar masa transisi ini berlangsung lancar terus tanpa hambatan sedikitpun," sambungnya.


Agung menilai Prabowo hendak menjaga kedekatan yang seimbang dengan makan malam bersama Jokowi sementara tengah mencari waktu bertemu Megawati.


Terlebih, menurut dia, PDIP memiliki peran krusial di pemerintahan yang akan datang karena menjadi partai pemenang Pileg 2024.


"Di sisi Presiden Jokowi, selain menjaga relasi personal, secara institusional, diharapkan legacy beliau dapat dilanjutkan di masa Prabowo agar tak jadi noktah hitam yang menyandera cerita suksesnya," tutur dia.


Lebih lanjut, Agung juga menilai ada kemungkinan makan malam itu dilakukan sebagai upaya Jokowi memetakan langkah politik jelang lengser. 


Apalagi, kata dia, Jokowi belum memiliki posisi politik apapun setelah tak lagi menjabat sebagai presiden dua periode.


"Sehingga dia perlu membangun posisi tawar, apakah lewat Gibran, menteri-menteri yang kelak mewakilinya di kabinet Prabowo, atau lewat cara lain agar ia senantiasa bersama atau identik dengan Prabowo," ujar dia.


Tunjukkan kesan pemerintahan berakhir mulus


Pakar Komunikasi Politik Universitas Brawijaya Verdy Firmantoro menilai terdapat komunikasi politik yang bisa ditafsirkan dalam makan malam meskipun isi pembicaraan Prabowo dan Jokowi tak dibeberkan dengan gamblang.


Menurutnya, Jokowi ingin meninggalkan kesan bahwa pemerintahannya berakhir mulus dengan dukungan penuh dari Prabowo.


"Pertemuan itu ingin menyampaikan pesan politik bahwa pemerintahan Presiden Jokowi bisa berakhir soft landing dengan dukungan penuh dari presiden terpilih Prabowo," kata Verdy, Rabu (9/10).


Verdy juga menilai lokasi makan malam di tempat publik dan dalam nuansa yang tidak kaku bisa dibaca sebagai simbol tersendiri. Ia berpendapat Jokowi ingin tetap punya pengaruh kepada Prabowo.


Kemudian, dari konteks relasi politik, Jokowi dan Prabowo ingin mengantisipasi miskomunikasi yang bisa saja terjadi di tengah dinamika politik yang terus berkembang.


"Makan malam tapi rasa koordinasi dan konsultasi, artinya dengan pertemuan itu keduanya ingin mengantisipasi adanya miskomunikasi yang mungkin bisa saja sewaktu-waktu terjadi di tengah dinamika politik yang terus berkembang," ujar Verdy.


"Pertemuan itu bisa saja diartikan sebagai prakondisi pengambilan keputusan politik jelang pelantikan Presiden Prabowo," imbuhnya.


Selain itu, pertemuan itu juga memperkuat legitimasi terhadap pemerintahan baru. Ia mengatakan hal ini bisa jadi contoh dalam suksesi kepemimpinan mendatang.


"Hal positifnya ini bisa menjadi catatan sejarah bahwa tradisi friksi-friksi yang cenderung terjadi saat pergantian pemerintahan bisa diakhiri di masa pergantian presiden dari Jokowi ke Prabowo," katanya.


Sumber: CNN

Penulis blog