CATATAN POLITIK

Rizal Ramli dan Faisal Basri: 'Warisan Kritik Yang Tetap Hidup Untuk Indonesia'

DEMOCRAZY.ID
September 06, 2024
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
Rizal Ramli dan Faisal Basri: 'Warisan Kritik Yang Tetap Hidup Untuk Indonesia'


Rizal Ramli dan Faisal Basri: 'Warisan Kritik Yang Tetap Hidup Untuk Indonesia'


Dalam sejarah politik dan ekonomi Indonesia, nama Rizal Ramli dan Faisal Basri adalah dua sosok yang kerap mencuat karena kritik mereka yang tajam dan tak berkompromi terhadap kebijakan pemerintahan, terutama di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). 


Meski keduanya telah tiada, visi, pandangan, dan kritik mereka tetap hidup dan relevan di tengah dinamika politik Indonesia. 


Mereka tidak hanya menyoroti kebijakan-kebijakan yang mereka anggap merugikan bangsa, tetapi juga menjadi suara bagi masyarakat yang merindukan pemerintahan yang lebih adil, transparan, dan berpihak pada kepentingan rakyat.


Rizal Ramli: Ekonom dengan Keberanian Melawan Arus


Rizal Ramli, seorang ekonom kawakan dan mantan Menko Perekonomian serta Menko Maritim, dikenal sebagai tokoh yang lantang dan tak gentar dalam menyuarakan kritiknya. 


Di bawah pemerintahan Jokowi, Rizal Ramli menjadi salah satu kritikus paling keras yang mengecam berbagai kebijakan ekonomi dan pembangunan yang ia nilai tidak pro-rakyat dan mengkhianati janji-janji kampanye. 


Salah satu kritik utama Rizal adalah terhadap kebijakan pembangunan infrastruktur besar-besaran yang dianggapnya terlalu berfokus pada proyek-proyek mercusuar dan mengabaikan pembangunan ekonomi yang lebih mendasar seperti penguatan sektor pertanian, perikanan, dan usaha kecil menengah (UKM).


Rizal menilai bahwa kebijakan infrastruktur yang digembar-gemborkan Jokowi justru menambah beban utang negara secara signifikan tanpa adanya strategi yang jelas untuk peningkatan pendapatan negara. 


Ia juga mengecam keterlibatan asing yang terlalu dalam di sektor-sektor strategis seperti energi dan pangan, yang menurutnya hanya akan membuat Indonesia semakin bergantung dan kehilangan kedaulatan ekonominya. 


Bagi Rizal, kecintaan terhadap Indonesia berarti memperjuangkan kemandirian ekonomi bangsa, bukan menyerahkannya kepada investor asing.


Faisal Basri: Ekonom dan Intelektual yang Lugas


Di sisi lain, Faisal Basri, seorang ekonom dan akademisi yang juga dikenal luas karena keberaniannya mengkritik kebijakan pemerintah, memiliki pendekatan yang berbeda namun tujuan yang sama dengan Rizal Ramli. 


Faisal Basri menyoroti kebijakan Jokowi yang menurutnya tidak konsisten dan sering kali lebih bersifat populis daripada berbasis data dan analisis yang mendalam. 


Faisal Basri kerap mengkritik kebijakan fiskal dan moneter Jokowi, yang dinilainya kurang memperhatikan fundamental ekonomi dan hanya berfokus pada pencitraan politik jangka pendek.


Faisal secara khusus menyoroti ketidakberpihakan pemerintah terhadap rakyat kecil dalam kebijakan ekonomi yang diambil, termasuk subsidi energi yang dikurangi drastis tanpa adanya jaring pengaman sosial yang memadai. 


Dia juga mengkritik kebijakan pengendalian harga pangan yang cenderung tidak efektif dan lebih menguntungkan para tengkulak dan pengusaha besar daripada petani dan nelayan kecil. 


Menurut Faisal, kecintaan terhadap bangsa harus diwujudkan dengan kebijakan-kebijakan yang melindungi dan memberdayakan kelompok masyarakat yang paling rentan.


Kecintaan terhadap Indonesia: Kritik yang Berakar dari Hati Nurani


Baik Rizal Ramli maupun Faisal Basri, dalam kritik-kritiknya terhadap Jokowi, tidaklah bertujuan untuk menyerang pribadi, melainkan berangkat dari kecintaan mendalam terhadap Indonesia. 


Mereka percaya bahwa kritik adalah bentuk kepedulian yang paling murni, sebagai upaya untuk menjaga negara ini tetap berada di jalur yang benar. 


Mereka tidak ingin melihat Indonesia terseret dalam pusaran utang yang mengancam masa depan generasi mendatang, atau kehilangan kemandirian ekonominya karena terlalu bergantung pada pihak asing.


Kritik mereka terhadap kebijakan Jokowi sebenarnya adalah panggilan untuk kembali kepada prinsip-prinsip dasar pembangunan yang berpihak pada rakyat, untuk mendorong keadilan sosial, dan untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya tercermin dalam angka-angka statistik, tetapi juga dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. 


Mereka menekankan pentingnya kebijakan yang berlandaskan pada data dan analisis yang matang, bukan sekadar upaya populisme yang merugikan bangsa dalam jangka panjang.


Meneropong Kesalahan Jokowi: Melihat Kembali ke Akar Masalah


Kesalahan utama yang disorot oleh kedua tokoh ini adalah kurangnya orientasi pada pembangunan yang berkelanjutan dan berpihak kepada rakyat kecil. 


Kebijakan Jokowi yang terlalu fokus pada proyek infrastruktur besar telah menyebabkan beban utang yang membengkak, sementara perbaikan sektor-sektor ekonomi mendasar seperti pertanian dan perikanan, yang menjadi tulang punggung kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia, justru terabaikan. 


Selain itu, ketergantungan yang semakin besar pada investasi asing dan kebijakan impor yang berlebihan di berbagai sektor menunjukkan lemahnya perencanaan dan visi dalam membangun kemandirian ekonomi.


Faisal Basri dan Rizal Ramli, melalui kritik mereka, secara tidak langsung telah membuka mata publik akan risiko yang dihadapi oleh bangsa ini jika kebijakan yang tidak tepat terus dilanjutkan. 


Mereka berupaya mengingatkan bahwa pembangunan bukan sekadar mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi harus disertai dengan keadilan sosial dan keberlanjutan. 


Mereka menyerukan perubahan paradigma yang lebih mendalam, di mana ekonomi harus berpusat pada kepentingan rakyat, bukan elite atau kepentingan asing.


Warisan yang Tetap Hidup


Meskipun Rizal Ramli dan Faisal Basri telah tiada, gagasan dan kritik mereka tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi banyak pihak yang memperjuangkan keadilan dan kedaulatan bangsa. 


Kritik mereka bukanlah bentuk perlawanan tanpa arah, tetapi merupakan refleksi dari rasa cinta yang dalam kepada negeri ini. 


Mereka menginginkan Indonesia yang mandiri, adil, dan makmur; sebuah Indonesia yang berani berdiri di atas kaki sendiri dan tidak tunduk pada kepentingan asing.


Dengan mengingat kembali kritik dan visi mereka, kita diingatkan akan pentingnya memiliki pemimpin yang tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga memiliki visi yang jelas, keberanian untuk bertindak, dan ketulusan dalam mencintai bangsa. 


Kritik mereka terhadap Jokowi bukanlah akhir dari cerita, tetapi sebuah warisan yang akan terus memicu diskusi dan refleksi bagi masa depan Indonesia. ***

Penulis blog