DEMOCRAZY.ID - Polemik nasab habib sebagai keturunan Rasulullah SAW masih terjadi di media sosial.
Ada dua kubu yang silang pendapat mengenai keabsahan status habib sebagai zuriyat Baginda Nabi Muhammad SAW.
Kubu pertama adalah yang mendukung dan mengakui bahwa habib merupakan keturunan langsung Rasulullah SAW. Sedangkan kubu kedua, tidak mengaku habib sebagai keturunan Al Amin.
Di barisan pendukung habib ada beberapa ustaz yang terkenal seperti Ustaz Abdul Somad atau UAS, lalu ada Buya Yahya dan lainnya.
Sementara di shaf penolak habib ada Rhoma Irama, Guru Gembul dan tentunya Kiai Imaduddin Utsman Al-Bantani.
Perbedaan tajam dua kubu ini membuat polarisasi sikap umat Islam mengenai status habib di Indonesia.
Apalagi terkini Ustaz Abdul Somad atau UAS menyerang para tokoh yang menolak nasab habib. Menurut UAS, orang yang menolak habib lama-lama akan menolak Islam.
"Pertama menolak habib, nanti lama-lama menolak Islam. Ujung-ujungnya ya ke sana,” ujar UAS menjawab pertanyaan mengenai orang-orang yang menolak habib dikutip dari Youtube HAI GUYS.
Menurutnya, orang-orang yang saat ini menanamkan kebencian kepada para habib dan ulama maka 20 tahun kemudian, anak-anaknya bukan tidak mungkin menjadi ateis karena tidak ada lagi mahabbah, cinta kepada ulama, agama.
Pernyataan keras UAS ini ditanggapi oleh Kiai Imaduddin Utsman Al-Bantani. Kiai Imad adalah orang pertama yang mempersoalkan nasab habib lewat tesisnya hingga akhirnya berkembang menjadi polemik seperti sekarang ini.
Kata Kiai Imad, pernyataan UAS mengenai tidak percaya pada habib berarti lama-lama tidak percaya pada Islam dalam teori silogisme, tidak pas.
Menurutnya, habib tidak bisa disamakan dengan Islam karena habib tidak termasuk dalam Rukun Islam.
"Apakah habib ini termasuk rukun Islam sehingga orang tidak percaya pada habib berarti tidak percaya pada Islam? Rukun Islam hanya 5. Tidak ada frasa di dalam Rukun Islam habib. Apakah percaya habib percaya masuk rukun Iman? Juga tidak sehingga tidak bisa mengeluarkan keimanan seseorang kepada Allah dan Nabi Muhammad," ujar Kiai Imad dalam video yang beredar luas di Youtube.
Kiai Imad tidak mempermasalahkan jika UAS adalah seorang muhibbin atau pencinta habib. Namun ia meminta UAS tidak membodohi jamaahnya.
"Ketika UAS percaya habib cucu nabi minimal dia punya dalilnya. Dalilnya mana UAS bahwa habib itu cucu nabi? Saya menantang UAS untuk memberikan dalil tentang habib cucu nabi. Selama ini tidak ada," kata Kiai Imad.
Ia lalu memohon kepada UAS ketika membela nasab para habaib minimal ada narasi-narasi ilmiah yang diungkapkan.
Menurut Kiai Imad, UAS harus mencantumkan dalil sehingga tidak membuat syarakat bodoh hanya untuk bertaklid. Padahal kata dia, Allah melarang hamba-Nya untuk bertaklid.
"Alquran melarang kita mengikuti sesuatu tanpa dalil tapi UAS meminta jamaahnya agar mengikuti bahwa habib itu adalah cucu nabi tanpa ada dalil," ujarnya.
Kiai Imad lalu menyindir UAS sebagai ulama yang jago menghafal tanpa pernah memahami isi Alquran dan hadis Nabi SAW.
Menurutnya, UAS saat membahas mengenai solat selalu mencantumkan dalil tapi hanya berupa menghafal saja. UAS, kata dia, tidak pernah mengutip dari kitab ulama kemudian dibacakan kitabnya.
Seorang ulama ujar Kiai Imad, bukan hanya bisa menghafal hadis-hadis dan ayat Alquran tapi memahami Alquran dan hadis untuk menjadi sebuah way of life bagi umat Islam dalam menghadapi tantangan setiap masa.
"Yang bisa menafsirkan Alquran kemudian memberikan jawaban tantangan setiap masa adalah ulama yang memahami Alquran secara dalam bukan hanya tekstual hafalan," ujarnya.
[VIDEO]
Sumber: Suara