DEMOCRAZY.ID - Jelang purna tugas, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih untuk menetap di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.
Ia baru-baru ini juga menggelar rapat bersama jajaran TNI/Polri dan menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju di IKN.
Pengamat Politik Faizal Assegaf menilai, kepindahan Jokowi ke IKN merupakan simbol bahwa dirinya belum mendapatkan deal politik yang strategis dengan presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Naluri aktivis kita melihat, mungkin, Jokowi belum mendapatkan kepastian deal politik yang strategis dengan Prabowo sehingga dia harus bergeser dulu,” ujar Faizal dalam Podcast Dialektika Madilog Forum Keadilan di Forum Keadilan TV, Jumat, 13/9/2024.
Sementara itu, Indra Jaya Piliang memandang, sepertinya bukan deal-deal politik dengan Prabowo yang mendorong perpindahan Jokowi ke IKN.
Sebab katanya, dalam rapat tersebut, Prabowo juga hadir sebagai Menteri Pertahanan dan mencatat semua yang diucapkan oleh Jokowi.
Faizal tak mengelak pandangan tersebut, tetapi ia mengatakan, sudah dapat dipahami bahwa perilaku ‘pura-pura mesra’ yang dilakukan Prabowo terhadap Jokowi ini adalah suatu siasat agar pelantikannya tidak diganggu.
Apa yang dilakukan Prabowo, menurut Fizal hanyalah sebuah simbol seolah-olah mesra.
“Ya itu simbol-simbol saja seolah kemesraan dan lain lain,” kata dia.
Faizal berpendapat, saat ini ada keyakinan yang muncul di masyarakat bahwa Prabowo sedang mencoba mengambil jalan berbeda dengan Jokowi.
“Jokowi juga mendesain jalan yang ikhtiar terhadap kemungkinan kalau Prabowo berkuasa apakah dia diakomodir atau tidak keinginannya,” sambung Faizal.
Ia melanjutkan, walaupun sudah ada Gibran Rakabuming Raka di posisi atas pemerintahan Indonesia berikutnya, yaitu sebagai wakil presiden (wapres), tapi Jokowi masih merasa cemas.
Perilaku itu dipandang tidak lazim karena pada masa pemerintahan Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), belum ada yang meninggalkan sang anak di jantung kekuasaan seperti yang dilakukan Jokowi.
“Tidak lazim. Biasanya kalau presiden sebelumnya dari Soekarno sampai SBY belum ada yang meninggalkan putra mahkota di jantung kekuasaan. Baru pada era Jokowi,” papar Faizal.
Menurut Faizal, sikap Jokowi yang masih aktif menjadi presiden sedangkan sang anak tengah bersiap untuk dilantik sebagai calon wakil presiden (cawapres) ini perlu dicermati dengan sunggu-sunggu apa maksudnya.
Sebab, kata Faizal, saat ini terdengar di masyarakat tentang ‘circle’ Prabowo yang cenderung lebih menyerap aspirasi rakyat dan menampilkan sisi Prabowo yang berusaha tidak berkhianat terhadap kepentingan negara dan suara rakyat.
“Ini harus dibedah secara lebih sungguh-sungguh, apalagi kita dengar bahwa belakangan ini di lingkar inti Prabowo lebih cenderung menyerap aspirasi rakyat,” tutur Faizal.
Aspirasi rakyat yang dimaksud oleh Faizal adalah, aspirasi yang berharap Prabowo untuk tampil dengan tidak lagi membawa beban Jokowi sebagai sumber utama kepemimpinan baru nantinya.
Faizal menilai, Jokowi dan Gibran adalah beban dalam pemerintahan Prabowo kedepannya.
Karena menurutnya, mata masyarakat kini tengah menilai bahwa di lingkaran inti Prabowo sedang berusaha menjaga agar gerakan mereka tetap selaras dengan amanat konstitusi dan aspirasi rakyat.
Sumber: ForumKeadilan