CATATAN POLITIK

Kajian Politik Merah Putih: 'Rakyat Suarakan Tenggelamkan Fir’aun Jawa!'

DEMOCRAZY.ID
September 06, 2024
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
Kajian Politik Merah Putih: 'Rakyat Suarakan Tenggelamkan Fir’aun Jawa!'


Kajian Politik Merah Putih: 'Rakyat Suarakan Tenggelamkan Fir’aun Jawa!'


Mulyono sudah terhina dengan suara rakyat yang menginginkan Fir’aun Jawa ditenggelamkan di Laut Jawa. 


Suara rakyat yang menginginkan menenggelamkan Fir’aun Jawa merupakan akumulasi atas kezaliman yang dilakukan Mulyono.


“Rakyat sudah menyuarakan tenggelamkan Fir’aun Jawa,” kata Koordinator Kajian Politik Merah Putih kepada redaksi SuaraNasional, Kamis (5/9/2024). 


“Fir’aun Jawa sudah tidak mendapat legitimasi di mata rakyat,” ungkapnya.


Kata Sutoyo, mahasiswa dan rakyat Solo menginjak-injak baliho bergambar Fir’aun Jawa dan putra bungsunya. 


“Kemewahan yang diperlihatkan putra bungsu Fir’aun Jawa menyulut kemarahan rakyat seluruh Indonesia,” papar Sutoyo.


Sutoyo menilai rakyat akan terus mengejar Fir’aun Jawa ke lembaga hukum walaupun sudah tidak menjabat lagi. 


“Mantan Presiden Korea Selatan yang dihukum karena kasus korupsi menjadi inspirasi rakyat Indonesia memasukkan penjara Fir’aun Jawa,” pungkasnya.


 


'Titik Nadir Sang Firaun Jawa'


Oleh: Sutoyo Abadi

Koordinator Kajian Politik Merah Putih


Jokowi terlalu banyak menanam benih kehancurannya sendiri. Kebohongan dan tipuannya selama ini sudah terbuka, tersisa hanya bisa membela diri dan inferior.


Kepribadian yang terbentuk di seputar kelemahan, cacat karakter yang selama ini merasa dirinya unggul saat saat berkuasa, kini sedang berada dalam kondisi ketakutan dan kekacauan.


Gelombang demo kebencian, caci maki, hujatan, ancaman agar segera seret ke pengadilan tidak mungkin lagi bisa dikendalikan dengan rekayasa apapun untuk mengendalikannya selain harus melarikan dari keadaan terburuk yang akan menimpanya


Semua kedoknya sudah menjadi bekas luka yang menganga menyingkap kesombongan, keangkuhan yang selama ini disembunyikan.


Tidak ada lagi pertahanan diri yang memadai selain mundur, bahkan bisa jadi peluangnya bunuh diri. 


Dalam posisi seperti ini Napoleon Bonaparte mengatakan : “Jangan pernah ikut campur dengan musuh sedang dalam proses bunuh diri”.


Pertahanan dan perlindungan yang telah di persiapkan selama ini, seperti Gibran sebagai Wakil Presiden, membangun politik dinasti, cetak biru membentuk KIM – Plus, memperkokoh relawan dengan macam macam bentuk garda sudah terlihat semua mulai berantakan.


Tersisa kekuatan taipan oligarki dan bantuan Xi Jinping ( RRC ) begitu lengser dari kekuasaannya di pastikan semua akan meninggalkannya.


Wajar  mengeluh bahwa merasa mulai ditinggalkan para penjilatnya pada saat peralihan kekuasaan mereka semua sedang bermigrasi mencari tempat menggantung kembali sebagai penjilat pada penguasa yang baru.


Penguasa terburuk adalah adalah mereka yang egonya terlalu tinggi menyangka segala yang mereka lakukan benar dan layak di puji dan di sembah.


Titik nadir Firaun Jawa akan berahir sangat mengenaskan lahir dari got akan kembali ke got lorong gelap-gelap


Balas dendam rakyat yang lebih manis pada penguasa tiran adalah tindakan  memberi *Firaun Jawa* tertawa yang terakhir sebagai manuver ahir sebelum gelombang demo akan menyapu bersih para penghianat negara. 



'Ternyata Cak Nun Benar Perihal Jokowi Firaun'


Demo “Jogja Memanggil” dipenuhi dengan spanduk-spanduk yang mayoritas berisi narasi kekecewaan—dan bahkan kebencian—kepada Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi),  buntut upaya terang-terangan DPR RI menganulir putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Beberapa orang lantas menilai, perkataan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) tentang Jokowi ternyata benar adanya.


***


Sejak pukul 08.00 WIB pada Kamis (22/8/2024), massa aksi berpakaian serba hitam sudah berduyun-duyun memadati area parkir Abu Bakar Ali (ABA), Jogja. Terdiri dari gabungan berbagai lapisan masyarakat.


Nyanyian “Buruh Tani”, “Darah Juang”, hingga “Bagimu Negeri” berkumandang saling bersahutan.


Demo “Jogja Memanggil” sendiri adalah seruan aksi damai untuk mengawal dua putusan MK yang hendak “dibajak” oleh DPR RI. Yakni terkait ambang batas (threshold) partai politik (Parpol) dan batas usia calon kepala daerah.


Publik membacanya sebagai upaya untuk memuluskan langkah putra sulung Jokowi, Kaesang Pangarep, untuk maju menjadi gubernur atau wakil gubernur di Pilkada 2024. Dengan kata lain, bisa dibilang sebagai upaya Jokowi untuk melanggengkan kekuasaannya: membangun dinastinya sendiri.


Kekecewaan massa demo di Jogja pada Jokowi


Kekecewaan—dan bahkan kebencian—publik tampak dari spanduk-spanduk yang dibentangkan oleh massa aksi, seperti pantauan langsung Mojok di titik kumpul aksi demo di Jogja (Parkir Abu Bakar Ali).


Spanduk wajah Jokowi dengan tulisan “Kerajaan Masapahit”, “ Jokowi bertahta MK diperkosa”, “281 juta jiwa dikalahkan 1 keluarga”, hingga kutipan satire ucapan Jokowi yang pernah menyebut “Putusan MK mengikat dan final”, adalah narasi-narasi yang massa aksi suarakan lewat spanduk yang mereka bentangkan.


Terdengar pula caci maki pada Jokowi di tengah riuh massa demo di Jogja yang bersiap bergerak menuju gedung DPRD DI Yogyakarta siang itu.



Ternyata Cak Nun benar tentang Jokowi


“Ternyata benar kata Cak Nun,” ucap seorang demonstran ketika ia melihat sebuah penggalan video lama Cak Nun yang pernah membuat budayawan kondang itu dirujak habis oleh berbagai pihak. Yakni ketika dalam sebuah forum Maiyah Cak Nun menyebut Jokowi sebagai Firaun.


Pada Januari 2023 silam, nama Cak Nun trending topic di X selama berhari-hari imbas penggalan videonya dalam sebuah forum Maiyah di Jawa Timur. Hujatan, makian, dan doa-doa buruk melayang padanya.


“Pemilu 2024 nanti koen kabeh (kalian) nggak mungkin menang. Wis onok sing menang ket saiki (sudah ada yang menang dari sekarang). Karena negara ini dikuasai oleh Firaun bernama Jokowi, Qorun bernama Antony Salim, dan Haman yang namanya Luhut,” ucap Cak Nun waktu itu.


“Jadi negara kita sesempura dicekel cek (dicengkeram) oleh Firaun, Haman, dan Qorun. Seluruh sistem, perangkat, alat politik, sudah dipegang oleh mereka semua. Kalian milih siapa saja, tapi wis onok sing memang (sudah ada yang menang). Itu dewasa apa nggak?,” sambungnya.



Banyak pihak menilai Cak Nun sudah kelewat batas. Apa yang disampaikan Cak Nun saat itu dinilai berangkat hanya atas dasar kebencian semata. Bahkan ketika Cak Nun membuat video klarifikasi yang mengatakan kalau saat berkata demikian ia sedang kasambet, caci maki dan olok-olok terhadap budayawan kelahiran Jombang, Jawa Timur, itu justru makin banter.


Demo di Jogja, membuka mata kalau Jokowi tak selugu itu


Faris (34), seorang massa demo di Jogja menyebut kalau rentetan kecurangan yang mencederai demokrasi belakangan ini membuka matanya kalau ternyata Jokowi tidak selugu dan selemah lembut itu. Sebab, sempat ada masa di mana Jokowi digambarkan sebagai sosok lugu dan lemah lembut yang saat ini tengah terzalimi.


“Mulai sangat terbuka sebenarnya saat ia memuluskan langkah Gibran (putra sulung Jokowi) untuk menjadi cawapres. Waktu itu kan lewat putusan MK,” tutur Faris.


“Sekarang lewat DPR malah berupaya memuluskan Kaesang (putra bungsu Jokowi) jadi cawagub. Itu kan sangat terlihat sekali kalau sosok yang katanya lugu ini, ternyata penuh siasat buruk dan kecurangan,” sambung pria asli Jogja tersebut.



Syukur publik sudah sadar


Saya lalu mencoba menghubungi seorang kawan Jemaah Maiyah yang, persis di hari demo di Jogja, mengunggah ulang foto Cak Nun dengan narasi “Piye? Bener Omonganku, To?”.


“Dulu ketika Mbah Nun bilang Jokowi Firaun, dicaci maki, dihajar habis-habisan di medsos. Sekarang terbukti kan wujud asli Jokowi seperti apa?” ujar Huda (25), Jemaah Maiyah asal Jawa Timur melalui sambungan telepon.


Januari 2023 silam,  Huda merasa hatinya sesak bukan main, air matanya bercuruan, dengan amarah tertahan saat berbagai pihak menyerang Cak Nun gara-gara ucapan “Jokowi Firaun”. Kini ia merasa “lega” ketika melihat banyak pihak mulai membuka matanya.


“Kata Mbah Nun, di Pemilu 2024 ini kita akan kalah. Di Pilpres 2024 lalu kita sudah kalah. Tinggal Pilkada 2024 nanti yang Kaesang sedang diupayakan maju,” ungkap Huda.


“Tapi dengan demo-demo, termasuk demo di Jogja, setidaknya publik sudah membuka mata kalau negara ini sedang rusak. Jokowi menjadi salah satu sosok di balik kerusakan itu. Setidaknya kita mulai sadar untuk melawan, kawal putusan MK,” tegasnya.


SumberMOJOK

Penulis blog