POLITIK

Daftar Narasumber Acara Diskusi Diaspora FTA Yang Dibubarkan OTK: Refly Harun hingga Din Syamsuddin

DEMOCRAZY.ID
September 28, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Daftar Narasumber Acara Diskusi Diaspora FTA Yang Dibubarkan OTK: Refly Harun hingga Din Syamsuddin



DEMOCRAZY.ID - Acara diskusi 'Diaspora' yang digelar oleh Forum Tanah Air (FTA) mendadak dibubarkan oleh sejumlah orang tak dikenal (OTK) .


Diketahui acara diskusi tersebut digelar di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, pada hari ini, Sabtu (28/9/2024).


Dalam diskusi itu, FTA menghadirkan beberapa tokoh nasional.


Berikut daftar tokoh nasional yang hadir dalam Acara Diskusi Diaspora FTA yang mendadak dibubarkan oleh OTK:


1. Din Syamsudin (Ketum PP Muhammadiyah Periode 2005-2015)

2. Abraham Samad (Ketua KPK Periode 2011-2015)

3. Refly Harun (Pakar Hukum Tata Negara)

4. Marwan Batubara (Politikus, Mantan Anggota DPR RI)

5. Said Didu (Mantan Sekretaris Kementerian BUMN)

6. Rizal Fadhilah (Tokoh Muhammadiyah)

7. Soenarko (Eks Danjen Kopassus)

8. Tata Kesantra (Ketua Forum Tanah Air/FTA)


Kronologi Pembubaran Versi Polisi


Polisi mengungkap kronologi pembubaran disertai pengrusakan acara diskusi oleh beberapa OTK di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (28/9/2024) tadi pagi.


Menurut Kapolsek Mampang Prapatan Kompol Edy Purwanto pihaknya menerima perintah atasan untuk mengamankan aksi unjuk rasa yang berlokasi di depan Hotel Grand Kemang.


"Kronologinya pada Sabtu hari ini, kami dari Polsek Mampang Prapatan mendapatkan perintah dari pimpinan untuk melaksanakan pengamanan kegiatan unras dari Aliansi Cinta Tanah Air."


"Kami melaksanakan pengarahan pukul 08.00 WIB, lalu pukul 09.00 Aliansi Cinta Tanah Air ini datang melakukan orasi di gerbang pintu Grand Kemang bagian depan," kata Edy dalam keterangannya, Sabtu (28/9/2024).


Namun saat polisi tengah fokus melakukan pengamanan unjuk rasa di depan Hotel Grand Kemang, kata Edy, tiba-tiba ada informasi sejumlah OTK masuk ke dalam hotel melalui pintu belakang.


Setelah polisi mendapatkan informasi itu, mereka lalu menuju bagian belakang hotel untuk mengamankan bagian tersebut.


"Lalu, pada saat kami fokus pengamanan kegiatan unras di depan, tiba-tiba kami mendapatkan informasi ada sekelompok orang tak dikenal masuk lewat gerbang pintu belakang. Mereka yang melakukan pengerusakan itu masuk," katanya.


Edy mengeklaim polisi tidak mengetahui OTK itu melakukan pengrusakan terhadap acara diskusi.


Karena menurut Edy, polisi tak tahu jika di dalam hotel itu sedang ada acara diskusi lantaran tidak ada pemberitahuan ke polisi.


"Kami tidak tahu karena memang kegiatan di dalam juga apa kami tak tahu, karena tak ada pemberitahuan ke Polsek atau Polres terkait kegiatan."


"Pada hari ini kami lebih fokus pada pengamanan kegiatan unras yang dilakukan Aliansi Cinta Tanah Air yang ada di Grand Kemang gerbang depan," ujarnya.


Edy menambahkan, orang-orang yang melakukan pengrusakan acara diskusi dimaksud berbeda dengan orang-orang yang melakukan aksi unjuk rasa di depan Hotel Grand Kemang.


"Kegiatan unras ini tak ada kendala, tak ada masalah, jadi berjalan dengan baik. Jadi orang berbeda dengan kelompok yang melakukan unras," kata dia.


Kronologi Versi Narasumber


Ketua FTA, Tata Kesantra yang ikut menjadi pembicara mengungkap detik-detik pengrusakan oleh OTK dimaksud.


Menurut Tata, acara itu digelar sebagai wadah dialog antara diaspora Indonesia di mancanegara dengan sejumlah tokoh atau aktivis tentang masalah kebangsaan dan kenegaraan.


Sejak pagi, kata Tata, sekelompok massa yang sebagian ditengarai berasal dari Indonesia Timur sudah berorasi dari atas sebuah mobil komando di depan hotel.


"Tidak terlalu jelas pesan yang mereka sampaikan kecuali mengkritik para narasumber yang diundang dan membela rezim Presiden Jokowi," kata Tata dalam keterangannya, Sabtu (28/9/2024).


Selanjutnya, ketika acara baru akan dimulai, massa anarkis memasuki ruangan hotel dan mengubrak-abrik ruangan. Belasan orang OTK itu mengenakan masker. 


Kata Tata, polisi kelihatan diam membiarkan massa pengacau.


"Sekelompok orang yang bertindak anarkis memorak-parandakan panggung, menyobek backdrop, mematahkan tiang mik, dan mengancam para peserta yang baru hadir," katanya.


Tata menuturkan acara yang semula berbentuk diskusi lalu diubah dalam format konferensi pers.


Din Syamsuddin, salah satu pembicara, mengecam keras tindakan brutal tersebut dan menyebutnya sebagai cermin dari pelanggaran demokrasi yang terus terjadi. 


Ia berharap, jika Prabowo Subianto resmi menjabat sebagai presiden RI, pemerintahannya akan memperbaiki dan mengoreksi praktik-praktik yang merusak demokrasi selama era Presiden Joko Widodo (Jokowi).


“Peristiwa brutal tersebut merupakan refleksi dari kejahatan demokrasi yang dilakukan rezim penguasa terakhir ini,” kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.


Sumber: Tribun

Penulis blog