DEMOCRAZY.ID - Kemarahan publik semakin memuncak setelah jejak digital akun Fufufafa kembali mencuat, terutama di momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Akun fufufafa diduga menghina Nabi Muhammad, Benarkah?
Fufufafa dituding menghina Nabi Muhammad dalam komentarnya yang menanggapi unggahan di forum Kaskus terkait pemimpin yang menggunakan kendaraan berbahan bakar, sehingga mencemari lingkungan.
Pada 20 Januari 2018, seorang pengguna Kaskus mengkritik pemimpin yang dianggap tidak memberikan teladan dengan tidak mendukung penggunaan transportasi ramah lingkungan, melainkan malah berkontribusi pada polusi.
Unggahan ini kemudian ditanggapi oleh pemilik akun Fufufafa dengan komentar yang dianggap tidak pantas.
Fufufafa menulis, “Mau lo pake unta kayak junjungan lo ya?”, yang langsung memicu amarah para netizen.
Penggunaan kata “junjungan” dalam kalimat tersebut dianggap menghina sosok yang dimuliakan, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Respon dari pengguna media sosial sangat keras. Banyak yang merasa tersinggung dan menyayangkan tindakan Fufufafa.
“Mengolok-olok Rasul sudah keterlaluan dan tidak bisa dimaafkan. Semoga Allah tidak mengampuni dia dan keluarganya,” tulis pemilik akun @greyshxdow.
Pengguna lain, seperti @filosofiiii, juga menunjukkan rasa marahnya, “Gue nggak peduli komentar dia yang lain, tapi kalau sudah bawa-bawa Rasul, gue tersinggung.”
Prof, ini Fufufafa malah nyenggol nyenggol Nabi Muhammad juga. Gimana prof pandangannya??? https://t.co/YY1fGfHP3l pic.twitter.com/D7UG3PDlm4
— BP™ (@BangPino__) September 16, 2024
Berbagai respons negatif pun terus mengalir dari netizen, yang mempertanyakan bagaimana seseorang bisa dengan enteng mengetik kalimat yang dianggap sangat menghina.
Hingga kini, kemarahan publik masih belum mereda, dan banyak yang meminta agar tindakan tegas segera diambil terhadap pemilik akun Fufufafa atas pernyataannya yang dinilai sangat tidak pantas tersebut.
Ramai Dugaan Fufufafa Menghina Nabi Muhammad, Bagaimana Seyogyanya Umat Islam Menyikapi?
Belakangan ini, ramai pemberitaan terkait dugaan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh seseorang bernama "Fufufafa".
Kasus ini memicu reaksi keras di kalangan umat Islam, yang merasa tersinggung atas dugaan tersebut.
Namun, sebagai umat Islam, bagaimana sebenarnya cara terbaik menyikapi situasi seperti ini?
Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi akhlak mulia mengajarkan umatnya untuk bersikap bijak dalam menghadapi setiap permasalahan, termasuk dalam kasus penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ"
Artinya: "Tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS. Fussilat: 34)
Ayat ini mengajarkan bahwa dalam menghadapi keburukan, termasuk penghinaan, umat Islam dianjurkan untuk merespons dengan cara yang lebih baik, bukan dengan membalas keburukan dengan keburukan.
Ketika seseorang menghina atau memfitnah, Islam mengarahkan agar kita tidak terpancing emosi, melainkan tetap menjaga akhlak dan merespons dengan bijaksana.
Selain itu, Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur'an:
"وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا"
Artinya: "Dan apabila orang-orang jahil (bodoh) menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan 'salaam'." (QS. Al-Furqan: 63)
Ayat ini menjelaskan bagaimana kaum beriman seharusnya menghadapi orang-orang yang tidak menghormati atau menghina: dengan kesabaran dan kedamaian, bukan dengan kekerasan atau kemarahan.
Umat Islam dianjurkan untuk tetap bersikap tenang dan berusaha mendamaikan situasi.
Meneladani Akhlak Rasulullah SAW
Rasulullah SAW sendiri adalah teladan utama dalam menghadapi penghinaan.
Banyak kisah yang menunjukkan bagaimana Rasulullah merespons hinaan dengan kesabaran dan kasih sayang.
Salah satu kisah yang paling terkenal adalah ketika Rasulullah SAW dihina oleh penduduk Thaif.
Beliau dilempari batu dan diusir dari kota tersebut, namun alih-alih mendoakan keburukan bagi mereka, Rasulullah justru berdoa agar Allah memberi petunjuk kepada mereka.
Sikap ini menunjukkan bahwa meskipun Nabi Muhammad SAW dihina dan diperlakukan dengan buruk, beliau tetap mengedepankan kasih sayang dan pemaafan. Umat Islam diharapkan meneladani sikap ini dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap Tegas, Namun Bijaksana
Namun, bukan berarti umat Islam tidak boleh bersikap tegas dalam menghadapi kasus penghinaan. Islam juga mengajarkan untuk membela kehormatan Nabi dan agama, tetapi dengan cara yang damai dan tidak merusak. Rasulullah SAW bersabda:
"مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ"
Artinya: "Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tanganmu (kekuatan), jika tidak mampu maka dengan lisan (nasihat), dan jika tidak mampu juga maka dengan hati (membenci kemungkaran tersebut), dan itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa ketika terjadi kemungkaran, termasuk penghinaan terhadap Nabi, umat Islam harus berusaha mengubahnya dengan tindakan yang bijaksana, bukan dengan kekerasan.
Hal ini bisa dilakukan dengan menempuh jalur hukum atau melalui dakwah yang baik, yang menekankan pada penjelasan kebenaran tanpa perlu menimbulkan kerusakan atau kebencian.
Dalam menghadapi kasus dugaan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW, umat Islam seyogyanya bersikap bijaksana, menjaga ketenangan, dan meneladani akhlak mulia Rasulullah.
Respon yang tepat tidak hanya mencerminkan kecintaan kita kepada Nabi, tetapi juga menjaga citra Islam sebagai agama yang penuh kasih dan damai.
Sumber: JabarEskpress