CATATAN POLITIK

'Setelah Airlangga Mengundurkan Diri Mendadak'

DEMOCRAZY.ID
Agustus 20, 2024
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
'Setelah Airlangga Mengundurkan Diri Mendadak'


'Setelah Airlangga Mengundurkan Diri Mendadak'


Airlangga Hartarto mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar tanpa aba-aba kepada pengurus internalnya. Para pengurus teras Partai Golkar mengaku kaget. Kata Ketua DPP Partai Golkar Dave Laksono, pengunduran diri itu atas alasan pribadi. Padahal masa kepengurusan Airlangga hanya tinggal sekitar empat bulan lagi.


“Demi keberlangsungan transisi pemerintahan dan posisi Golkar di pemerintahan yang akan datang, beliau memilih untuk mengundurkan diri, agar memastikan posisi Golkar itu untuk menjadi relevan yang tinggi di pemerintahan yang akan datang,” kata Dave kepada detikX pekan lalu.


Putra Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono ini mengakui Airlangga terbilang sukses menakhodai Golkar. Namun, menurutnya, semua ini harus terjadi untuk mengamankan posisi Golkar di pemerintahan yang akan datang.


“Untuk memastikan posisi Golkar itu solid ke depan, kita segera menyelenggarakan munas. Karena alasan pilkada juga kita segera melaksanakan munas,” ujarnya.


Meski Airlangga dianggap berjasa menaikkan perolehan kursi Fraksi Golkar di parlemen, tak ada satu pun pengurus internal yang menolak pengunduran dirinya. Para pengurus Partai Golkar justru mempercepat prosesi pergantian pemimpin partai, mulai menyetujui pelaksana tugas pengganti Airlangga, rapimnas, hingga munas.


Meski tak kuasa menolak pengunduran diri Airlangga, politikus Partai Golkar John Kenedy Azis mengaku merasa sangat kehilangan dengan mundurnya pemimpin partainya tersebut.


"Kami kursi DPR banyak naik, sebanyak 17 kursi. Kita juga bisa menambah kursi di tingkat provinsi maupun gubernur, maupun kabupaten/kota. Ini kan prestasi politik yang luar biasa," kata John kepada detikX pada Rabu, 14 Agustus 2024.


Pada Maret lalu, Ketua DPP Golkar Firman Soebagyo sempat mengatakan di depan publik bahwa Airlangga adalah sosok yang tepat memimpin Golkar untuk periode selanjutnya. Begitu juga Airlangga sendiri, ia percaya diri akan menang secara aklamasi dalam Munas 2024 setelah pada Selasa, 16 April 2024, mendapat dukungan dari tiga ormas sayap Partai Golkar (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia, Himpunan Wanita Karya, dan Pengajian Al Hidayah). Namun Firman merasa pengunduran diri Airlangga ini terjadi secara mendadak.


"Sama sekali kami juga tidak dapat informasi apa-apa. Kami juga terkejut juga kan sebagai pengurus DPP. Para Wakil Ketua Umum awalnya juga kaget atas pengunduran diri itu," kata Firman kepada detikX pada Selasa, 13 Agustus 2024.


Firman mengatakan salah satu kemungkinan alasan adalah agar Golkar tetap solid dalam menyiapkan pilkada serentak. "Ya mungkin beliau berjiwa besarlah, ya jiwa kenegaraannya dia supaya partainya tetap solid untuk menyiapkan pilkada," ucapnya.


Adapun Plt Ketum Partai Golkar Agus Gumiwang mengatakan partainya akan memberikan penghargaan tertinggi kepada Airlangga Hartarto selaku mantan Ketum Golkar. Agus menyebut hal ini sudah disetujui dalam rapat pleno.


"Di dalam rapat pleno tadi apresiasi terhadap kepemimpinan Bapak Airlangga Hartarto tadi diputuskan bahwa nanti dalam gelaran memperingati hari ultah Partai Golkar pada Oktober yang akan datang, Partai Golkar akan memberikan penghargaan tertinggi kepada Bapak Airlangga Hartarto," kata Agus dalam konferensi pers di DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Selasa (13/8/2024).


Dugaan Masalah Hukum yang Menjerat Airlangga

Sebelumnya beredar kabar mundurnya Airlangga dikarenakan adanya tekanan dari pihak lain. Paksaan itu dilakukan dengan memanfaatkan status Airlangga yang pernah diperiksa oleh Kejaksaan Agung terkait kasus korupsi izin ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil dan turunannya periode 2021-2022 di Kementerian Perdagangan.


Selain itu, Airlangga dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri atas tudingan melakukan permainan kotor dengan para importir saat melepaskan 26.415 kontainer yang tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak Surabaya pada 18 Mei 2024.


Namun Waketum Golkar Ahmad Doli Kurnia membantah alasan pengunduran diri Airlangga Hartarto dari Ketum Golkar karena masalah hukum di Kejagung. Menurut Doli, keputusan Airlangga mengundurkan diri sangat personal.


"Nggaklah, saya kira gini, apa namanya, saya juga baru tahu ya, ternyata pengunduran dirinya itu tadi malam," kata Doli di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, pada Minggu, 11 Agustus 2024.


Doli menjelaskan, selain alasan personal, Airlangga disebut ingin berfokus mengemban tugas sebagai Menko Perekonomian. Khususnya di masa transisi pemerintahan dari Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran.


Presiden Jokowi juga membantah cawe-cawe atas pergantian pucuk pimpinan Partai Golkar. "Tidak ada," kata Jokowi di sela kegiatannya di IKN, Kalimantan Timur, pada Selasa, 13 Agustus 2024.




Dampak ke Pilkada 2024

Ketua DPP Partai Golkar Dave Laksono mengaku belum dapat memastikan apakah mundurnya Ketua Umum dapat mengubah proses pencalonan pilkada di sejumlah daerah. Hal itu akan bergantung pada keputusan ketua umum terpilih selanjutnya.


"Belum pasti seperti gimana ya, karena masih nunggu ketua umum yang baru nantinya gimana, mungkin ada beda pandangan atau masukan dia sendiri," kata Dave kepada detikX.


Namun, menurutnya, secara umum Golkar saat ini telah banyak melakukan seleksi dan penunjukan bakal calon kepala daerah yang akan diusung maupun didukung.


"Kan sudah proses survei tahap satu, tahap dua, sudah ada dukungan dari partai-partai lain gitu ya. Dan waktunya tinggal mepet sekali. Jadi kemungkinan besar sih yang lain sih akan tetap sama, tapi maksudnya gimana, ya nantilah tanya lagi sama ketum terpilih," ucapnya.


Sebelum Airlangga mengundurkan diri, Partai Golkar terlihat berseberangan dengan Partai Gerindra dan Koalisi Indonesia Maju. Di Banten, misalnya, Partai Gerindra dan KIM mengusung Andra Soni-Dimyati Natakusumah sebagai bakal calon Pilgub Banten 2024. Sedangkan Partai Golkar secara resmi memberikan surat keputusan kepada Airin Rachmi Diany sebagai bakal calon Gubernur Banten.


Begitu juga di DKI Jakarta, Partai Golkar memberikan surat keputusan kepada Jusuf Hamka pada Kamis, 18 Jul 2024, untuk maju sebagai bakal calon gubernur. Sedangkan Ridwan Kamil awalnya diajukan Golkar di Pilgub Jabar 2024. Namun belakangan, Partai Golkar merevisi surat keputusannya dan mengikuti KIM untuk mengusung Ridwan Kamil. Setelah Airlangga mengundurkan diri, Jusuf Hamka juga hengkang dari partai berlambang pohon beringin tersebut.


Di Pilgub Sumatera Utara 2024, Musa Rajekshah alias Ijeck mendaftar sebagai bakal calon gubernur. Dia adalah Ketua DPD Partai Golkar Sumut sekaligus mantan Wakil Gubernur Sumut. Dia bahkan mendaftar juga untuk dicalonkan oleh PDI Perjuangan. Namun belakangan, dia harus legawa karena partainya mengikuti KIM untuk mengusung menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution.


Airlangga Hartarto kala itu menjelaskan apa alasan lebih memilih Bobby. Dia juga berjanji akan memberikan perhatian khusus bagi karier politik Ijeck ke depannya.


"Pak Ijeck akan bertugas di DPR. Pak Ijeck sudah terpilih salah satu suara tertinggi di DPR. Jadi tentu akan bertugas di DPR dan selanjutnya kariernya tentu saya akan perhatikan," ujar Airlangga seperti dikutip dari CNN Indonesia di kediaman Jalan Widya Chandra III, Jakarta, pada Rabu, 19 Juni 2024.


Namun Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia memastikan keputusan mundurnya sang ketum tidak akan mengganggu berjalannya Partai Golkar, termasuk Pilkada 2024. Dia memastikan persoalan seperti ini sudah biasa dihadapi oleh Golkar.


"Proses menghadapi pilkada, terutama ini buat Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang selama ini berinteraksi dengan Partai Golkar dalam proses pencalonan, apa itu kader Partai Golkar dan kader partai lain, insyaallah tidak terganggu," kata Ahmad Doli saat konferensi pers di DPP Partai Golkar, Jakarta pada Minggu, 11 Agustus 2024.


Doli memastikan para calon kepala daerah yang sudah didukung Golkar tetap akan maju. Menurutnya, Golkar juga akan tetap siap menghadapi Pilkada 2024.


"Bapak-bapak ibu-ibu tetap akan bisa didukung dan dicalonkan Partai Golkar, apa pun yang terjadi saat ini dalam tubuh Partai Golkar. Partai Golkar tetap siap hadapi Pilkada 2024," ujar dia.


Peneliti politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio melihat adanya korelasi antara mundurnya Airlangga dan ambisi Partai Golkar di pilkada serentak. Menurutnya Airlangga dianggap terlalu ambisius menempatkan para kader-kadernya sebagai calon kepada daerah yang akan diusung oleh Koalisi Indonesia Maju.


"Kasus Banten misalnya, kasus Sumatera Utara, kasus Jakarta bisa dijadikan contoh kan. di Sumatera Utara, Pak Jokowi maunya Bobby, Airlangga maunya Musa Rajekshah," ucapnya kata Hendri kepada detikX.


Menurut Hendri, sebagai ketua umum partai sebesar Golkar, langkah yang diambil Airlangga sebenarnya sudah tepat. Ia berusaha mengutamakan kadernya yang sudah memiliki basis pendukung dan pengalaman di wilayahnya. Namun upaya itu justru dianggap mengganggu skenario yang disusun oleh Jokowi.


"Di Banten Airin, terserah Airin kan mau wakilnya siapa. Tapi kelihatannya kan ada yang nggak suka dengan Airin. Demikian juga dengan Ridwan Kamil. Kalau kuatnya di Jabar, ya mestinya di Jabar. Nah, Airlangga tampaknya nggak mau mengikuti skenario-skenario yang seperti itu," ucapnya.


Sumber: DetikX

Penulis blog