'Raja Jawa Bahlil Memicu Perpecahan Anak Bangsa' Makassar, yang terkenal dengan keragaman budaya dan semangatnya, baru-baru ini menjadi sorotan ketika sebuah spanduk bertuliskan “Makassar Tidak Tunduk Pada Raja Jawa” muncul di Fly Over Pettarani. Spanduk ini bukan hanya sebuah bentuk protes, melainkan juga sebuah reaksi kuat terhadap pernyataan Bahlil Lahadalia, seorang tokoh politik yang kini dijuluki “Raja Jawa.” Pernyataan tersebut dianggap menyinggung dan berpotensi memecah belah persatuan bangsa Indonesia. Sejarah panjang Indonesia menunjukkan bahwa keragaman suku dan budaya sering kali menghadapi tantangan besar dalam usaha menyatukan bangsa. Narasi yang eksklusif dan sektarian telah menjadi penghalang utama dalam upaya tersebut. Sebutan “Raja Jawa” yang disematkan kepada Bahlil menambah kompleksitas situasi politik saat ini, di mana sentimen antardaerah semakin menonjol dan berpotensi memicu ketegangan yang lebih besar. Dalam konteks ini, sebutan “Raja Jaw...
'Raja Jawa Bahlil Memicu Perpecahan Anak Bangsa' Makassar, yang terkenal dengan keragaman budaya dan semangatnya, baru-baru ini menjadi sorotan ketika sebuah spanduk bertuliskan “Makassar Tidak Tunduk Pada Raja Jawa” muncul di Fly Over Pettarani. Spanduk ini bukan hanya sebuah bentuk protes, melainkan juga sebuah reaksi kuat terhadap pernyataan Bahlil Lahadalia, seorang tokoh politik yang kini dijuluki “Raja Jawa.” Pernyataan tersebut dianggap menyinggung dan berpotensi memecah belah persatuan bangsa Indonesia. Sejarah panjang Indonesia menunjukkan bahwa keragaman suku dan budaya sering kali menghadapi tantangan besar dalam usaha menyatukan bangsa. Narasi yang eksklusif dan sektarian telah menjadi penghalang utama dalam upaya tersebut. Sebutan “Raja Jawa” yang disematkan kepada Bahlil menambah kompleksitas situasi politik saat ini, di mana sentimen antardaerah semakin menonjol dan berpotensi memicu ketegangan yang lebih besar. Dalam konteks ini, sebutan “Raja Jaw...