DEMOCRAZY.ID - Menjadi yang pertama di Asia Tenggara, Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) menyebabkan kerugian untuk perusahaan lokal.
Kereta cepat yang menjadi penghubung Jakarta dan Bandung memiliki panjang lintasan 142,3 kilometer dengan fasilitas empat stasiun perhentian di sepanjang lintasan.
Dengan spesifikasi panjang tersebut, pembangunan proyek KCJB secara keseluruhan menghabiskan dana 6,33 Miliar Dollar Amerika.
Pembangunan proyek ini melalui dua waktu pengajuan proposal biaya yang masing-masingnya cukup besar.
Pada proposal awal, dana pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung ini diajukan sebesar 5,13 miliar dolar.
Proyek ini kemudian mengalami pembengkakan anggaran yang sangat fantastis hingga 1,2 miliar dolar.
Keunggulan Kereta Cepat Jakarta Bandung (Whoosh) dibanding transportasi lain yaitu mampu menghubungkan Jakarta-Bandung hanya dalam waktu 45 menit saja.
Umumnya jika menggunakan transportasi lain perjalanan Jakarta - Bandung menghabiskan 2-4 jam.
Adanya proyek ini diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor pariwisata dan membantu menghidupkan UMKM sekitar.
Namun dibalik itu, proyek unggulan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini tenyata disebut menjadi penyebab kerugian bagi PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Pihak WIKA mengatakan, salah satu penyebab kerugian yang ditanggung perusahaan pada 2023 disebabkan oleh Whoosh.
WIKA mencatatkan kerugian Rp 7,12 triliun di tahun 2023. Kerugian ini membengkak 11.860% dari kerugian Rp 59,59 miliar di tahun 2022.
Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito mengatakan bahwa salah satu faktor kerugian perusahaan disebabkan oleh kerugian PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Sebagai informasi, PT PSBI adalah anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI) yang memegang 60% saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
"Mulai dari tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian yang ditimbulkan PSBI atau kereta cepat,” ucap Agung dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi IV DPR RI pada 8 Juli 2024.
“Untuk penyertaan saja sudah Rp 6,1 triliun (untuk konsorsium Whoosh). Kemudian, yang masih belum dibayar sekitar Rp 5,5 triliun, sehingga totalnya hampir Rp 12 triliun,” sambungnya.
Dilansir dari laporan keuangan WIKA 2023, beban perusahaan tercatat membengkak.
Paling besar, beban lain-lain naik 310,16% menjadi Rp5,40 triliun dan beban keuangan meningkat 133,70% sebesar Rp3,20 triliun di tahun 2023.
Beban keuangan ini terdiri dari beban bunga atas utang bank ataupun nonbank, beban provisi, serta beban administrasi bank terkait perolehan pinjaman yang diraih perseroan.
Sumber: AyoBandung