POLITIK

Permintaan Maaf Jokowi, Pantasnya Diterima atau Ditolak Saja?

DEMOCRAZY.ID
Agustus 04, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Permintaan Maaf Jokowi, Pantasnya Diterima atau Ditolak Saja?



DEMOCRAZY.ID - Permintaan maaf yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menimbulkan pro dan kontra. Ada yang menyambut baik, ada juga yang mengkritik.


Tanggapan kontra datang dari PDIP. Jubir banteng moncong putih, Chico Hakim, menganggap permintaan maaf itu sudah terlambat disampaikan sekarang, karena Jokowi sudah membuat beberapa kerusakan selama memimpin Indonesia, terkhusus dari sisi demokrasi.


"Kalau di bidang demokrasi tentu kita tahu ada pembegalan konstitusi kita hanya untuk loloskan putra sulungnya, dan baru-baru ini dilakukan lagi untuk meloloskan putra bungsunya sebagai kandidat politik," kata dia di Jakarta, Jumat (2/8/2024).


Senada, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menuntut Presiden Jokowi mempertanggungjawabkan setiap kebijakan yang dibuatnya selama memimpin Indonesia hampir 10 tahun.


Hasto mencontohkan soal data impor beras karena terbukti tahun ini harus impor 6 juta. 


Ia menyebut berbagai kebijakan Presiden Jokowi harus dipertanggungjawabkan lebih dahulu, bukan permintaan maaf.


"Kebijakan-kebijakan itulah yang harus dipertanggungjawabkan terlebih dahulu kepada rakyat dan itu harus kedepankan, bukan permintaan maafnya dulu," kata Hasto dalam keterangannya, Sabtu (3/8/2024).


Suara sumbang PDIP mendapat balasan dari kubu Koalisi Indonesia Maju (KIM). Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi mengatakan, program yang belum sempurna di era Jokowi nantinya akan diselesaikan dan diperbaiki oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.


Viva meminta PDIP menerima kekalahan dengan jiwa ksatria. Dia mengatakan semestinya, PDIP tidak usah lagi mengorek masa lalu dengan narasi negatif yang akan menebar energi buruk.


"Jika sudah kalah, ya sebaiknya menerima dengan jiwa ksatria. Tidak usah lagi mengorek-ngorek masa lalu dengan memakai bahasa negatif, destruktif, dan toxic. Tidak enak dibaca dan dirasa karena menebar energi buruk, he-he-he," ujarnya, Jumat (2/8/2024).


Sementara, pengamat politik sekaligus Direktur Lembaga Survey and Polling Indonesia Igor Dirgantara menilai tak ada kata terlambat bagi Presiden Joko Widodo untuk meminta maaf atas kekurangannya dalam menjalankan pemerintahan selama 10 tahun ke belakang.


Dia menilai bahwa penyampaian permohonan maaf merupakan ajaran baik dari semua keyakinan atau agama. 


Sehingga, menurut dia, apapun sosoknya maupun kondisinya, permintaan maaf baik untuk dilakukan oleh Presiden sekalipun.


"Pak Jokowi sudah berusaha berbuat yang maksimal untuk bangsa Indonesia. Pak Jokowi bukan Tuhan, pasti ada juga kesalahannya," kata Igor saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (3/8/2024).


Sebelumnya, Jokowi menyampaikan permohonan maafnya saat menghadiri acara Zikir dan Doa Kebangsaan menjelang HUT ke-79 RI di halaman Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (1/8/2024). Jokowi menyadari dirinya tak bisa menyenangkan semua pihak.


"Di hari pertama bulan kemerdekaan, bulan Agustus. Dengan segenap kesungguhan dan kerendahan hati, izinkanlah saya dan Kiai Haji Ma'ruf Amin ingin memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas segala salah dan khilaf selama ini. Khususnya selama kami berdua menjalankan amanah sebagai Presiden Republik Indonesia dan sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia," kata Jokowi.


Terlepas dari segala pro dan kontra, meminta maaf dan memaafkan di dalam Islam sangat dianjurkan dan wajib dilakukan setiap insan manusia, baik yang melakukan kesalahan, kekhilafan kepada orang lain, baik yang disengaja atau tidak disengaja. Entah itu kesalahan secara lisan ataupun perbuatan yang dapat merugikan orang lain.


Hal ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Beliau adalah sosok yang lemah lembut, penyayang, lagi penyabar. 


Rasulullah SAW tidak pernah mengutamakan emosi sesaat dan tidak menuruti nafsu amarahnya.


Mengutip buku Mutiara Hadis Qudsi oleh Ahmad Abduh Iwadh, Aisyah RA pernah ditanya mengenai akhlak Rasulullah SAW, maka ia menjawab, "Beliau tidak pernah berbuat jahat, tidak berbuat keji, tidak meludah di tempat keramaian, dan tidak membalas kejelekan dengan kejelekan, melainkan beliau selalu memaafkan dan memaklumi kesalahan orang lain." (HR Ibnu Hibban).


Dikutip dari NU Online, sikap pemaaf harus dimiliki umat muslim. Hal ini secara tegas dijelaskan dalam firman-Nya di surat Al A'raf ayat 199.


خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ


Artinya: "Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh."


Sumber: Inilah

Penulis blog