'Palagan Baru Jokowi vs PDIP'
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo banjir dukungan menjadi calon Wali Kota Surakarta atau Solo. DPC Gerindra Solo siap mengusung Bhre bersama lima partai lainnya. Ketua DPC Partai Gerindra Solo Ardianto Kuswinarno mengatakan komunikasi yang dibangun dengan Bhre tak lepas dari campur tangan anak sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka.
“Di sisi Mas Gibran juga meng-endorse ketika ada kegiatan-kegiatan, contohnya 17 Agustus kayak gini kemarin ketika Mas Gibran masih menjabat wali kota, Gusti Bhre menjadi komandan upacaranya. Terus ulang tahun Kota Solo, dia yang menjadi pemimpin upacaranya juga,” ujar Ardianto ketika ditemui detikX di kantornya.
Ardianto mengklaim sejauh ini lima partai lain telah sepakat dan kompak untuk mengusung Bhre, yaitu PSI, Golkar, PKB, PAN, dan PKS. PSI dan Gerindra menjadi partai pengusung utama.
Meski Ardianto mengatakan telah melakukan beberapa kali pertemuan dengan Bhre, sampai hari ini belum terucap secara lisan dari Gusti Bhre terkait dengan kesediaannya maju menjadi calon wali kota. Ardianto tak mencemaskannya sedikit pun. “Dari gestur, dari perjalanan hari demi hari, itu menunjukkan kalau beliaunya ini komitmen ingin maju menjadi wali kota,” jelasnya.
Namun, sampai hari ini, DPC Gerindra Solo masih menunggu pula keputusan dari ketua umumnya, Prabowo Subianto, untuk secara resmi mengusung Bhre. Sebaliknya, PSI selangkah lebih pasti mendukung secara resmi Bhre untuk maju.
Ketua PSI Solo Tri Mardiyanto mengatakan partainya menjadi partai yang pertama memperoleh restu dari ketua umumnya, Kaesang Pangarep, untuk mendukung Bhre menjadi calon Wali Kota Solo. Tri juga menyebut memang terdapat rekomendasi tunggal untuk mendukung Bhre maju dalam Pilkada Solo 2024. “Jadi nggak ada (probabilitas mengusung calon lain). Kami fokus Kanjeng Gusti Bhre,” kata Tri di sela-sela menemani Bhre blusukan ke Pasar Kliwon pada Kamis, 8 Agustus 2024.
Blusukan menjadi strategi khusus untuk mengenalkan Bhre kepada masyarakat Solo. Baik Ardianto maupun Tri mengakui hal tersebut. Strategi itu dikenal sebagai langkah turun-temurun yang dilakukan Jokowi hingga Gibran, terutama menjelang pemilihan umum.
Blusukan bertajuk Berkah Suro yang dilakukan Bhre tak serta-merta dilakukan dengan tangan kosong. Warga mendapat undangan berupa kupon yang nantinya bisa ditukar dengan sembako seusai acara temu dengan Bhre.
Adapun ramai-ramai dukungan diumumkan kepada Bhre oleh para relawan Gibran hingga relawan Prabowo Subianto. Di antaranya Relawan Prabowo-Gibran, Relawan Bolone Mase, serta Relawan Sahabat Bang Ara.
Dengan dukungan banyak partai sekaligus strategi yang kini terus dijalankan, Tri tak gentar dan meyakini bisa mengalahkan partai yang telah lama merajai Kota Solo selama puluhan tahun lamanya, yaitu PDI Perjuangan. Strategi yang serupa, menurutnya, telah cukup berhasil menurunkan jumlah perolehan kursi PDI Perjuangan di DPRD Kota Solo.
“Dari 30 menjadi 20 itu kan pertanda strategi ini cukup berdampak. Mengurangi sepuluh kursi itu lumayan, lho,” ujar Tri.
Partai pemenang Pileg 2024 tertinggi kedua di Solo, PKS, meyakini pilihannya hendak mendukung Bhre dan bergabung dengan koalisi merupakan pilihan yang tepat. Musababnya, melihat kondisi lapangan, bergabungnya enam partai di Solo bisa membawa kemenangan semakin dekat.
Ketua DPD PKS Solo Daryono mengatakan, meski DPC Surakarta cukup mantap dengan pilihan koalisi untuk mengusung Bhre sebagai calon wali kota, pihaknya belum bisa mengetok keputusan akhir terkait Pilkada Solo. Selain dikarenakan menunggu kesediaan resmi dari Bhre, PKS membutuhkan persetujuan akhir dari DPP pusat untuk mengusung calon wali kota beserta wakilnya. Sementara ini, selama belum ditetapkan pula calon pendamping Bhre, PKS akan melihat perkembangan situasi.
“Jadi kami sebenarnya secara arah dan kecenderungan mulai mengerucut, tapi secara final kita menunggu tahap yang harus dilakukan. Satu, menunggu secara resmi Gusti Bhre, karena yang lain kan sudah declare. Kedua, soal pasangan, dan menunggu bagaimana kesepakatan akhir koalisi ini, apakah memiliki visi yang sama,” ungkap Daryono kepada detikX.
Daryono menambahkan, selama DPP PKS pusat belum memberikan persetujuannya, selama itu pula ada berbagai kemungkinan yang terjadi.
Sebelum bergabung dengan koalisi partai pendukung Bhre, PKS sempat membuka komunikasi dengan PDI Perjuangan. Namun Daryono mengaku hingga saat ini belum terdapat titik temu di antara keduanya.
Menurut sumber detikX di kalangan internal PKS Solo, mulanya PKS tertarik menjalin komunikasi serius terkait Pilkada Solo dengan PDI Perjuangan. Tetapi, karena sambutan yang dianggap kurang antusias, PKS mengurungkan niatnya.
“Mereka membuka komunikasi, tapi ibaratnya njenengan ngomong sama orang yang tidak ingin ngomong dengan njenengan. Sambutannya kurang, ya sudah. Bisa jadi mereka sudah yakin (menang sendiri) atau bisa jadi yakin nggak menang,” papar sumber tersebut.
Sementara itu, senada dengan PKS, Ketua DPC PKB Solo Moh Chamim Irfani mengatakan partainya telah yakin mendukung Bhre dan kini tengah dalam proses mengirim surat rekomendasi kepada DPP PKB.
Sedangkan Ketua DPD Partai Golkar Solo Sekar Tandjung mengaku mendapat surat tugas dari DPP Golkar untuk turut berpartisipasi dalam Pilkada Solo 2024. Sekar, yang digadang-gadang menjadi salah satu pendamping Bhre dalam Pilwalkot Solo, mengaku masih terus menunggu arahan dari DPP.
“Arahan dari pusat adalah kita coba jaga koalisi KIM. Diupayakan untuk jaga koalisi KIM. Keputusan semua di DPP. Kami harus siap apa pun dengan keputusan (enam partai), entah sesuai yang diharapkan atau yang nggak diharapkan,” ungkap Sekar pada Jumat, 9 Agustus 2024.
Jalan Senyap PDI Perjuangan
Ketua Fraksi PDI Perjuangan Kota Solo sekaligus Ketua Tim Pemenangan Pilkada Solo, YF Sukasno, mengatakan masih terus melakukan konsolidasi dengan seluruh jejaring ranting partai. Ada 20 nama yang mendaftar sebagai wali kota dan wakil wali kota ke PDI Perjuangan. Namun Sukasno tak menyebut siapa saja nama-nama yang mengerucut dan dipertimbangkan oleh DPC maupun DPP PDI Perjuangan.
“Semua yang jumlahnya 20 itu yang dibawa ke DPP, nanti DPP yang menentukan,” kata Sukasno saat ditemui detikX di gedung DPRD Surakarta.
“Solo hari ini butuh pemimpin yang benar-benar mencintai masyarakat Solo. Artinya, tidak hanya digunakan sebagai batu loncatan dan sebagainya. Masyarakat Solo merindukan pemimpin yang memasyarakat, yang tidak ada sekat, yang mudah ditemui. Itu tipikalnya wali kota PDI Perjuangan ya seperti itu,” lanjut Sukasno.
Sukasno tak memusingkan persoalan PDI Perjuangan yang terkesan dikeroyok oleh koalisi lawan. Menurutnya, keadaan tidak bisa dipastikan sampai partai dan calon wali kota benar-benar terdaftar di KPU.
“Kami menjalin komunikasi dengan semua partai, dengan PAN, PKS, PKB, Golkar. Komunikasi politik itu ada yang tertutup dan ada yang terbuka. Yang terbuka ya yang terlihat oleh media, tapi yang tidak kalah penting adalah komunikasi tertutup atau koalisi tertutup. Silakan mau komunikasi ke mana saja, tapi pada deng-nya nanti akan kembali pada komitmen awal,” jelas Sukasno.
Sukasno juga menegaskan PDI Perjuangan tak akan bergabung dengan koalisi lawan. Ia mengingatkan kembali, selama ini PDI Perjuangan telah berhasil mengusung wali-wali kota hebat, seperti Jokowi dan Gibran, yang lahir dari rahim PDI Perjuangan. “Jadi yang penting PDI Perjuangan siap, dikeroyok kita siap kalau betul-betul dikeroyok. Yang penting terus bergerak di tengah rakyat, nggak usah banyak omong,” tambah Sukasno.
Sukasno tak membeberkan lebih jauh terkait dengan langkah dalam waktu dekat yang hendak dilakukan PDI Perjuangan terkait dengan persiapan Pilkada Solo.
Peneliti politik dan akademisi Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komaruddin menilai ada potensi kekalahan yang terbaca terkait situasi terkini di Pilkada Solo 2024. Sebab, Solo menjadi kota seksi yang kini menjadi perebutan antara PDI Perjuangan dan keluarga Jokowi.
“PDIP punya potensi kalah. Karena dikeroyok oleh pihak yang punya kekuasaan. PDIP bisa kehilangan kursi Wali Kota Solo,” kata Ujang.
Ujang menyoroti tidak adanya calon wali kota PDI Perjuangan yang ditonjolkan merupakan sebuah tanda bahwa PDI Perjuangan tampak berhati-hati dengan langkah kubu Jokowi. Tak mustahil, kata Ujang, nantinya bisa saja terjadi skema kotak kosong maupun calon wali kota ‘boneka’ untuk memenangkan calon wali kota dari kubu keluarga Jokowi.
“Partai-partai sangat pragmatis, kaderisasi tak jalan, dan basisnya bukan ideologis. Kalkulasinya hanya kepentingan. (Calon wali kota belum keluar) karena PDIP tidak berani lawan Jokowi di Solo. Karena, jika ada kader PDI Perjuangan Solo maju, bisa saja dikerjai,” tandasnya.
Sumber: DetikX