‘Mengawal’ Anak dan Menantu dari Pohon Beringin, Bakal Muluskah?
Jika skenario Jokowi ‘masuk’ ke partai beringin termasuk ‘menyimpan’ orang kepercayaannya berjalan mulus, muncul pertanyaan, akankah babak selanjutnya yakni upaya mempertahankan posisi tawarnya di masa pemerintahan Prabowo Subianto akan berjalan mulus?
“Saya nyaris tidak percaya semuanya terjadi secepat ini di Partai Golkar,” keluh salah seorang pimpinan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar, dalam perbincangan dengan Inilah.com, 11 Agustus, sesaat setelah beredar pengumuman pengunduran diri Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartato.
Sebenarnya ia tak begitu terkejut dengan dinamika yang terjadi di Partai Golkar, dengan lengsernya Airlangga Hartarto kemudian ditunjuk Agus Gumiwang Kartasasmita sebagai pelaksana tugas (Plt) hingga kemudian muncul nama Bahlil Lahadalia menjadi ketua umum.
“Isu ini sudah beredar di kalangan kami sejak beberapa waktu lalu. Yang kami kaget adalah pergantian Ketum waktunya maju sangat cepat tanpa menunggu Munas Desember nanti. Apa yang sebenarnya terjadi?” lanjutnya.
Ini yang menurutnya membuat kader partai beringin di daerah terkaget-kaget dan bingung. Drama politik terbaru ini juga membuat publik terhenyak. "Tak seorang pun mengira akan secepat ini," kata Aditya Perdana, analis politik Universitas Indonesia.
Sejak awal isu santer menyebar di publik tentang skenario Jokowi bakal bergabung dengan Golkar setelah mundur dari kursi kepresidenan.
Memburuknya hubungan Jokowi dengan partai pengusungnya yakni PDI-Perjuangan yang memicu perlunya kendaraan politik baru pasca-kepresidenan, merupakan faktor pendorong pentingnya mendekati bahkan ‘menguasai’ Pohon Beringin.
Para analis yakin bahwa partai tersebut akan memberikan ‘pintu khusus’ untuk memperluas pengaruh politiknya meskipun mantan Wali Kota Solo ini sudah berada di luar istana.
“Golkar menjadi pilihan yang menarik bagi Jokowi karena dinamika internalnya yang fleksibel, terbuka, dan inklusif, serta menerima individu dari semua latar belakang, termasuk Jokowi,” kata Dr Ujang Komarudin, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia. Golkar juga merupakan salah satu partai pemenang pemilu terbesar.
Bisa Mengawal Anak Mantu Lewat Beringin
Dekat dan bersama Golkar tentu akan membuat kekuatan Jokowi pasca-kepresidenan tak mudah tergoyahkan.
Termasuk tentu saja mengawal anak sulungnya yakni Gibran Rakabuming Raka yang terpilih mendampingi Prabowo Subianto sebagai wakil presiden. Juga anak bungsu dan mantunya yang digadang-gadang akan ikut konstestasi Pilkada.
Menantu Jokowi yakni Bobby Nasution bakal maju di Pemilihan Gubernur Sumatera Utara sementara si bungsu Kaesang Pangarep disebut-sebut tengah dipersiapkan untuk mengikuti Pilgub di Jawa Tengah.
Jadi mereka butuh kekuatan yang solid dari sebuah partai besar, yang bisa mendukungnya setidaknya dalam lima tahun ke depan.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menekankan bahwa langkah potensial Jokowi bergabung dengan Golkar akan membantu menjaga pengaruh politik dan posisi tawar strategisnya tetap utuh.
“Jokowi adalah sosok yang kuat, memiliki basis massa yang jelas, (dan) rekam jejaknya cukup baik di tingkat eksekutif,” kata Agung, mengutip Channel News Asia (CNA).
Setelah anak emasnya Bahlil Lahadalia berhasil menduduki posisi puncak di Golkar tentu saja jalan Jokowi ‘menguasai’ partai beringin ini semakin lapang.
Kedekatannya dengan Bahlil memungkinkan Jokowi memiliki posisi penting dan bergengsi seperti yang dimiliki Presiden Soeharto di partai itu.
Soeharto meskipun bukan ketua umum partai, memiliki kewenangan mutlak dalam menentukan kebijakan Golkar ketika itu.
Apakah skenario ini akan berjalan mulus? Hingga hari ini drama politik di Golkar ini sepertinya masih sesuai skenario.
Mundurnya Airlangga sehingga terpaksa mempercepat Munas Golkar yang seharusnya digelar Desember menjadi 20-21 Agustus sebelum pemerintahan Jokowi berakhir tentu bukan kebetulan.
Kemudian ditunjuk Agus Gumiwang sebagai Plt dan menggelar Munas yang secara aklamasi memilih Bahlil.
Semula rumor beredar Bahlil akan menunjuk Jokowi sebagai ketua dewan pembina Partai Golkar. Bahlil sesuai amanat Munas memiliki kewenangan penuh untuk menyusun kepengurusan termasuk menentukan siapa yang menjadi ketua dewan pembina.
Namun Bahlil telah mengumumkan bahwa ketua dewan pembina akan dipegang Agus Gumiwang.
Belum ada sinyal-sinyal apakah Bahlil akan membawa Jokowi ke dalam gerbong kepengurusannya.
Tapi itu bukan hal yang mustahil mengingat kedekatan dan soliditas keduanya selama ini. Kalau ini ternyata terjadi, berarti babak krusial ‘menguasai’ Golkar sudah tercapai.
Babak Berikutnya akan Mulus?
Jika skenario Jokowi ‘masuk’ ke partai beringin termasuk ‘menyimpan’ orang kepercayaannya berjalan mulus, muncul pertanyaan, akankah babak selanjutnya yakni upaya mempertahankan posisi tawarnya di masa pemerintahan Prabowo akan berjalan mulus?
Meskipun memiliki koalisi besar, Prabowo masih akan menghadapi tantangan signifikan. Selain harus mengamankan mayoritas parlemen, mantan Komandan Pasukan Khusus (Kopassus) berusia 72 tahun itu juga harus mengelola berbagai kepentingan dalam koalisinya, menyeimbangkan berbagai partai dan faksi di bawah pendekatan ‘tenda besar’.
Pengamat politik Dr Cecep Hidayat dari Universitas Indonesia memprediksikan kemungkinan akan munculnya pemerintahan bayangan yang berkelanjutan.
“Jokowi, meskipun secara resmi telah mengundurkan diri sebagai presiden, akan terus memegang pengaruh yang signifikan di balik layar,” katanya.
Hal ini pada akhirnya dapat berujung pada bentrokan visi Jokowi dan Prabowo. “Apakah hubungan mereka bisa tetap baik-baik saja?” tanya Dr Cecep.
Bisa jadi fenomena yang muncul di Filipina terjadi juga di Indonesia. Di Filipina sempat terjadi ketegangan dan keretakan di pemerintahannya antara Presiden Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr dan Wakil Presiden Sara Duterte. Marcos junior telah membantah adanya perseteruan dengan putri mantan presiden Rodrigo Duterte, yang menang telak dalam pemilihan umum 2022. Namun masyarakat bisa merasakan konflik di antara putra-putri mantan Presiden itu.
Melihat jejak dan pengalaman militernya, Prabowo tentu bakal bersikap tegas. Prabowo dikenal memiliki karakter independen yang sangat kuat dan akan berupaya membuktikan bahwa ia lebih baik dari pendahulunya. Sang Jenderal dipastikan akan membangun kewenangannya sendiri saat ia mengambil alih tampuk pimpinan nanti.
Artinya akan sulit bagi Jokowi untuk mempertahankan pengaruhnya terhadap Prabowo. “Dia akan memberi ruang politik kepada Jokowi tetapi tidak dalam jangka waktu lama,” kata pakar kepemimpinan dan politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio.
Profesor Vedi Hadiz, Direktur Institut Asia di Universitas Melbourne, mengatakan hal senada bahwa begitu Prabowo memangku jabatan tertinggi, pengaruh Jokowi akan terkikis secara signifikan.
"Semua jaringan patronase yang dibangun (Jokowi) berpotensi bergeser ke arah Prabowo. Jadi yang perlu dilakukannya (saat ini) adalah menempatkan sebanyak mungkin orang yang loyal kepadanya di posisi-posisi kunci untuk memastikan bahwa ia memiliki pengaruh terhadap Prabowo," katanya mengutip Asia First dari CNA.
Apa yang terjadi di Golkar kali ini menjadi sebuah pelajaran penting bangsa ini. Politik tak lebih dari sekadar kekuasaan, uang, kroni dan kepentingan pribadi atau sekelompok orang termasuk anak, menantu dan keluarga.
Sumber: INILAH