DEMOCRAZY.ID - Bagi umat Islam wabilkhusus nahdliyin, sosok Kh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bunkanlah sosok ulama biasa. Dia adalah sosok wali, sebagaimana leluhurnya, KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU.
Gus Dur melampaui apa yang tak bisa dicapai orang lain, setidaknya hingga hari ini. Sebagaimana waliyullah, Gus Dur juga banyak dianugerahi karomah.
Gus Dur adalah ulama alim, sekaligus ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tiga kali berturut-turut. Di akhir masa khidmatnya di PBNU, Gus Dur jadi Presiden ke-4 RI.
Membicarakan Gus Dur bisa dilakukan dengan dimensi bermacam-macam. Dia adalah ulama, cendekiawan, seniman, budayawan, aktivis, cum politikus.
Banyak yang mengidolakan Gus Dur. Uniknya, penggemar Gus Dur tampaknya justru makin banyak setelah wafatnya.
Salah satu yang mengidolakan Gus Dur adalah KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), seorang ulama alim yang juga Rais Syuriyah PBNU. Sesuai bidang keilmuannya Gus Baha mengagumi Gus Dur dari kaca mata fiqih.
Mengawali pembahasannya, Gus Baha mengenang saat Gus Dur dilengserkan sekitar 23 tahun silam. Menurut Gus Baha, saat itulah keistimewaan Gus Dur muncul.
Bagi sebagian orang, apa yang diungkapkan oleh Gus Baha ini membuat sadar. Dan itu baru disadari setelah Gus Dur wafat bertahun-tahun lampau.
Keistimewaan Gus Dur Menurut Gus Baha
Gus Baha mengaku orang yang mengidolakan sosok Gus Dur. Terutama dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan fikih. Ini sesuai dengan ilmu yang ditekuni Gus Baha.
"Saya akan mengagumi Gus Dur dari segi fikih," katanya saat mengisi ceramah agama di Haul ke-10 Gus Dur di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur Sabtu malam (21/12), sebagaimana ditulis di NU Online, dikutip Rabu (21/8/2024).
Di antara masalah fikih yang dikagumi oleh Gus Baha adalah saat Gus Dur dilengserkan dari presiden yang dikenang para ulama Indonesia dan sejumlah tokoh dunia.
Saat itu, Gus Dur berhasil mengelola konflik tersebut sehingga tidak terjadi pertempuhan darah. Bagi Gus Baha ini satu prestasi yang diyakini menjadi amal baiknya.
Menurut pandangan Gus Baha, sikap Gus Dur ini searah dengan kaidah fikih yaitu dar'ul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih.
Islam sejak dulu sebisa mungkin menekankan agar tidak ada darah yang menetes, apalagi demi kekuasaan.
Teladan Rasulullah dalam Perjanjian Hudaibiyah
Rasulullah mencontohkan cara cinta damai saat berdamai dalam perjanjian hudaibiyah.
Saat itu, Suhail bin Amr memberi sekian poin yang semua merugikan Rasulallah. Tapi Nabi tetap menerima.
"Tapi Rasulallah nuruti itu semua agar tidak terjadi tumpah darah. Padahal Suhail saat itu masih kafir. Perdamaian harus kita jaga," tambahnya.
Dalam perjanjian tersebut, Nabi Muhammad SAW hanya minta satu hal yaitu orang kafir Quraisy tidak boleh melarang orang diskusi tentang Islam.
Akhirnya banyak orang diskusi tentang Tuhan, agama, dan macam-macam. Dari sini banyak orang-orang mulai membandingkan antara enak mana punya Tuhan berupa batu atau Tuhan yang dibawa Nabi Muhammad.
Banyak yang mulai kritis menanyakan alasan kenapa menyembah batu barang mati dan sesuatu yang dipahat sendiri.
"Karena mereka diskusi bebas tanpa tekanan akhirnya mereka memilih Islam. Karena banyak yang masuk Islam maka otomatis perjanjian itu dibatalkan. Ini keberhasilan luar biasa. Ini sama dengan pilihan Gus Dur mencegah pertumpahan darah," pungkasnya.
Sumber: Liputan6