DEMOCRAZY.ID - Mengenakan baju kain tenun berwarna merah, Anies Baswedan menyambangi markas PDI Perjuangan (PDIP) jelang pengumuman bakal calon kepala daerah gelombang ketiga dari DPP PDIP pada Senin (26/8/2024) siang.
Menumpang mobil berwarna hitam, Anies berserta rombongan tiba di Kantor DPP PDIP Gedung B yang berada di Jalan Pegangsaan Barat, Menteng, Jakarta.
Dia tiba sekira pukul 11.45 WIB. Informasi kedatangan Anies didapat dari sumber Tribunnews yang berada di lokasi.
Sumber itu mengatakan, Anies tiba di Gedung B kantor DPP PDIP bersama sejumlah orang. Dia lantas dipersilakan masuk oleh petugas yang berjaga di kantor tersebut.
“Iya barusan Pak Anies masuk ke dalam. Langsung ke arah gedung,” kata sumber tersebut.
Anies pun melangkahkan kakinya menuju Gedung B Kantor DPP PDIP. Dia diarahkan menuju sebuah ruangan yang berada di lantai 3 gedung tersebut.
Tak berselang lama, Anies tampak ditemani oleh Ketua DPP PDIP Rano Karno yang mengenakan seragam partai khas berwarna merah di dalam ruangan berlantai motif batik. Secangkir kopi hangat pun menjadi teman pertemuan keduanya.
Memang, sosok Anies Baswedan dan Rano Karno dikabarkan bakal diumumkan sebagai pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur yang diusung PDIP pada hari itu.
Pada waktu bersamaan, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang didampingi putranya yang juga Ketua DPP PDIP Prananda Prabowo tiba di gedung utama Kantor DPP PDIP, di Jalan Diponegoro, Menteng, sekira pukul 11.35 WIB.
Megawati pun tampak disambut oleh Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto beserta jajaran DPP Partai lainnya.
Putri Bung Karno itu kemudian diarahkan menuju lantai 3 gedung DPP untuk bersantap siang sebelum acara pengumuman calon kepala daerah yang sekiranya dimulai pukul 13.00 WIB.
Tampak di lantai 3 kantor DPP PDIP, sejumlah jajaran DPP serta calon kepala daerah seperti Andika Perkasa yang berada di tempat itu.
Kemudian, Megawati membuka pembicaraan bersama jajaran partainya serta orang-orang yang ada di lokasi itu.
Kembali ke Anies. Di tengah perbincangan dengan Rano Karno, Anies dihampiri oleh seorang elite PDIP yang memintanya segera bersiap-bersiap untuk menemui Megawati di lantai 3 Gedung Utama DPP PDIP.
Elite PDIP itu menyampaikan bahwa alangkah baiknya jika Anies-Rano Karno menemui Megawati sebelum bersantap makan siang.
Anies pun bersiap sembari menenteng buku catatan bersampul coklat miliknya.
Sebelum melangkahkan kakinya, Anies diminta menunggu sebentar oleh elite PDIP itu. Ia ingin memastikan terlebih dahulu kepada elite PDIP lainnya soal pertemuan Anies-Rano Karno dengan Megawati.
Sebagai gambaran, Gedung B ini persis berada di belakang Gedung Utama Kantor DPP PDIP. Dimana, pada lantai 3, tersambung gedung B dengan gedung utama DPP.
Namun, setelah berkomunikasi antar elite PDIP, diputuskan bahwa pertemuan Anies-Rano Karno dengan Megawati mesti ditunda. Sebab, sumber Tribunnews bercerita jika ada hal lain yang mesti dibahas pada tahap selanjutnya.
Sumber itu tak menceritakan detail hal apa yang perlu dibahas selanjutnya, sehingga pertemuan Anies-Rano Karno dengan Megawati harus di tunda.
Mendengar kabar itu, Anies pun kembali melanjutkan diskusinya dengan Rano Karno. Banyak hal yang dibahas oleh keduanya terkait permasalahan yang ada di Jakarta.
Apalagi, keduanya merupakan mantan gubernur yang pernah memimpin daerah masing-masing.
“PDI perjuangan itu selalu membangun komunikasi dan dialog. Memang Pak Anies tadi kita lihat sempat datang, di Gedung B ketemu sama si Doel, Bang Rano. Betul enggak? Kalian harus ingat bahwa Pak Rano, Bung Rano ini adalah Gubernur Banten dan Wakil Gubernur Banten, Pak Anies itu Gubernur DKI, masa' Gubernur DKI sama Gubernur Banten berdiskusi tidak boleh? Boleh kan. Jadi dalam rangka untuk silaturahmi untuk membicarakan sebetulnya DKI ke depan itu seperti apa, tukar menukar pengalaman,” kata Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat saat ditemui terpisah.
Sumber lain pun menceritakan, Anies berada di kantor DPP PDIP Gedung B selama kurang lebih 2-3 jam. Dia tampak selalu ditemani oleh Rano Karno.
Anies juga sempat mendengarkan pengumuman enam pasangan calon kepala daerah tingkat provinsi dari PDIP, yang dibacakan oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Keenam paslon tersebut yakni Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi di Pilkada Banten, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi di Pilkada Jawa Tengah, dan Hamzah Isa-Abdurrahman Abubakar Bahmid di Pilkada Gorontalo.
Lalu, Yohanis Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto di Pilkada Nusa Tenggara Timur, Andi Sulaiman-Andri Partono di Pilkada Kalimantan Utara serta Steven Kandou-Alfret Denny Djoike Tuejeh di Pilkada Sulawesi Utara.
Namun, tak ada nama Anies Baswedan dan Rano Karno disebutkan oleh Hasto dalam pengumuman tersebut.
Anies pun hanya bisa menyaksikan pidato Megawati dalam acara itu melalui sambungan daring.
“Tadi kalau tidak salah, Pak Anies ada sekitar 2 jaman lebih di kantor DPP ini (sambil menunjuk gedung B), tapi habis itu pergi,” ujar sumber itu kepada Tribunnews.
Ahok Tertawa
Pada saat Anies menanti kepastian perihal pencalonannya ditemani Rano Karno di sebuah ruangan di gedung B, suasana berbeda terjadi pada mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di gedung utama DPP PDIP.
Ahok tampak tertawa saat "digoda" Megawati Soekarnoputri dalam pidato pengumuman pasangan calon kepala daerah.
Diketahui, nama Ahok juga masuk dalam bursa calon Gubernur dari PDIP pada Pilkada Jakarta 2024.
Mulanya Megawati menceritakan kondisi PDIP yang tidak mendapatkan rekan koalisi pada Pilkada 2024 dan terkesan seperti "dikepung" banyak parpol.
Bahkan, Megawati mengaku sempat berkontemplasi dengan mendiang ayahanda, sang proklamator, Bung Karno, tentang kondisi zaman penjajahan dan saat ini.
Kondisi kian tidak menguntungkan bagi PDIP setelah sebagian besar parpol di DPR RI berupaya merevisi Undang-undang Pilkada untuk menganulir putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait ambang batas pencalonan kepala daerah.
"Beliau pernah ngomong, kalau saya lebih mudah mengusir penjajah, maka (nanti) kita akan 'melawan' bangsa sendiri. Saya baru ngerti, oh begini. Karena dispute rupanya berkeinginan untuk melanggengkan kekuasaannya," ucap Megawati di hadapan penguru DPP, DPD, DPC dan sejumlah pasangan calon kepala daerah.
Namun, Megawati menilai adanya pergerakan unjuk rasa dari banyak civil society hingga mahasiswa yang menolak upaya DPR RI itu sebagai bentuk rakyat Indonesia saat ini pintar tapi bungkam.
"Kemarin kan sudah mulai terlihat seperti seringkali saya ngomong, rakyat itu tidak bodoh, rakyat itu pintar, hanya ini," kata Megawati sembari mencontohkan gerakan tangan membekap mulut.
Perihal bungkam, Megawati lantas menyindir Ahok yang ada di barisan terdepan kursi.
"Dulu saya pernah ngomong, sampai tadi juga saya bilang ke Ahok. Ahok, selotip tetap berjalan loh," ucap Megawati disasmbut tangan dan gelak tawa para petinggi PDIP, termasuk Ahok.
"Habis senengannya nyerocos aja, gitu lho. Terus saya bilang juga, itu di luar banyak media, nanti jangan mau diwawancarai yah. Jadi nanti enggak usah (wawancara) karena perintah Ketum, enggak boleh," imbuh Megawati.
Presiden ke-5 RI mengaku senang menggoda Ahok.
"Saya seneng deh kalau godain dia (Ahok)," kata Megawati disambut tawa kembali para petinggi PDIP.
Berikutnya Megawati kembali melanjutkan pidatonya tentang putusan MK yang dinilainya sangat berani.
"Terutama MK, hakim-hakim masih punya nurani dan keberanian. Saya tidak bisa bayangkan kalau hukum dimainkan. Padahal, ada hirarkinya, harusnya nurut, apal boleh buat," tandasnya.
Muncul Duet Pramono-Rano Karno
PDI Perjuangan (PDIP) dikabarkan batal mengusung duet Anies Baswedan dengan Rano Karno di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2024.
Kini, justru muncul isu PDIP akan mengusung Menteri Sekretaris Kabinet (Menseskab) sekaligus kader PDIP Pramono Anung sebagai calon gubernur (cagub) Jakarta, berpasangan dengan Rano Karno.
Hal itu diungkapkan Bendahara Umum PDIP, Olly Dondokambey. Olly menyebut partainya lebih memilih mengusung duet Pramono Anung-Rano Karno ketimbang Anies-Rano Karno.
"DKI Pramono-Rano," kata Olly kepada wartawan di kantor DPP PDIP, Senin (26/8/2024).
Namun, dia tak menjelaskan alasan partainya batal mengusung Anies-Rano Karno.
Sumber: Tribun