DEMOCRAZY.ID - Ada peristiwa menarik dalam sidang suap eks Gubernur Maluku Utara (Malut), Abdul Gani Kasuba (AGK) yang di Pengadilan Negeri (PN) Ternate, Kamis (22/8/2028).
Nama Bobby Nasution, menantu Presiden Jokowi kembali disebut.
Dalam sidang yang dipimpin hakim Kadar Noh, pihak Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari KPK, menuntut hukuman penjara AGK mendekam di bui selama 9 tahun serta denda Rp300 juta.
Karena terbukti secara sah dan meyakinkan menerima suap dan gratifikasi lebih dari Rp100 miliar.
Usai sidang, AGK yang mengenakan rompi oranye serta peci hitam, dikawal anggota Brimob bersiap keluar dari ruang sidang.
Tiba-tiba terdengar teriakan, "Tangkap Bobby Nastuion. Jangan hanya di sini. Mereka yang punya mau. Tangkap Bobby Nasution." Ternyata, suara itu berasal dari barisan kerabat AGK yang hadir dalam persidangan.
Tentu saja, Bobby Nasution yang dimaksud adalah menantu Presiden Jokowi, suami Kahiyang Ayu.
Beberapa waktu lalu, nama Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution yang menjabat Wali Kota Medan itu, disebut AGK punya konsensi tambang nikel di Halmahera.
Diberi kode Blok Medan. Hanya saja, AGK tidak menyebut nama perusahaan tambang nikel milik Kahiyang dan Bobby itu.
Pernyataan AGK ini, sesuai dengan kesaksian Kepala Dinas ESDM Malut, Suryanto Andili dalam sidang di PN Ternate, Rabu (31/7/2024).
Dia mengaku pernah mendengar istilah Blok Medan disampaikan AGK, diduga kuat menunjuk perusahaan tambang yang beroperasi di Malut, milik Kahiyang dan Bobby.
Adanya relasi antara AGK dengan Bobby Nasution dan Kahiyang Ayu, terkuak dengan beredarnya foto pertemuan mereka di sebuah rumah makan di Medan. Bersama delapan orang lainnya.
AGK tampak mengenakan kemeja putih, celana hitam, dan peci hitam. Sedangkan Bobby mengenakan kemeja putih dan celana hitam, Kahiyang berbusana biru dengan celana hitam. Keduanya kompak mengenakan masker.
Dalam sebuah diskusi daring bertajuk 'Menguak Korupsi Tambang AGK', juru kampanye jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Alfarhat Kasman menduga Kahiyang dan Bobby memiliki saham di PT Priven Lestari milik Michael Tjahjadi.
"Keterlibatan Bobby di bisnis nikel di Malut yang disebut-sebut Blok Medan, diduga lewat PT Priven Lestari milik Michael Tjahjadi. Keduanya punya relasi kuat," papar Farhat, sapaan akrabnya.
Saat menjabat Gubernur Malut, AGK pernah mengobral 53 Izin Usaha Pertambangan (IUP) nikel.
Salah satunya milik Priven Lestasi yang berlokasi di Gunung Wato-Wato, Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Malut.
"Konsesi tambang PT Priven Lestari mendapat penolakan keras dari warga. karena merusak sumber air dan penghidupan warga lokal," paparnya.
Selain itu, kata Farhat, pembukaan tambang nikel milik PT Priven Letari seluas 4.900 hektare itu, merusak tanaman cengkih dan nanas yang selama ini menjadi sumber penghidupan masyarakat setempat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Jatam, kata Farhat, Michael Tjajadi ini merupakan anak dari pengusaha asal Solo yang dekat dengan Soeharto (Orba), bernama Robby Tjahjadi.
Nama Robby tenar sebagai penyelundup mobil mewah. bahkan sempat menjadi incaran Kapolri yang dikenal bersih, Hoegeng Imam Santoso.
Dalam setahun, Robby dengan mudahnya menyelundupkan ribuan unit mobil mewah lewat pelabuhan Tanjung Priok.
Semuanya karena Robby paham betul bagaimana cara mendekati pejabat, termasuk lingkar istana.
Ada pengalaman menarik dialami Hoegoeng. Setelah mendapatkan bukti yang kuat, Hoegeng berniat melaporkankan Robby ke Presiden Soeharto. Dia pun berangkat menuju kediaman Soeharto di Jalan Cendana 8, Menteng, Jakarta Pusat.
Saat tiba, Hoegeng berpapasan dengan Robby yang baru keluar dari rumah Soeharto.
Kontan saja, Hoegeng balik kanan, kembali ke Mabes Polri di Jalan Trunojoyo 3, Jakarta Selatan.
Bisa jadi, kepiawaian Robby merapat ke istana, mengalir ke Michael, lewat bisnis tambang nikel ini.
Sumber: Inilah