DEMOCRAZY.ID - Ihwal pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), masih dipandang sebelah mata, bahkan kerap dicibir oleh sebagian publik hingga elite politik.
Sontak, hal itu membuat Big Bos atau Pemilik raksasa properti Agung Sedayu Group, Sugianto Kusuma, yang akrab disapa Aguan berkomentar.
Bahkan, Aguan juga menyentil orang-orang yang memandang sebelah mata pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Hal ini diungkapkan, Aguan usai menghadiri upacara HUT ke-79 RI kemerdekaan di IKN.
Aguan menilai orang seperti itu, biasanya tidak melihat secara langsung seperti apa ibu kota itu. Alhasil, menjadi pesimistis dengan IKN.
"Jadi kalau misalnya orang tidak melihat dengan mata sendiri, bisa bicara sesuka yang mana, yang kurang begitu optimis," beber Aguan kepada awak media di Swissôtel Nusantara, Sabtu (17/8/2024).
Dia juga menilai, bangunan-bangunan di IKN sempurna. Bahkan dia sempat terkagum-kagum dengan bangunan di IKN saat menghadiri perhelatan akbar tahunan itu.
"Bangunan IKN sempurna sekali bangunannya. Terkagum-kagum sayanya," ujar Aguan.
Selain itu, Aguan jelaskan, apabila menyaksikan secara langsung, dapat melihat hasil pembangunannya seperti apa.
"Tapi setelah kita udah lihat hasilnya, sangat optimis sekali IKN pasti sukses," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Desainer atau perancang Istana Garuda Ibu Kota Nusantara (IKN) Nyoman Nuarta, memberikan penjelasan mengenai warna bangunan ikon tersebut, yang selama ini dianggap gelap dan beraura mistis.
Nyoman, yang dihubungi ANTARA, di Jakarta, Sabtu (10/8), mengungkapkan bahwa warna kuningan di bagian muka Istana Garuda akan mengalami perubahan seiring waktu. Warna tersebut akan secara perlahan berubah menjadi hijau kebiruan karena proses alami yang disebut Patina.
"Warna kuningan di bagian depan akan berubah menjadi hijau, tergantung kondisi alam. Proses oksidasi secara perlahan akan mengubahnya menjadi biru toska," kata Nyoman.
Ia mengatakan bahwa hal itu serupa dengan proses perubahan warna yang terjadi pada Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali, yang juga merupakan karyanya.
Selain itu, struktur bilah pada Istana Garuda terbuat dari baja tahan cuaca yang awalnya berwarna kemerahan.
Namun, seiring berjalannya waktu dan terpapar cuaca, warnanya akan berubah menjadi lebih gelap dalam kurun waktu satu hingga dua tahun.
"Struktur bilahnya pertama berwarna kemerahan, tapi setelah terkena hujan dan cuaca, warnanya akan semakin gelap," katanya pula.
Dia mencontohkan, misalnya jembatan-jembatan di Amerika Serikat terutama yang di New York. Seringkali memiliki warna yang serupa dengan yang digunakan terhadap warna Istana Garuda IKN dan di Patung GWK Bali.
Rangka di belakang bilah tersebut dibuat dari material perforated, yaitu pelat baja berlubang yang juga tahan terhadap cuaca. Nyoman menegaskan bahwa material ini memiliki daya tahan hingga ratusan tahun.
Nyoman juga menjelaskan bahwa pilihan warna gelap pada Istana Garuda bukan tanpa alasan. Ia menghindari warna-warna mencolok seperti emas yang biasa digunakan pada bangunan mewah.
"Banyak orang terbiasa melihat warna-warna menyala seperti emas, tapi saya tidak ingin menggunakan warna seperti itu untuk Istana Garuda," kata Nyoman.
Ia juga menambahkan bahwa rangka dalam Istana Garuda dibuat dengan sangat teliti dan cantik, menggunakan baja yang dibeli dari Krakatau Steel. Seluruh rangka dibuat khusus, bukan produk yang dibeli di pasaran.
"Rangka di dalam istana dibuat sendiri, tidak dibeli di toko. Kami menggunakan baja dari Krakatau Steel, dan semuanya dibuat secara khusus," ujarnya pula.
Nyoman juga menekankan pentingnya penggunaan produk lokal dalam proyek ini, sesuai dengan peraturan tentang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Ia memastikan bahwa semua material yang digunakan memenuhi persyaratan TKDN, sebagai bentuk komitmen terhadap industri lokal.
"Kami mematuhi peraturan TKDN dengan menggunakan produk lokal dalam pembuatan Istana Garuda. Ini bukan proyek sembarangan, semuanya dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti," kata Nyoman menegaskan.
Dengan segala perhatian terhadap detail dan pemilihan material yang tahan lama, Nyoman berharap Istana Garuda IKN tidak hanya menjadi bangunan yang indah secara estetika, tetapi juga memiliki daya tahan dan makna yang mendalam sebagai simbol nasional.
Selain itu, dia mengungkapkan dirinya memilih representasi Garuda sebagai bentuk bangunan agar tidak ada kecemburuan dari berbagai daerah di Indonesia. Pasalnya Indonesia memiliki kurang lebih 1.300 suku.
Sementara itu, terkait bentuk Garuda yang nampak memeluk, dia menjelaskan bahwa hal itu mengandung filosofi untuk melindungi bangsa Indonesia.
Sumber: TvOne