DEMOCRAZY.ID - Pengumuman calon kepala daerah oleh PDIP Senin kemarin, tidak ada nama Anies Baswedan, yang sebelumnya digadang-gadang diusung maju di Pilgub Jakarta.
Apalagi Anies disebut sudah menggunakan baju merah dan berada di kantor PDIP, lokasi pengumuman tersebut.
Apakah Anies gagal diusung oleh PDIP?
Direktor Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menjelaskan ada dua faktor yang bisa dilihat dari persoalan Anies dengan PDIP.
Dalam program Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Burhanuddin melihat ada dua sisi yakni apakah itu dilihat dari kalkulasi politik praktis. Kedua, apakah dilihat dari alasan ideologis.
Kata Burhanuddin, kalau alasan politis maka kemungkinan besar Anies yang diusung sebagai calon gubernur atau cagub di Pilgub Jakarta. Mengingat sekarang PDIP berhadapan dengan kekuasaan.
“Ada kemenyatuan antara institusi oposisi formal di parlemen dan oposisi non parlemen yang diwakili Anies,” kata Burhanuddin, Selasa 27 Agustus 2024.
Kalau alasannya adalah ideologis, Burhanuddin melihat berat, karena sejauh ini ada jarak antara Anies dengan PDIP.
Variabelnya diantaranya menurut dia, pernyataan Anies waktu pertama dilantik sebagai Gubernur Jakarta pada 2017 terkait pribumi. Yang menurutnya masih membekas.
Dia juga mencontohkan, saat Pilgub Jawa Barat sebelumnya, dimana Ridwan Kamil sudah dekat dengan PDIP dan dikabarkan diusung.
Tetapi justru partai tersebut mengusung kadernya sendiri. Burhanuddin yakin, itu juga karena belum ada yang mampu meyakinkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
“Kalau alasan idologi ya itu calon dari kader sendiri,” katanya.
“Faktor-faktor ini yang menentukan apakah Anies masuk atau tidak sebagai cagub,” lanjutnya.
Apalagi belakangan pasca Anies tidak jadi diumumkan, muncul nama untuk mengusung kader sendiri seperti mantan Sekjen PDIP yang kini menjadi Sekretaris Kabinet, Pramono Anung.
Bahwa survei Anies adalah yang tertinggi di Jakarta, Burhanuddin mengatakan PDIP biasanya tidak hanya melihat variabel elektabilitas.
Apalagi survei yang menempatkan Anies tertinggi itu dilakukan sebelum adanya perubahan konstelasi politik seperti sekarang. Saat itu, Anies diusulkan maju oleh PKS.
“Survei-survei itu dilakukan umumnya sebelum PKS dan partai-partai lain itu bergabung dengan KIM Plus,” katanya.
Sumber: VIVA