POLITIK TRENDING

ANALISIS Ilmiah Rekaman Suara Jokowi Oleh Roy Suryo: Fakta atau Rekayasa?

DEMOCRAZY.ID
Agustus 18, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
TRENDING
ANALISIS Ilmiah Rekaman Suara Jokowi Oleh Roy Suryo: Fakta atau Rekayasa?


ANALISIS Ilmiah Rekaman Suara Jokowi Oleh Roy Suryo: Fakta atau Rekayasa?


Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes


Sejak kemarin hingga dini hari ini, gawai saya terus-menerus menerima notifikasi terkait permintaan konfirmasi mengenai kebenaran rekaman suara Joko Widodo, Presiden Indonesia yang masa jabatannya akan berakhir pada tahun 2024.


Rekaman ini disampaikan oleh Hasto Kristiyanto, Sekjen PDI-P, setelah upacara peringatan 17 Agustus di halaman Masjid At-Taufiq, Sekolah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 17 Agustus 2024.


Perlu saya tegaskan kembali bahwa sejak lebih dari empat tahun terakhir, saya tidak lagi berafiliasi dengan partai politik manapun, setelah resmi mengundurkan diri melalui surat tertanggal 11 Maret 2020 (Supersemar).


Oleh karena itu, analisis ini sepenuhnya bersifat ilmiah, tanpa unsur politis, dan semata-mata demi kebenaran fakta ilmiah.


Kemarin, Hasto Kristiyanto memberikan keterangan pers di hadapan banyak wartawan, seperti yang dapat dilihat dalam video yang diunggah oleh Pikiran Rakyat di YouTube dengan judul "Hasto PDIP Beberkan Rekaman Diduga Suara Jokowi yang Mau Gunakan Penegak Hukum untuk Intimidasi."


Dalam video berdurasi 2 menit 31 detik tersebut, Hasto memutar suara yang berasal dari video di ponselnya pada Time Code Recorder (TCR) 1'30" hingga 1'59", setelah sebelumnya mengatakan, "Tapi gambarnya nggak usah ya...".


Pernyataan Sekjen PDI-P ini segera menjadi viral di berbagai media, baik konvensional maupun media sosial, disertai beragam komentar dan analisis yang mengklaim ilmiah dari beberapa netizen.


Ada yang menyebut rekaman audio tersebut sebagai rekayasa, mulai dari tuduhan hasil editing hingga yang lebih ekstrem menuding bahwa itu adalah hasil karya AI (Artificial Intelligence) dengan contoh video AI dari kasus lain yang tidak berkaitan.


Saya tak bisa menahan senyum membaca komentar-komentar tersebut. Meski ada pepatah yang mengatakan "Maha benar netizen dengan segala komennya," kali ini, maaf, banyak komentar—terutama dari akun-akun buzzer—yang tampak berani berujar karena ada yang membayar.


Beberapa bahkan sok ilmiah dengan mencontohkan deepfake atau reface, padahal jauh dari fakta yang ada.


Faktanya, rekaman suara yang aslinya berupa video itu memang 100% asli berasal dari suara Joko Widodo saat memberikan sambutan dalam acara Rakornas Forkominda (Rapat Koordinasi Nasional Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) di Sentul International Convention Center (SICC), Sentul Selatan, Kabupaten Bogor, pada Rabu, 13 November 2019.


Durasi pidato tersebut adalah 38 menit 53 detik, dan potongan kalimat sepanjang sekitar 40 detik tersebut memang terdapat pada TCR 37'34" hingga 38'20", sesaat sebelum Joko Widodo mengakhiri sambutannya.


Potongan kalimat ini masih dapat dikategorikan sebagai asli karena tidak ada unsur editing di dalamnya.


Penting untuk saya sampaikan bahwa masih banyak yang awam atau "sok pakar" tidak bisa membedakan antara proses "cut-to-cut" dengan "inserting" atau "dubbing".


Selama potongan suara tersebut hanya dicuplik dari rekaman aslinya tanpa disisipi atau ditambahi unsur suara lain, maka meskipun sependek apapun rekaman tersebut, tetap memenuhi syarat teknis sebagai suara asli.


Memang, potongan rekaman seperti ini bisa menimbulkan perbedaan persepsi bagi yang mendengarnya.


Oleh karena itu, saya menampilkan rekaman asli secara utuh dan memberikan tautan lengkap agar dapat didengar langsung dan dimaknai masing-masing.


Namun, jika potongan tersebut memenuhi kriteria asli, harus diakui sebagai suara asli, bukan hasil editing apalagi rekayasa seperti yang diklaim beberapa komentar di media sosial.


Kesimpulannya, sebagai mantan pengajar mata kuliah "Editing Elektronik" di ISI (Institut Seni Indonesia) selama 10 tahun (1984-2004) sebelum menjadi anggota DPR dan karir lainnya, saya merasa perlu untuk meluruskan yang harus diluruskan dan mengkritik yang jelas harus dikritik. Ini adalah bagian dari definisi "Merdeka", sebagaimana kita memaknai 79 tahun usia Republik ini.


Artinya, jangan takut berkata benar jika memang benar, apalagi jika bisa mendeskripsikannya secara ilmiah seperti ini. MERDEKA.


---


Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes

Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen


Jakarta, 18 Agustus 2024

Penulis blog