DEMOCRAZY.ID - Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ) Sumatera Utara telah melakukan verifikasi dan pendalaman terkait kasus kebakaran rumah yang menewaskan wartawan Tribrata TV Rico Sempurna Pasaribu beserta tiga anggota keluarganya di Kabupaten Karo, Sumut.
Koordinator KKJ Sumatera Utara Array A Argus mengatakan dari hasil investigasi ditemukan sejumlah fakta bahwa Rico Sempurna tewas usai memberitakan perjudian yang ada di Jalan Kapten Bom Ginting, Padang Mas, Kabanjahe, Karo, Sumut yang diduga melibatkan anggota polisi.
"Dalam pemberitaan yang dimuat korban, dijelaskan ada keterlibatan oknum aparat berinisial HB. Sebelum kebakaran terjadi, ada rentetan kasus antara Sempurna Pasaribu dengan oknum aparat diduga berinisial HB tersebut," kata Array dalam keterangan tertulis, Selasa (2/7).
Array menyebutkan masalah bermula ketika anggota ormas, yang biasa duduk di warung tempat perjudian memohon pada Rico agar namanya ikut mendapatkan jatah atau uang perjudian.
Pasalnya selama ini Rico juga sering mendapatkan jatah uang mingguan judi dari oknum aparat tersebut.
"Korban kemudian menyampaikan permintaan anggota ormas ini pada oknum aparat pengelola judi. Saat itu, oknum itu mengacuhkan pesan yang disampaikan oleh Sempurna. Lalu, Sempurna kembali menyampaikan hal serupa kepada oknum tadi, agar anggota ormas yang merupakan pemuda setempat itu diberikan sedikit uang bulanan," jelasnya.
Atas permintaan tersebut, oknum pengelola judi lantas memberikan Rp100 ribu pada anggota ormas tersebut.
Namun anggota ormas ini merasa tersinggung, karena alasan bahwa oknum pengelola judi telah mengacuhkan dan meremehkan dirinya.
"Anggota ormas ini lantas memprovokasi Sempurna Pasaribu, hingga korban kemudian memberitakan lokasi perjudian yang ada dekat asrama aparat. Bahkan, Sempurna menulis nama lengkap oknum itu dalam pemberitaan, dan membuat status di media sosial Facebook miliknya," terangnya.
Setelah berita tayang, ada oknum aparat yang menghubungi atasan Rico, minta agar berita yang tayang segera dihapus. Hanya saja, pihak perusahaan menolak.
Usai ditolak, diduga petugas kepolisian juga sempat menghubungi perusahaan media online tempat Rico bekerja, meminta agar pemberitaan dibuat secara halus.
"Berita dimaksud adalah peristiwa demo organisasi keagamaan di Kabupaten Karo, yang menuntut agar Kapolres Karo dicopot lantaran maraknya judi, prostitusi dan narkoba," ungkapnya.
Setelah pemberitaan muncul, pimpinan media Tribrata TV sempat menghubungi Rico. Saat itu Rico mengaku dirinya aman-aman saja.
Namun, Rico bercerita pada teman-temannya, bahwa dirinya merasa was-was setelah pemberitaan tersebut. Ia dan rekannya kemudian mendapatkan 'warning' dari ketua ormas di Kabupaten Karo, bahwa mereka sedang diikuti.
"Ketua ormas yang mengenal korban meminta agar Sempurna Pasaribu dan temannya untuk tidak pulang ke rumah. Sehingga korban memutuskan untuk tak kembali ke kediamannya selama beberapa hari. Korban juga sempat mengaku pada temannya ingin menginap di Polres Karo demi keamanan dirinya," paparnya.
Karena alasan ini, Rico tak bisa dihubungi. Rico kemudian menyampaikan pada pimpinannya, bahwa HP miliknya terjatuh. Fakta lain terungkap, bahwa sebelum rumah Rico terbakar, ternyata dia sempat bertemu dengan oknum aparat berinisial HB tersebut.
"Korban ditemani oleh rekannya untuk membicarakan masalah berita judi yang naik di media online Tribrata TV. Dalam pertemuan itu, HB meminta agar berita yang sudah tayang segera dihapus. HB juga meminta kepada korban agar postingan yang ada di media sosial segera dihapus," pungkasnya.
Namun, Rico tidak menuruti permintaan HB. Karena tidak ada kesepakatan, Rico pun pulang ke rumahnya pada Rabu (26/6) tengah malam di Jalan Nabung Surbakti, Kelurahan Padang Mas, Karo. Setelah Rico masuk ke dalam rumah, rekan Rico yang sempat menemani meninggalkan lokasi.
"Informasi lain menyebutkan, bahwa sekira pukul 02.30 WIB, sebelum kebakaran terjadi, ada yang melihat sekira lima orang pria berada di sekitar rumah korban. Lalu, pukul 03.00 WIB terjadilah kebakaran," sebutnya.
Usai kebakaran, sejumlah saksi diperiksa termasuk rekan Rico yang saat itu bersama dengannya. Saat pemeriksaan, informasi menyebutkan bahwa penyidik sempat mengambil handphone milik saksi (rekan Rico).
Saksi (rekan Rico) sempat menolaknya. Namun penyidik pun mengambil HP saksi, dan menghapus pesan ketua ormas yang sempat memberikan 'warning' tersebut.
"Fakta lain dalam kasus ini, anak korban juga mengaku merasa terancam saat dimintai keterangannya di Polres Karo. Pada awak media setelah kedatangan Kapolda Sumut, anak perempuan korban mengaku diminta mengamini keterangan yang tak pernah ia sampaikan kepada penyidik," ucapnya.
Atas temuan-temuan ini, KKJ Sumut menyatakan sikap meminta Kapolda Sumut untuk mengusut tuntas kasus ini, terutama mengungkap adanya kejanggalan-kejanggalan yang terjadi.
Kemudian meminta Panglima TNI untuk mengusut dugaan keterlibatan oknum TNI, yang disebutkan korban dalam pemberitaannya.
KKJ Sumut yang terdiri dari AJI Medan, IJTI Sumut, PFI Medan dan FJPI juga mendorong semua perusahaan media agar memperhatikan keselamatan setiap jurnalisnya yang bekerja di lapangan, dan terus mengingatkan agar bekerja sesuai kode etik.
Polisi buka suara
Terpisah, Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi tidak menjawab secara spesifik temuan dari KKJ Sumut. Dia menyatakan polisi masih mendalami kasus itu dengan scientific crime investigation.
"Asistensi Ditreskrimum Polda Sumut bersama Penyidik Polres tanah Karo terus bekerja, sejumlah fakta terkait peristiwa kebakaran sudah didapatkan polisi," ujarnya.
Hadi menyebutkan Polda Sumut bersama Polres Tanah Karo mendirikan posko pengaduan untuk mengungkap penyebab kebakaran yang menewaskan empat orang itu.
"Silahkan masyarakat memberikan informasi apapun terkait peristiwa kebakaran itu, bahkan keluarga korban menyerahkan proses penanganan kepada Polisi, polisi minta semua tidak berspekulasi, polisi bekerja dengan berbagai pendekatan ilmiah," paparnya.
Sementara itu, Pjs Kapolres Tanah Karo AKBP Oloan Siahaan, mengungkapkan polisi tengah intensif melakukan penyidikan kebakaran tersebut, dengan melakukan olah TKP, pengumpulan barang bukti dan mendatangkan tim Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Sumut dan memeriksa 16 saksi.
Terkait kabar rumah korban Sempurna Pasaribu sengaja dibakar Orang Tidak Dikenal (OTK) karena sebelum kejadian kebakaran sempat menulis berita tentang dugaan lokasi perjudian di Kabupaten Karo, Oloan enggan menjawabnya.
Oloan menegaskan polisi masih fokus terkait penyelidikan penyebab kebakaran rumah tersebut.
"Isu berkembang kami masih dalami kasus kebakaran terjadi ini. Kami imbau masyarakat percayakan proses penyelidikan kepada kami. Jangan terprovokasi ikut menyebarkan isu-isu yang belum jelas kebenarannya," ungkapnya.
TNI AD ikut usut kasus
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Brigjen Kristomei Sianturi mengatakan jika memang ada bukti keterlibatan anggota, peristiwa itu bisa dilaporkan ke Polisi Militer
"Jika memang ada bukti yang menunjukkan keterlibatan anggota dalam kebakaran itu silahkan dilaporkan dan diserahkan ke Polisi Militer untuk diproses hukum," kata Kristomei saat dihubungi, Selasa (2/7).
Kristomei meminta dugaan keterlibatan itu dilengkapi bukti pendukung, tidak sekadar rumor.
"Kami terbuka dan sangat berterima kasih apabila ada masyarakat yang memiliki bukti keterlibatan anggota TNI AD dalam pelanggaran hukum tersebut. Justru itu membantu tugas kami dalam penyelidikan masalah tersebut," katanya.
Ia mengklaim proses hukum bakal ditegakkan jika memang anggota terlibat dalam peristiwa itu.
Diketahui, kebakaran menghanguskan satu unit warung kopi dan kios kelontong milik Sempurna Pasaribu wartawan media Tribrata TV Kamis (27/6) sekitar pukul 03.40 WIB.
Dalam insiden itu, empat orang tewas terbakar yakni Sempurna Pasaribu (40), istrinya Eprida Br Ginting (48), anaknya Sudiinveseti Pasaribu (12) dan cucunya bernama Lowi Situngkir (3).
Sumber: CNN