'Prabowo Dalam Ancaman Pembunuhan' Oleh: Sutoyo Abadi Koordinator Kajian Merah Putih DALAM sejarah modern, pembunuhan politik mengambil dua motif utama: "pertama", persaingan politik antar elit dan "kedua", penyingkiran pemimpin politik yang tak dikehendaki imperium besar. China memiliki pengalaman terjadinya tragedi pembunuhan berdarah bahkan sebagai mentor Aidit pada tragedi G 30 S/PKI. Dialog dramatis Aidit dan Mao Tse Tung tanggal 5 Agustus 1965 di Zhongnanhai - Peking, menjelang Kudeta G 30 S/PKI: Mao : Kamu harus bertindak cepat. Aidit : Saya khawatir AD akan menjadi penghalang Mao : Baiklah, lakukan apa yang saya nasehatkan kepadamu. Habisi semua Jenderal dan para perwira reaksioner itu dalam sekali pukul. Angkatan Darat lalu akan menjadi seekor naga yang tidak berkepala dan akan mengikutimu. Aidit : Itu berarti membunuh beberapa ratus perwira. Mao : Di Shensei utara saya membunuh 20.000 orang kader dalam sekali pukul saja. Di China sendiri Pemb...
'Prabowo Dalam Ancaman Pembunuhan' Oleh: Sutoyo Abadi Koordinator Kajian Merah Putih DALAM sejarah modern, pembunuhan politik mengambil dua motif utama: "pertama", persaingan politik antar elit dan "kedua", penyingkiran pemimpin politik yang tak dikehendaki imperium besar. China memiliki pengalaman terjadinya tragedi pembunuhan berdarah bahkan sebagai mentor Aidit pada tragedi G 30 S/PKI. Dialog dramatis Aidit dan Mao Tse Tung tanggal 5 Agustus 1965 di Zhongnanhai - Peking, menjelang Kudeta G 30 S/PKI: Mao : Kamu harus bertindak cepat. Aidit : Saya khawatir AD akan menjadi penghalang Mao : Baiklah, lakukan apa yang saya nasehatkan kepadamu. Habisi semua Jenderal dan para perwira reaksioner itu dalam sekali pukul. Angkatan Darat lalu akan menjadi seekor naga yang tidak berkepala dan akan mengikutimu. Aidit : Itu berarti membunuh beberapa ratus perwira. Mao : Di Shensei utara saya membunuh 20.000 orang kader dalam sekali pukul saja. Di China sendiri Pemb...