POLITIK

PEPS: Family Office dan Esemka, Sama-Sama Khayalan Jokowi dan Luhut!

DEMOCRAZY.ID
Juli 18, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
PEPS: Family Office dan Esemka, Sama-Sama Khayalan Jokowi dan Luhut!



DEMOCRAZY.ID - Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan melontarkan kritik menohok terkait ide family office dari Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut B Pandjaitan yang ditangkap Presiden Jokowi. Termasuk proyek mobil Esemka yang tak jelas rimbanya. 


"Republik Mimpi. Julukan ini pantas ditempelkan pada Indonesia saat ini. Karena dipimpin oleh para pemimpi: the dreamers. Khususnya Luhut Binsar Panjaitan dan Jokowi. Keduanya menyetir kabinet. Keduanya pemimpi terbesar Indonesia, sepanjang sejarah Indonesia berdiri," papar Anthony, Jakarta, Kamis (18/7/2024).


Anthony mencontohkan proyek mobil Esemka yang meletup sejak 2014. Baik Luhut maupun Jokowi, sangat berapi-api bicara tentang pengembangannya. Sekarang, program tersebut tak ada wujudnya. 


"Kita sebut saja mobil Esemka merupakan khayalan kelas tinggi tanpa tanding. Ini mimpi, khayal atau bohong? Semuanya beda tipis," ulangnya.


Kembali menyoroti family office, lanjut Anthony, ujug-ujug Menko Luhut berbicara ingin memberikan banyak fasilitas terkait program family office. Misalnya, program bebas pajak di Bali. Dan disebutkan bahwa Jokowi telah menyetujuinya.


Konsep family office, kata dia, hanya mimpi lanjutan, menceritakan penarikan duit asing dalam jumlah besar ke Indonesia.


Melalui Indonesia Sovereign Wealth Fund yang dinamakan Indonesia Investment Authority (INA) yang kini menjelma menjadi Lembaga Pengelola Investasi (LPI).


"Kita diajak berkhayal mendirikan sovereign wealth fund, tapi tidak punya kekayaan. Yang ada, utang pemerintah naik terus. Keuangan negara nyaris bangkrut. Makanya, pemerintah menaikkan PPN dari 10 persen menjadi 11 persen, dan akan naik lagi 12 persen pada tahun depan," urainya.


Menurutnya, nama LPI lebih cocok karena mengelola modal asing, termasuk modal orang kaya asing, antara lain dari Uni Emirat Arab (UEA) dan Saudi Arabia. 


Investor asing diiming-imingi beragam proyek di Ibu Kota Nusantara, Kalimantan Timur (Kaltim). Mulai proyek pembangunan infrastruktur air bersih, listrik, infrastruktur dan lainnya.


"Tapi semuanya gagal total. Tidak ada investor asing yang mau menyerahkan uangnya kepada LPI. Softbank kabur. Sepertinya, LPI akan rugi besar, yang berujung kerugian negara," ungkapnya.


Setelah LPI mengundang duit jumbo masuk, kata dia, mimpi berlanjut ke family office. Sebenarnya apa family office? Kenapa Indonesia baru sekarang?


Family office bukan barang baru, sudah ada sejak puluhan tahun bahkan ratusan tahun lalu. Dulu disebut stewardship, profesional yang dipasrahi mengelola kekayaan keluarga kerajaan dan para bangsawan. 


Selanjutnya dana itu diputar untuk investasi yang tingkat keuntungannya optimal. Bukan untuk kemplang pajak, apalagi cuci uang.


Stewardship modern dikenal dengan nama family office, untuk mengelola (office) harta orang atau keluarga super kaya (family). 


Pertama kalinya, family office dikembangkan JP Morgan pada pertengahan abad ke-19. Berdirilah perusahaan investasi keluarga yang dikenal dengan House of Morgan


Menjelang akhir abad 19, keluarga Rockefeller yang dikenal duitnya tak berseri, mendirikan family office untuk mengelola kekayaan keluarga. 


Kemudian meluas dengan mengikutsertakan harta keluarga orang super kaya lainnya. Jenis family office ini dikenal dengan istilah multi-Family office. 


"Saat ini berkembang sangat pesat," kata Anthony.


Artinya, lanjut Anthony, family office tidak lain merupakan perusahaan private equity atau fund manager. 


Banyak bank terkemuka saat ini, mendirikan unit wealth management. Intinya, mereka adalah fund manager atau multi-family office yang menawarkan jasa pengelolaan investasi kepada para orang kaya.


"Global Family Office, termasuk bank global, sudah mempunyai kantor di hampir seluruh dunia, termasuk di negara-negara yang mempunyai keunggulan pajak, seperti Singapura," terangnya.


Dia bilang, Singapura bukan saja menawarkan keunggulan pajak. Yang lebih penting dari itu, Singapura menawarkan birokrasi yang efisien, bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). 


"Inilah faktor yang paling dilihat para orang kaya dunia, sebelum menempatkan uangnya," kata Anthony.


Saat ini, lanjutnya, Singapura menempati urutan ke-4 negara paling bersih dari korupsi di dunia. Sedangkan Indonesia, posisinya di nomor 115. Dengan kata lain, tingkat korupsi di Indonesia terlalu tinggi. 


"Wajar tidak ada orang kaya yang mau menyerahkan uangnya untuk dikelola di negara dengan birokrasi dan mental koruptif," ungkapnya.


Sumber: Inilah

Penulis blog