EDUKASI POLITIK

Kontroversi Pemerintah Hapus Jurusan IPA, IPS dan Bahasa, Pengamat: Pendidikan Jadi Objek Uji Coba!

DEMOCRAZY.ID
Juli 24, 2024
0 Komentar
Beranda
EDUKASI
POLITIK
Kontroversi Pemerintah Hapus Jurusan IPA, IPS dan Bahasa, Pengamat: Pendidikan Jadi Objek Uji Coba!



DEMOCRAZY.ID - Penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) akan menimbulkan masalah baru.


Hal tersebut disampaikan Pengamat Pendidikan Riau, Afrianto Daud kepada Suara.com, Selasa (23/7/2024).


"Pada akhirnya, saat seleksi masuk perguruan tinggi siswa juga akan memilih jurusan. Dengan dihilangkannya penjurusan tentu akan terjadi tarung bebas saat masuk perguruan tinggi," katanya.


Afrianto menjelaskan, tarung bebas yang dimaksud adalah karena semua orang bebas memilih jurusan yang diinginkan meski tidak memiliki dasar yang kuat terkait pilihannya.


"Pemerintah ini terlalu sering melakukan try and error dan menjadikan pendidikan sebagai objek uji coba. Seharusnya, ada kajian secara menyeluruh (komprehensif)," ungkapnya.


Sebagai dosen, Afrianto mengaku sangat khawatir dengan mahasiswa yang salah pilih jurusan terlebih tidak memiliki dasar yang kuat dengan jurusan yang ia pilih.


"Jika penjurusan dihapuskan, besar kemungkinan saat di perguruan tinggi anak-anak akan terlambat memetakan kariernya terlebih kemungkinan salah milih jurusan akan semakin besar karena sistem tarung bebas saat masuk perguruan tinggi," jelasnya.


Meski banyak mengkritisi, Afrianto mengaku memahami alasan pemerintah salah satu alasannya adalah untuk menghilangkan diskriminasi antara anak IPA dan IPS saat masuk perguruan tinggi.


"Saya tidak melihat esensi yang mendesak karena sejatinya esensinya sama saja. Saya melihat selama ini baik saja," ungkap dia.


Lebih lanjut, Afrianto menyoroti bahwa apa yang dilakukan pemerintah saat ini adalah mencontoh pendidikan di negara maju seperti Astralia.


"Kita ini sering tukar-tukar sistem tetapi sosialisasi kurang. Terkadang kebijakan itu tidak didasari kajian yang korehensif. Kalau memang ada masalah serisu mana kajian akademisnya," tanyanya.


"Kita terlalu sering meniru. Kadang yang kita tiru tidak cocok dengan kita contohnya saat ini antara sekolah dan kampus ada jaraknya berupa ujian masuk," sambung Afrianto.


Pro Kontra Jurusan IPA, IPS dan Bahasa Dihapus, Mantan Guru Angkat Bicara


Penerapan Kurikulum Merdeka dengan menghapus jurusan IPA, IPS dan Bahasa yang dilakukan oleh Kemendikbudristek mendapatkan berbagai komentar dari berbagai pihak.


Seorang mantan guru di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Komaryatin mengatakan belum mengetahui secara pasti arah dari penghapusan jurusan tersebut.


Namun, menurut wanita yang kerap disapa Buk Kom ini, penjurusan sejak zaman SMA itu sudah ada sejak zaman ia sekolah dahulu.


"Penjurusan sewaktu SMA itu sebenarnya juga bagian dari menjaring kemampuan siswa dan siswi sejak dari SMA," ungkapnya kepada Suara.com, Selasa (23/7/2024).


Disampaikan Buk Kom, penghapusan jurusan IPA dan IPS juga bisa menghilangkan stigma terhadap siswa dan siswi yang berada di kelas IPS lebih cenderung tertinggal dibanding anak-anak di kelas IPA.


"Dulu muncul stereotip bahwa anak-anak IPS itu lebih cenderung tertinggal dibanding anak IPA, baik dalam aspek pembelajaran maupun tingkah laku di sekolah," katanya.


Sehingga, persoalan penghapusan pembagian jurusan tersebut tidak menjadi perhatian khusus baginya sebagai seorang yang pernah malang melintang sebagai seorang guru.


Namun, dia belum mengetahui secara spesifik kesiapan pihak sekolah dan para pengajar secara khusus.


"Takutnya karena terbiasa dengan pembagian jurusan tiba-tiba kebijakan ini muncul sekolah menjadi gagap," urai Buk Kom.


Menurut Buk Kom,  kualitas sumber daya pengajar menjadi skala piroritas yang tinggi dalam sekolah agar dapat menjadikan peserta didik menjadi terarah.


"Pada prinsipnya, kualitas guru itu penting sebagai seorang pendidik. Sebab, selain ditiru dan digugu, guru salah satu sumber tegaknya tiang moralitas bangsa ini," tutupnya.


Hal serupa dikatakan salah seorang guru yang tak mau disebut namanya mengaku tak begitu mempersoalkan adanya penghapusan pembagian jurusan atas IPA, IPS dan Bahasa.


Namun, kata dia, kesiapan sekolah dengan kebijakan yang mendadak ini harus menjadi perhatian khusus.


"Sebenarnya pembagian jurusan dihapus tidak menjadi persoalan. Namun, belum tepat jika diterapkan sekarang," sebutnya kepada Suara.com.


Menurutnya, pembagian jurusan itu membantu minat dan bakat anak-anak peserta didik dalam menggali kualitas dirinya.


"Ada anak yang memang tak hobi dengan mata pelajaran hapalan, sehingga dia memilih mengambil pembagian jurusan yang seperti di kelas IPA. Pun begitu dengan sebaliknya," jelas dia.


Dengan pembagian jurusan dapat membantu anak-anak untuk menemukan keinginannya ke arah mana pelajaran yang digemarinya. Sehingga menimbulkan semangat dalam proses belajar dan mengajar.


"Hari ini pembagian jurusan ditentukan oleh nilai, sehingga hal ini yang membuat kesulitan sendiri bagi peserta didik," tuturnya.


Jurusan IPA, IPS dan Bahasa di SMA Dihapus, Begini Tanggapan Orangtua Siswa


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menghapus jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).


Penghapusan jurusan itu ternyata sudah dirasakan oleh orangtua siswa di Kota Pekanbaru, Riau sejak beberapa waktu lalu.


Salah seorang orangtua siswa Herlina Anis (50) kepada Suara.com mengaku saat ini sang anak duduk di kelas 3 di SMA Negeri 5 Pekanbaru.


"Bagi saya pribadi tidak ada masalah, karena kurikulum sekarang lebih fleksibel dan sesuai dengan minat anak," ujarnya, Selasa (23/7/2024).


Herlina mengatakan bahwa meskipun jurusan IPA secara resmi akan dihapus, namun siswa tetap dapat memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat mereka.


"Contoh anak saya, sebelum naik ke kelas 3 (SMA), kami sudah berdiskusi dan anak saya memutuskan nanti kalau kuliah akan mengambil jurusan dokter hewan," katanya.


Herlina menjelaskan, sejauh yang ketahuinya, istilah IPA sudah dari tahun kemaren tidak digunakan.


"Saat ini, karena anak saya berencana kuliah kedokteran, jadi dia mengambil mata pelajaran medical," tuturnya.


Lebih lanjut, Herlina mengaku bahwa ia tidak terlalu paham soal penghapusan jurusan tersebut. Namun, jika melihat dari pelajaran anaknya lebih baik dan fokus ke arah jurusan yang diinginkan.


"Saat ini anak saya juga belajar lebih fokus dan rencana masa depannya sudah tergambar. Dia juga serius mempersiapkan jurusan yang akan ia jalani saat di jenjang perkuliahan nantinya." ungkap.


Terpisah, Khairul Hazih salah seorang guru Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) menjelaskan bahwa sebelumnya kurikulum itu diberi nama Kurikulum Merdeka.


"Kalau saat ini namanya kurikulum nasional. Anak dibebaskan memilih mata pelajaran yang ia inginkan. Tetapi itupun tidak serta merta karena mereka sejak kelas 1 sudah dibimbing," terangnya saat dihubungi Suara.com.


Lebih lanjut, Hafizh mengatakan pada saat kelas 2 baru siswa akan memilih sesuai minat dan bakat.


"Nanti akan dicek atau diuji apakah minat bakat itu sesuai atau tudak. Tidak asal-asalan," jelasnya.


Hafizh menilai, kurikulum saat ini jauh lebih baik dari sebelumnya karena jauh-jauh hari siswa sudah mempersiapkan diri.


"Sejauh ini tidak ada kendala dan baik-baik saja, yang penting kita paham terkait proses dan aturan yang sudah ditetapkan pusat," tegas dia.


Sumber: Suara

Penulis blog