'Ke Israel, Tokoh Muda NU Pasarkan Hasil Tambang?'
Oleh: Karyudi Sutajah Putra
Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI)
“NU sedang memasarkan hasil tambang ke Israel, baru dapat IUP dari Bahlil,” tulis seorang anggota DPR RI dalam pesan teks di aplikasi WhatsApp (WA) yang diterima penulis, Senin (15/7/2024) pukul 14.42 WIB.
Politikus senior yang tak perlu disebutkan namanya itu merespons artikel penulis yang dimuat media ini beberapa saat sebelumnya berjudul, “Di Tengah Pembantaian Rakyat Palestina, Gus Dur-Gus Dur Muda ke Israel, PBNU Kebakaran Jenggot”.
Dalam artikel itu tertulis, di tengah kecamuk perang antara Israel dan Palestina yang lebih pantas disebut sebagai genosida atau pembantaian massal rakyat Palestina oleh tentara Israel, lima orang tokoh muda NU justru berkunjung ke Israel untuk bertemu Presiden Isaac Herzog.
Kelima tokoh muda NU tersebut adalah Gus Syukron Makmun, Dr Zainul Maarif, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania. Mereka adalah Gus Dur-Gus Dur muda.
PBNU menyesalkan lawatan lima tokoh muda NU itu ke Israel yang disebutnya sebagai kunjungan pribadi, tidak mewakili NU sebagai lembaga.
PBNU juga tidak tahu apa tujuan mereka ke Israel dan siapa sponsor yang membiayai perjalanan mereka ke Israel.
Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf mengatakan pihaknya akan memanggil lima orang Nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Dalam pemanggilan tersebut, PBNU akan mengklarifikasi latar belakang pemberangkatan lima tokoh muda itu.
Apakah tujuan Gus Dur-Gus Dur muda ke Israel itu untuk mengikhtiarkan perdamaian antara Israel dan Palestina? PBNU sendiri saja tidak tahu. Bahkan PBNU terkesan lepas tangan dan cuci tangan.
Ataukah seperti seloroh anggota DPR itu bahwa NU sedang mamasarkan hasil tambang yang Izin Usaha Pertambangan (IUP)-nya baru diterima dari Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia?
Kita tidak tahu pasti. Kita tunggu saja hasil klarifikasi PBNU kepada lima tokoh muda NU yang baru berkunjung ke Israel itu.
Andai pun ada kecurigaan mereka memasarkan hasil tambang ke Israel, sepertinya memang masuk akal. Mengapa?
Pertama, bagaimana mungkin kalau lima orang itu atas nama individu-individu, bukan mewakili NU, bisa dengan mudah diterima dan bertemu langsung dengan Presiden Israel Isaac Herzog?
KH Abdurrahman Wahid juga pernah ke Israel dan diterima langsung Perdana Menteri Yitzhak Rabin tahun 1994. Tapi saat itu kapasitas Gus Dur adalah sebagai Ketua Umum PBNU.
KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU saat ini, tahun 2018 lalu juga ke Israel dan diterima langsung PM Benjamin Netanyahu. Tapi kapasitas Gus Yahya saat itu sebagai Khatib Aam PBNU.
Kini kelima tokoh muda NU yang relatif “bukan siapa-siapa” Itu kok bisa dengan mudah diterima Presiden Israel kalau tidak ada kepentingan yang sangat urgen?
Isu pemasaran hasil tambang batubara pun masuk akal dan makin menemukan relevansinya.
Kedua, NU baru kali ini akan mengelola tambang, sehingga belum punya pasar. Masuk akal bila NU mencari pasar ke Israel.
Meskipun tidak ada hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel, tapi hubungan “bussiness to bussiness” antara swasta Indonesia dan Israel bisa berjalan.
Ihwal klaim tidak tahu-menahunya PBNU atas tujuan dan siapa yang mensponsori lima tokoh muda NU itu ke Israel, barangkali cuma kamuflase belaka sebagai upaya dugaan lepas tangan dan cuci tangan.
Diketahui, PBNU mendapatkan IUP dari pemerintahan Presiden Joko Widodo sesuai janji yang ia ucapkan tahun 2021.
Pemberian izin khusus bagi ormas untuk mengelola lahan tambang tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2024 yang merupakan perubahan atas PP Nomor 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
PBNU pun telah mendirikan PT atau perseroan terbatas sebagai badan usaha yang digunakan untuk mengurus atau mengelola lahan tambang yang diberikan oleh pemerintah tersebut.
NU menjadi ormas keagamaan pertama yang secara terang-terangan meminta izin tambang dari pemerintah.
PBNU kemudian menunjuk bendahara umumnya, Gudfan Arif Ghofur sebagai penanggung jawab dalam pengelolaan usaha pertambangan.
PBNU mendapatkan jatah mengelola lahan bekas PT Kaltim Prima Coal (KPC), perusahaan tambang di bawah naungan Grup Bakrie. Lokasinya di Desa Swarga Bara, Kecamatam Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Sementara itu, Israel memiliki beragam jenis industri dan sistem pertahanan militer canggih yang membutuhkan banyak pasokan energi.
Menurut International Energy Agency (IEA), sebagian besar pasokan energi Israel bersumber dari bahan bakar fosil, yaitu minyak dan gas bumi.
Menurut IEA, seperti dilansir sebuah sumber, sepanjang 2021 Israel memiliki total pasokan energi 936 ribu terajoule. Sekitar 39,6% pasokan itu bersumber dari minyak bumi, dan 38,1% dari gas bumi.
Kemudian porsi pasokan dari batubara 17%, energi angin/surya 4,7%, dan bahan bakar nabati/sampah 0,7%. Nah, lho! ***