GLOBAL

Jusuf Kalla Turun Tangan 'Damaikan' Konflik Israel-Palestina

DEMOCRAZY.ID
Juli 11, 2024
0 Komentar
Beranda
GLOBAL
Jusuf Kalla Turun Tangan 'Damaikan' Konflik Israel-Palestina



DEMOCRAZY.ID - Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK), bakal terlibat dalam proses perdamaian antara Israel dan Palestina.


Dalam waktu dekat, Jusuf Kalla akan bertolak ke Timur Tengah menindaklanjuti mediasi upaya gencatan senjata di Palestina.


Ini bukan kali pertama Jusuf Kalla terlibat dalam misi perdamaian internasional tersebut. 


Pada 2014-2019, Jusuf Kalla menjadi salah satu tokoh di balik perdamaian antara Afghanistan dan Taliban. 


Kedua kubu diundang ke Indonesia untuk berdialog membicarakan solusi terbaik menyelesaikan konflik di dalam negara tersebut.


Kemudian, di tahun 2012, Kalla juga aktif menyerukan penyelesaian konflik di antara Pemerintah Myanmar dengan warga Muslim Rohingya.


Saat berkunjung ke Ladang Minyak Riau, Jusuf Kalla mengungkapkan harapannya agar konflik di Palestina bisa diselesaikan secepatnya.


JK mengatakan, sudah terlalu banyak warga Palestina yang menjadi korban. JK menyebut, tak hanya warga Gaza yang menyerukan gencatan senjata, namun warga Israel pun sudah banyak yang mendesak perdana menteri Israel, Benyamin Netanyahu untuk menghentikan perang.


Kendati demikian, hingga kini gencatan senjata tak kunjung terwujud. Tawar menawar proposal masih terjadi antara Hamas dengan Israel.


JK akan berangkat ke Timur Tengah atas undangan Hamas, untuk mendorong gencatan senjata di Gaza.“Ya saya follow up-nya minggu ini malahan.


Saya akan ke sana, diundang mereka (Hamas), minta ketemu, (saya bilang) oke, kita ketemu,” kata JK, Selasa (9/7/2024).


Awal Mei 2024 lalu, JK telah bertemu dengan perwakilan Hamas di Kuala Lumpur, Malaysia.


JK mengatakan, gencatan senjata di Gaza sangat penting dan harus segera diwujudkan. 


Pasalnya, jika tidak dilakukan secepatnya, akan makin banyak warga sipil yang tidak berdosa yang akan menjadi korban. Selain itu, perdamaian ini juga penting bagi Israel.


Menurut JK, gencatan senjata di kedua pihak, akan bermanfaat bagi keamanan dan kenyamanan warga Israel.


“Kita berharap perjanjian gencatan senjata di Doha (Qatar) itu bisa sepakat. Karena ini kalau nggak, korbannya bisa banyak sekali dari kedua belah pihak,” kata dia.


Serang Sekolah


Dalam perkembangan terbaru di Gaza, tentara Israel melancarkan serangan ke sebuah sekolah di Gaza.  Sebanyak 27 orang dilaporkan tewas akibat serangan tersebut.


Dilansir AFP, Rabu (10/7/2024), serangan Israel terjadi, Selasa (9/7). Gedung sekolah yang diserang diketahui menjadi tempat penampungan pengungsi Palestina di Jalur Gaza.


Sumber rumah sakit di Gaza mengatakan kepad AFP ada 27 orang tewas. Puluhan orang lainnya mengalami luka-luka.


“Serangan itu terjadi di pintu masuk sekolah Al-Awda di Abasan, dekat kota selatan Khan Yunis, kata sumber di rumah sakit Nasser di Khan Yunis tempat para korban dirawat.


Kantor media pemerintah yang dikelola Hamas menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 29 orang.  Mayoritas korban merupakan perempuan dan anak-anak. Israel belum buka suara terkait serangan tersebut.


Mereka mengakui melakukan tiga serangan lainnya sejak Sabtu (6/7) terhadap sekolah-sekolah Gaza yang digunakan sebagai tempat penampungan pengungsi.


Israel mengatakan ketiga serangan tersebut menargetkan militan yang bersembunyi di sekolah-sekolah. 


Pada hari Sabtu (6/7), serangan Israel menghantam sekolah Al-Jawni yang dikelola PBB di Nuseirat, Gaza tengah. Serangan itu menewaskan 16 orang.


Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, mengatakan ada 2.000 orang yang berlindung di sana saat itu. Keesokan harinya serangan terhadap sekolah Keluarga Suci di Kota Gaza menewaskan empat orang menurut badan pertahanan sipil Gaza.


Sekolah lain yang dikelola UNRWA di Nuseirat diserang pada hari Senin (8/7). Sebuah rumah sakit setempat mengatakan beberapa orang dibawa untuk perawatan.


Israel mengatakan pihaknya menargetkan “beberapa teroris” dengan menggunakan sekolah tersebut sebagai tempat berlindung.


Hamas membantah klaim Israel bahwa mereka menggunakan sekolah, rumah sakit, dan fasilitas sipil lainnya untuk tujuan militer.


Sumber: Tribun

Penulis blog