AGAMA POLITIK

Gus Yahya Akui Pernah Temui Perdana Menteri Israel: Tapi Saya Tidak Catut Nama PBNU dan Gus Dur

DEMOCRAZY.ID
Juli 16, 2024
0 Komentar
Beranda
AGAMA
POLITIK
Gus Yahya Akui Pernah Temui Perdana Menteri Israel: Tapi Saya Tidak Catut Nama PBNU dan Gus Dur



DEMOCRAZY.ID - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf mengakui bahwa dirinya juga pernah bertemu dengan Presiden Israel pada 2018.


Hanya saja, dia menyebut saat itu dia datang atas inisiatifnya sendiri. Dia juga mengaku tak mencatut institusi PBNU maupun Gus Dur


Jadi, dia menyebut ada perbedaan kunjungan 5 aktivis NU ke Israel dengan kunjungan dirinya pada 2018 silam.


Dia mengatakan, kunjungannya ke Israel sebelum menjadi Ketua Umum PBNU itu adalah atas nama pribadi, bukan membawa nama Nahdlatul Ulama.


"Saya juga ke Israel atas nama pribadi, dan saya mempertanggungjawabkannya secara pribadi, kalau saya waktu ke sana saya tidak pernah menyebut NU," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2024).


Gus Yahya mengatakan, ia hanya menyebut sosok Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai guru dan inspirasinya.


Selain itu, Gus Yahya mengatakan sebelum berangkat ke Israel dia sowan ke beberapa kiai NU untuk meminta persetujuan dan pandangan.


Termasuk Kiai Maruf Amin, Kiai Said Aqil Shiraj yang saat itu menjadi Ketum PBNU.


"Dan saya katakan dengan ini (hasil diskusi) saya akan berjalan atas nama pribadi," tuturnya.


Begitu juga saat Gus Dur yang pernah ke Israel pada 1994. Gus Yahya menyebut, sebelum berangkat Gus Dur berkonsolidasi dan mendatangi para kiai terkait masalah perdamaian Palestina.


"Sehingga kemudian kiai-kiai itu merestui keberangkatan beliau. Sesudah beliau kembali, beliau bicara kepada kiai-kiai," ucapnya.


Berbeda dengan lima aktivis NU yang bertandang ke Israel beberapa waktu belakangan.


Bukan malah membawa misi perdamaian, kelima aktivis NU ini justru membuat ribut karena mengunggah foto bersama Presiden Isaac Herzog saat Palestina masih mengalami serangan militer dari Israel.


"Yang dilakukan Gus Dur kan datang ke sana enggak asal datang untuk acara ketemuan orang ini, orang itu, tapi ada engagement strategic," tutur Gus Yahya.


Dia menyayangkan lima aktivisi NU yang berangkat ke Israel tidak berkonsultasi terlebih dahulu sehingga menimbulkan kegaduhan.


"Walaupun sekali lagi, saya sebagai Ketua Umum mohon maaf karena apapun juga ini anak-anak NU, saya sebetulnya juga kasihan ini, kok nggak nanya dulu, ngomong dulu, gitu ya," tandas Gus Yahya.


Tidak pakai visa dari Indonesia


Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya buka suara terkait lima kader Nahdlatul Ulama (NU) yang berangkat ke Israel bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog.


Dia memastikan, kelima kadernya itu tidak menggunakan visa  dari Indonesia.


Sebab, Indonesia dan Israel hingga kini tak membuka hubungan diplomatik. Hal ini disampaikan Gus Yahya ketika memberikan penjelasan mengenai permasalahan lima pengurus badan otonom NU yang bertemu Presiden Israel Isaac Herzog.


"Jadi soal visa dan lain lain saya kira, itu sudah biasa, biasanya mereka jelas bahwa visanya tidak dapat dari Indonesia karena memang tidak ada perwakilan Israel di sini. Tapi itu bisa saja diatur, soal teknis yang biasa dilakukan siapaun yang melakukan perjalanan ke Israel," kata Gus Yahya dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jakarta, Selasa (16/7/2024).


Gus Yahya juga menyinggung bahwa selama ini banyak warga Indonesia yang masuk dan keluar dari Israel. Proses Evakuasi 143 WNI di Palestina dan Israel


Bedanya dengan kasus lima kader, warga tersebut masuk dan keluar dari Israel tanpa adanya pemberitaan.


"Nah soal berangkatnya itu gimana? Ini kan karena cuma masuk berita saja, kan teman-teman tahu selama ini yang enggak masuk berita itu juga sering orang keluar masuk sana dengan seenaknya dengan cara apapun," ungkap dia.


Gus Yahya juga menjelaskan bahwa keberangkatan lima kadernya ke Israel tak lepas dari adanya pihak yang mendekati mereka.


Dalam pendekatan ini, kelima kader NU tersebut hanya dijanjikan memenuhi sejumlah agenda dialog selama berada di Israel.


Agenda dialog dengan Isaac Herzog tak masuk dalam daftar yang dijanjikan sebelumnya.


Gus Yahya mengatakan bahwa dialog antara lima kader NU dengan Isaac Herzog tidak membicarakan hal yang substansial.


Karena itu, pertemuan kelima kadernya dengan Isaac Herzog disebut sebagai dialog yang gagal.


"Ya secara substansial tidak ada (dialog) yang strategis. Itu sebabnya saya bilang bahwa ini adalah inisiatif yang saya katakan gagal karena enggak ada hasil apa-apa," tegas dia.


"Apalagi perjanjian ini-itu, wong dialog yang dilakukan tidak ada yang substansial untuk membantu rakyat Palestina, itu tidak ada," imbuh dia.


Minta maaf


Gus Yahya mengakui bahwa sikap yang dilakukan para pemuda NU untuk bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog adalah sebuah kesalahan.


Menurut Gus Yahya, PBNU menduga kesalahan tersebut terjadi lantaran adanya ketidakpahaman dan sensitivitas dari para tokoh NU yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog.


Terlebih para tokoh NU tersebut tidak melakukan koordinasi dengan PBNU saat bertemu dengan Presiden Israel.


Maka dari itu PBNU akan memberikan sanksi kepada kelima tokoh pemuda NU yang melakukan pertemuan dengan Presiden Israel.


“Nanti akan diproses, ini sudah dijadwalkan sidang komite etiknya,” ucapnya.


PBNU pun meminta maaf kepada masyarakat atas sikap tokoh muda NU yang melukai hati masyarakat Indonesia karena bertemu dengan Presiden Israel.


Pihak PBNU pun berharap warga NU ke depannya lebih berhati-hati dalam mengambil sikap politik.


“Dan akan banyak sekali yang berupaya menyeret NU ke berbagai agenda politik internasional. Dan ini sudah kita minta ke semua kader dan warga agar berhati-hati,” ucapnya.


Banjir kecaman


Kecaman demi kecaman diberikan untuk lima aktivis Nahdlatul Ulama (NU) dengan Presiden Israel, Isaac Herzog berbuntut panjang.


Salah satu orang yang ikut dalam rombongan tersebut adalah Zaenul Maarif, salah satu aktivis NU


Kini, dirinya terancam sanksi dari PBNU dan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia).


Adapun sanksi dari Unusia itu lantaran Maarif merupakan salah satu dosen di universitas tersebut.


Sebelumnya, Zainul Maarif membeberkan maksud pertemuan dengan Presiden Israel tersebut.


Hal itu disampaikannya dalam unggahan foto dirinya bersama dengan aktivis NU lainnya dan Isaac Herzog di akun Instagram pribadi, @zenmaarif.


Dalam takarir yang dituliskannya, pertemuan antara Herzog dan lima aktivis NU itu membahas soal konflik Hamas-Israel.


Selain itu, sambungnya, turut membahas soal hubungan antara Indonesia dan Israel.


"Terkait konflik antara Hamas-Israel, dan relasi Indonesia-Israel, saya bersama rombongan berdialog langsung dengan Presiden Israel, Isaac Herzog (yang duduk dengan dasi biru) di Istana Sang Presiden. Semoga hasil terbaik yang dianugerahkan untuk kita semua," tulisnya dalam unggahan foto pertemuannya dengan Herzog, dikutip pada Senin (15/7/2024).


Pada takarir yang sama, Maarif turut mengkritik langkah pemboikotan yang dilakukan berbagai pihak untuk mengecam tindakan penyerangan Israel ke Gaza.


"Saya bukan demonstran, melainkan filsuf agamawan. Alih-alih demonstrasi di jalanan dan melakukan pemboikotan, saya lebih suka berdiskusi dan mengungkapkan gagasan," tulisnya.


Selain itu, dalam video yang viral, Maarif berpidato dengan memperkenalkan dirinya dan rombongan.


Dalam pidatonya, dia menegaskan bahwa dirinya berasal dari organisasi NU, dan pengajar di salah satu universitas yang berafiliasi dengan NU


Dia juga menyinggung sosok Abdurrahman Wahid alias Gusdur. Dia mengaku akan melanjutkan legacy Gusdur dengan memperkuat dialog antar-agama


Maarif Terancam Dicopot dari Pengurus Lembaga PBNU


Maarif terancam dicopot sebagai pengurus badan otonom (banom) setelah meakukan pertemuan dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.


Sebenarnya, ancaman sanksi tersebut tidak hanya ditujukan kepada Maarif saja, tapi juga terhadap empat aktivis NU lainnya yang ikut bertemu Isaac.


Mereka adalah Gus Syukron Makmun, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania.


Adapun hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.


Gus Ipul mengungkapkan PBNU awalnya bakal memanggil kelima aktivis NU tersebut untuk dimintai keterangannya terkait pertemuan tersebut.


"Yang bersangkutan akan dipanggil untuk dimintai keterangan dan penjelasan lebih dalam tentang maksud tujuannya, latar belakang, dan siapa yang memberangkatkan serta hal-hahl prinsip lainnya," tuturnya pada Senin (15/7/2024) dikutip dari Kompas.com.


Selain kelima aktivis tersebut, Gus Ipul menuturkan PBNU juga bakal memanggil pimpinan banom.


Apabila ditemukan pelanggaran, maka kelima aktivis NU itu bakal diberhentikan statusnya sebagai pengurus banom.


Lebih lanjut, Gus Ipul menegaskan bahwa PBNU tidak memberikan mandat kepada lima aktivis NU tersebut untuk bertemu Isaac Herzog.


"Kelima orang tersebut tidak mendapat mandat PBNU. Juga tidak pernah meminta izin ke PBNU,” kata Gus Ipul.


Menurut Gus Ipul, kepergian lima orang ini ke Israel adalah tindakan yang sangat tidak bijaksana di tengah situasi yang memanas antara Israel dan Palestina.


Padahal, kata Gus Upul, NU sebagai organisasi berada di barisan depan mengutuk serangan terus menerus yang dilakukan Israel.


“Kunjungan itu juga melukai perasaan kita semua,” tandasnya.


Maarif Bakal Disidang Etik Unusia sebagai Dosen


Selain itu, Maarif juga bakal disidang etik oleh Unusia sebagai dosen setelah pertemuannya dengan Isaac Herzog.


Unusia menganggap pertemuan Maarif dengan Presiden Israel tersebut mempengaruhi reputasi dan bertentangan denga nilai-nilai yang dianut kampus.


"Unusia akan menggelar sidang etik terhadap Saudara Zainul Maarif untuk mempertanggungjawabkan aktivitas yang bersangkutan mengingat kunjungan tersebut berdampak langsung bagi reputasi Unusia dan bertentangan dengan dengan nilai-nilai yang dianut Unusia," ujar Unusia dalam keterangan resminya dikutip dari laman NU.


Pada keterangan resmi tersebut, Unusia juga membantah bahwa pertemuan yang dihadiri oleh Maarif tersebut mengatasnamakan kampus.


"⁠P⁠ertemuan Saudara Zainul Maarif dengan Presiden Israel adalah aktivitas individual dan tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan Unusia sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan Perkumpulan Nahdlatul Ulama yang menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Indonesia," jelasnya.


Kampus milik NU itu juga menekankan bahwa pihaknya mendukung kemerdekaan Palestina dan mengecam agresi Israel.


"Unusia mendukung sepenuhnya kemerdekaan Palestina dan mengecam keras praktik genosida oleh Israel terhadap bangsa Palestina yang hingga kini masih terus berlangsung," pungkas Unusia dalam keterangannya.


Dubes Palestina Cerita Soal Kondisi Terkini di Gaza


Sebelumnya, Duta Besar (Dubes) Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun mengunjungi kantor International Networking for Humanitarian (INH) di Perum Ciluengsi Hijau, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (1/7/2024).


Zuhair mengatakan kunjungan ini dilakukan dalam rangka mendiskusikan dan menjalin kerja sama dalam membangun Palestina.


"Kami datang untuk menciptakan dan membangun kepercayaan karena organisasi ini selalu mendukung Palestina selama ini," kata Zuhair di Cileungsi, Senin (1/7/2024).


Dalam kunjungan ini, Zuhair menceritakan kondisi terkini Palestina, khususnya di Jalur Gaza, yang terus mengalami  penyerangan militer Israel.


“Kami sampaikan bahwa saat ini kondisi di Jalur Gaza masih sangat mencekam, genosida Israel belom selesai. Dunia internasional harus berperan aktif untuk menghentikan tindakan brutal Israel,” papar Zuhair.


Tak hanya di Jalur Gaza, lanjutnya, pembantaian yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang juga kerap dilakukan militer Israel terhadap rakyat Palestina di wilayah Tepi Barat, baik di Kota Jerusalam, Jerico, Hebron, Nablus maupun wilayah lainya yang menjadi tempat hunian rakyat Palestina.


“Kami berharap semua ini bisa segera berakhir dan kemerdekaan bangsa Palestina bisa segera terwujud, sehingga bangsa Palestina bisa menata bangsanya sendiri,” harapnya.


Zuhair juga menyampaikan dalam waktu dekat ini, Kementrian Kesehatan Palestina akan berkunjung ke Indonesia.


"Kami mengajak semua elemen termasuk lembaga filantropi yang bergerak dibidang kemanusiaan agar terus mensuport bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza yang membutuhkan," tuturnya.


Dia menjelaskan INH merupakan salah satu LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang  banyak membantu warga Palestina selama ini.


"Semoga INH lebih sukses dan berkembang karena sangat bermanfaat bagi Palestina dan negara-negara lainnya yang membutuhkan dukungan," beber Zuhair.


Zuhair menambahkan Palestina masih dalam masa perjuangan kemerdekaan dan  menginginkan hidup dalam kedamaian.


"Kami membutuhkan dukungan dari masyarakat dan pemerintah  Indonesia untuk merdeka dengan ibukota Yerusalem," tuturnya.


Sementara itu, Lukmanul Hakim, Presiden Direktur INH, menyambut baik atas terjalinya silahturahmi bersama Dubes Palestina untuk Indonesia.


Menurutnya, kerjasama seperti ini perlu ditingkatkan mengingat kedekatan bangsa Palestina dengan Indonesia sangat baik.


“Indonesia dan Palestina sudah seperti adik kakak, kedekatan kita sudah terjalin sejak dahulu kala, semoga dengan kunjungan ini bisa semakin erat antara kami dan perwilan pemerintah Palestina di Indonesia,” ucapnya.


INH sendiri telah menyalurkan banyak bantuan ke wilayah Jalur Gaza sejak terjadinya agresi pada 7 Oktober 2024 silam, baik berupa makanan siap saji, obat-obatan, logistik, bantuan unag tunai dan tenda darurat.


"Sejak awal agresi Israel, kita sudah salurkan bantuan, termasuk saat hari raya kurban kemarin. Kita salurkan 500 hewan kurban ke Gaza," tandas Lukmanul.


Sumber: Tribun

Penulis blog