EKBIS GLOBAL

China Dianggap Jadi Mitra Terpenting Indonesia, Luhut: Kami Ingin Memastikan Hubungan Baik Terus Saling Percaya

DEMOCRAZY.ID
Juli 07, 2024
0 Komentar
Beranda
EKBIS
GLOBAL
China Dianggap Jadi Mitra Terpenting Indonesia, Luhut: Kami Ingin Memastikan Hubungan Baik Terus Saling Percaya

China Dianggap Jadi Mitra Terpenting Indonesia, Luhut: Kami Ingin Memastikan Hubungan Baik Terus Saling Percaya


DEMOCRAZY.ID - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan buka suara terkait wacana pemberian tarif bea masuk yang lebih besar terhadap produk impor dari China.


Luhut membenarkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan kepada jajarannya untuk memperketat pengawasan atas impor, terutama pakaian bekas atau barang selundupan yang masuk ke Indonesia.


Langkah itu diperlukan karena terdapat indikasi masuknya pakaian bekas dan barang selundupan yang mengganggu pasar dalam negeri.


Namun, pemerintah membuka pintu penyelidikan terhadap praktik-praktik perdagangan yang tidak fair, seperti dumping, dari negara manapun, sehingga tidak hanya berfokus terhadap produk impor dari China.


"Jadi kita tidak menargetkan negara tertentu, apalagi Tiongkok," kata dia, dalam keterangannya, dikutip Sabtu (6/7/2024).


Luhut bilang, China adalah salah satu mitra komprehensif strategis terpenting Indonesia dalam hal perdagangan dan investasi.


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), China memang masih menjadi negara mitra ekspor dan impor utama Indonesia, dengan pangsa ekspor ke Negeri Tirai Bambu mencapai lebih dari 20 persen dari total ekspor dan impor dari China mencapai lebih dari 35 persen dari total nilai impor hingga Mei lalu.


Oleh karenanya, Luhut menyebutkan, pemerintah berkomitmen untuk terus menjaga hubungan baik ini dengan terus berkomunikasi dan berdialog terkait langkah-langkah kebijakan antar kedua negara.


"Kami ingin memastikan bahwa hubungan baik Indonesia dengan negara mitra terus mengedepankan prinsip saling percaya, saling menghargai, dan saling melengkapi," tutur dia.


Terkait dengan wacana pemberian tarif impor sebesar 200 persen terhadap produk China, Luhut mengatakan, pemerintah perlu terlebih dahulu menetapkan posisi dan kepentingan nasionalnya, sehingga tidak serta-merta mengikuti langkah negara lain.


"Ini adalah acuan yang sangat penting, karena Indonesia tidak ingin sekadar mengekor negara-negara lain jika hal tersebut bertentangan dengan kepentingan nasional Indonesia," kata Luhut.


Luhut menyadari, langkah-langkah perlindungan produk dalam negeri harus dilakukan sesuai dengan masalah yang terjadi, salah satunya melalui perlindungan tarif atau safeguard tariff untuk beberapa produk tekstil yang sebenarnya sudah diberlakukan dan saat ini sedang dalam perpanjangan periode waktu.


"Saya juga telah berkomunikasi dengan Menteri Perdagangan untuk membahas masalah ini," ujar dia.


"Kami bersepakat untuk mengutamakan nasional interest kita namun tidak mengabaikan kemitraan dengan negara sahabat," sambungnya.


Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan atau Zulhas mengatakan, pemerintah akan mengenakan bea masuk hingga 200 persen pada produk impor asal China yang membanjiri pasar Indonesia.


Zulhas mengungkapkan, kebijakan itu akan diterapkan pihaknya dalam menyikapi persoalan perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS).


Sejumlah produk impor itu di antaranya pakaian, baja, tekstil, dan lain sebagainya, karena pasar negara-negara Barat menolak produk China tersebut. Nantinya kebijakan bea masuk akan dituangkan dalam Peraturan Mendag (Permendag).


Sumber: Kompas

Penulis blog