AGAMA

Buku Merah Kiai Imaduddin Pernah Bikin Habib Rizieq Shihab Ngamuk: Lu Belajar di Kandang Kebo!

DEMOCRAZY.ID
Juli 02, 2024
0 Komentar
Beranda
AGAMA
Buku Merah Kiai Imaduddin Pernah Bikin Habib Rizieq Shihab Ngamuk: Lu Belajar di Kandang Kebo!

Buku Merah Kiai Imaduddin Pernah Bikin Habib Rizieq Shihab Ngamuk: Lu Belajar di Kandang Kebo!


DEMOCRAZY.ID - Kiai Imaduddin Utsman bukan sosok asing bagi Bahar bin Smith dan Habib Rizieq Shihab (HRS). 


Pendiri Ponpes Nahdlatul Ulum Banten itu pernah mendapat kritik keras dari HRS.


Nama Kiai Imaduddin Utsman jadi sorotan pasca perseteruan antara Rhoma Irama dengan Bahar bin Smith mengenai nasab habib di Indonesia.


Pria yang disapa Kiai Imad itu tegas mengatakan bahwa mustahil nasab habib di Indonesia terhubung langsung dengan nabi Muhammad SAW.


Pendapat itu berdasarkan hasil penelitian Kiai Imad yang kemudian ia tuliskan dalam buku berjudul 'Terputusnya Nasab Habib kepada Nabi Muhammad SAW' yang terbit pada 2022.




Sebelumnya, ia juga sempat menuliskan buku berjudul 'Menakar kesahihan Nasab Habib Di Indonesia'. Karya tulis dari Kiai Imad ini sempat jadi sorotan HRS.


Rizieq Shihab pada Agustus 2023 terang-terangan menyebut apa yang dituliskan Kiai Imad soal nasab habib tidak termasuk karya ilmiah.


HRS mempertanyakan sumber dan rujukan dari penelitian Kiai Imad di bukunya tersebut. Menurut HRS, jika penelitian ilmiah maka harus disertai banyak sumber rujukan.


"Ada yang bilang, Habib tapi ini (penelitian KH Imaduddin Utsman Al Bantani) penelitian ilmiah! yee penelitian dari mana? elu belajar di kandang kebo!" ucap HRS seperti dikutip dari YouTube Islamic Brotherhood Television yang tayang pada 11 Agustus 2023.


"Kalau penelitian ilmiah itu kitab di jejerin banyak, setelah itu diteliti itu semua. Baru mengambil kesimpulan. Itu penelitian ilmiah. Tapi penelitian KH Imaduddin Utsman Al Bantani kitabnya cuma 1, sudah itu diragukan lagi kitabnya. Sudahnya ngaku penelitian ilmiah, jidat elu ilmiah," tambahnya.


HRS di video itu juga sempat menceritakan pertemuannya dengan Dr Hasyim Al Idrus. 


Di pertemuan itu kata HRS, ia sempat menanyakan apakah di Yaman ada pihak yang menolak nasab Ba'alawi.


"Di jawab iya ada, tapi rapuh! mereka tidak punya dalil. Mereka mau bilang Muhajir dan Ubaidillah, tapi kuburannya ada. Jadi rapuh!. Terus dia balik nanya, katanya di Indonesia ada juga yang nolak nasab Ba'alawi? kita bilang ada. Tapi bedanya kalau di Yaman cuma nolak nasab, kalau disini abis nolak nasab, dia jambret nasabnya," tegas HRS.


Sebelumnya, Saat jadi bintang tamu di kanal Youtube Rhoma Irama, ia memaparkan soal di Indonesia.


Apa yang ia sampaikan di hadapan Rhoma Irama, merujuk pada penelitiannya sendiri. 


Dari penelitian itu, Kiai Imaduddin meragukan nasab habib di Indonesia terhubung langsung dengan nabi Muhammad SAW.


Dijelaskan oleh Kiai Imaduddin, nasab habib di Indonesia ditilik secara genetik mustahil terhubungan dengan Rasullah SAW.


“Secara genetik mustahil mereka keturunan Nabi Muhammad SAW, jangankan keturunan nabi, keturunan Arab saja mereka bukan,” jelasnya, seperti dikutip Senin (1/7/2024).


“Saya teliti dari Nabi Muhammad SAW, apakah betul nabi punya anak namanya Fatimah, lalu saya cari dalilnya, kemudian apakah Fatimah punya anak namanya Husein, saya cari dalilnya sampai dengan Ahmad bin Isa, semua sahih mereka keturunan Nabi Muhammad,” paparnya.


Kiai Imaduddin menjelaskan bahwa Ahmad bin Isa meninggal dunia pada 345 Hijriah, dalam kata lain tokoh tersebut hidup pada abad ke-4 Hijriah


Dari penelusuran manuskrip yang dibacanya, Kiai Imaduddin menemukan sejumlah kejanggalan. 


Ia juga menemukan fakta bahwa Ahmad bin Isa hanya memiliki tiga anak, dan tidak ditemukan anak bernama Ubaydillah.


Baru di manuskrip abad ke-9 dan 10, ia menemukan karya tulis yang membahas perihal nama Ubaydillah. 


Diterangkan dari manuskrip itu, disebutkan bahwa anak dari Ahmad bin Isa, dan Ubaydillah memiliki anak bernama Alawi.


“Dikatakan Alawi ini anak dari Ubaydillah, dan Ubaydillah ini disebut anak Ahmad bin Isa. Tapi manuskrip di abad kelima sampai kedelapan tidak ada yang mencatat," jelasnya.


Kiai Imaduddin menduga bahwa manuskrip abad ke-9 yang ditulis oleh golongan Ba’alawi, Ali Bin Abu Bakar As-Sakran adalah hasil rekayasa.


Sumber: Suara

Penulis blog