DEMOCRAZY.ID - Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya terlibat perang terbuka. Semua berawal dari rencana mengembalikan PKB ke pangkuan PBNU.
Ketum PBNU Gus Yahya mengakui banyak konflik yang terjadi antara PKB dan PBNU dalam beberapa waktu terakhir.
Ia pun telah menunjuk dua petinggi organisasi untuk mendalami hubungan antara PKB dengan PBNU menyusul ketegangan antara dua organisasi ini.
Mereka yang ditunjuk adalah Wakil Rais Aam Kiai Anwar Iskandar dan Wakil Ketua Umum PBNU Amin Said Husni.
"Apakah nanti akan dikembalikan jadi organnya NU misalnya, ya kita belum tahu. Itu soal aspirasi dan komunikasi lain sebagainya ini kan awal sekali. Kita lihat nanti," kata Yahya kemarin.
Sementara Ketua Umum PKB Cak Imin menegaskan pendirian partainya tak hanya untuk organisasi NU. Ia menegaskan bahwa PKB lahir untuk kejayaan Indonesia.
"Jadi bukan untuk NU pribadi, tapi seluruh bangsa Indonesia, tapi untuk berkibarnya merah putih bagi kejayaan Indonesia," kata Cak Imin.
Konflik terbuka antara PKB yang dipimpin Cak Imin dengan PBNU yang kini dikomandoi Gus Yahya dinilai akan terus berlanjut. Jika dirunut, panas dingin hubungan keduanya berawal dari Muktamar NU pada Desember 2021 lalu.
Analis Politik Agung Baskoro berpendapat akar masalah dari PBNU-PKB karena ada perbedaan sikap antara Cak Imin yang kala itu mendukung Said Aqil Siraj pada pemilihan Ketua Umum PBNU pada 2021 lalu.
Namun pada Muktamar ke-34 NU itu, Said Aqil Siraj kalah. Gus Yahya yang akhirnya berhasil duduk sebagai Ketua Umum PBNU.
Agung mengatakan masalah terus berlanjut ketika Gus Yahya yang mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024. Padahal Cak Imin yang juga kader NU maju menjadi cawapres pendamping Anies Baswedan.
"Puncaknya saat penyelenggaraan Haji yang bermasalah, Cak Imin muncul mendorong hadirnya Pansus Angket Haji untuk mengevaluasi kinerja Menag Gus Yaqut," ujar Agung kepada CNNIndonesia.com, Senin (29/7).
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis ini menyebut pembentukan Pansus Angket Haji menjadi puncak konflik terbuka PKB-PBNU karena mengarah langsung kepada Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut, yang merupakan adik Gus Yahya.
"Sehingga Gus Ipul kemudian mewacanakan Pansus PKB untuk 'menjaga' posisi tawar Gus Yaqut yang selama ini mendukung PBNU," ujarnya.
Agung berpandangan bahwa langkah PBNU ingin mengevaluasi PKB adalah blunder dan kurang relevan secara substantif. Menurutnya, PKB di bawah kepemimpinan Cak Imin justru berprestasi lantaran suara di Pileg naik meskipun kalah di Pilpres.
"Blunder karena yang mesti dievaluasi relasi antar elitenya. Secara kelembagaan publik tahunya PBNU-PKB atau PKB-PBNU senafas," terang Agung.
"Di luar itu, arahan PBNU untuk mengambil alih PKB jauh panggang dari api alias sulit dan terkesan kurang elegan. Karena eksesnya justru semakin membuat resistensi semakin terbuka memecah kaum Nahdliyin," kata Agung.
Konflik Cak Imin-Gus Yahya Kelanjutan dari Masalah Gus Dur
Terpisah, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai akar masalah antara PKB dan NU itu ada banyak.
Namun, Ujang mengatakan akar masalah terbaru terkait Pansus Angket Haji yang dinilai ingin menguliti Gus Yaqut.
"Itu yang membuat PBNU gerah. Karena (Ketua Umum) PBNU kakaknya Gus Yaqut dan mereka juga kubu Gus Dur dulu. Maka di situlah awal mula perseteruan yang baru ya," ujar Ujang kepada CNNIndonesia.com, Senin (29/7).
Ujang menjelaskan perseteruan lama di antara keduanya adalah terkait kubu Cak Imin dan kubu Gus Dur. Lalu, kembali memuncak pada Pilpres 2024 lalu.
Menurutnya, konflik ini merupakan permusuhan lama yang tersulut kembali oleh pelbagai perjalanan dan dinamika yang berkembang hingga saat ini.
"Kalau di cinta ada CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali), kalau di sini ada PLBK, permusuhan lama bersemi kembali. Permusuhannya terjadi lagi," tutur Ujang.
Ujang menilai konflik keduanya dapat diselesaikan apabila kedua pihak memahami fungsi masing-masing, yakni NU sebagai organisasi masyarakat (ormas) dan PKB sebagai partai politik.
"Jadi saya melihat sih bahwa saling memahami fungsi masing-masing, saling memahami peran masing-masing. Dan saling berbagi tugas, PKB sebagai partai, NU sebagai ormas," kata Ujang.
"Kalau itu dilakukan, saling menghormati, saling berbagi peran, saling berbagi fungsi, ya akan jalan-jalan saja. Tapi karena ini permusuhan lama ya, yang bersemi kembali akhirnya muncul kembali konflik-konflik itu," ujarnya menambahkan.
Di sisi lain, Agung menyebut konflik di level elite dapat menular ke bawah. Agung mengatakan masalah Cak Imin dan Gus Yahya ini sebaiknya diselesaikan secara bijak di belakang layar agar tidak berlarut.
Bahkan, Agung menilai penyelesaian konflik kedua kubu ini sebaiknya menggunakan juru damai.
"Baiknya ada "juru damai" yang bisa menjembatani PKB - PBNU agar "konflik" terbuka ini tak berkepanjangan. Mungkin Jusuf Kalla," kata Agung.
Ia berkata Jusuf Kalla memiliki rekam-jejak mendamaikan banyak konflik.
Selain itu, Jusuf Kalla disebut juga seorang Nahdliyin. Agung menyebut Jusuf Kalla juga merupakan tokoh bangsa yang pernah menjadi wakil presiden selama dua periode.
Sumber: CNN