GLOBAL

Ternyata Ini Alasan Negara Arab Ogah Kirim Pasukan Bantu Palestina Lawan Israel

DEMOCRAZY.ID
Juni 25, 2024
0 Komentar
Beranda
GLOBAL
Ternyata Ini Alasan Negara Arab Ogah Kirim Pasukan Bantu Palestina Lawan Israel



DEMOCRAZY.ID - Serangan Israel di Jalur Gaza masih berlangsung hingga kini. Serangan yang dimulai sejak Oktober 2023 ini dilakukan demi menjalankan gagasan mengusir penduduk Palestina dari Gaza sepenuhnya.


Menurut mantan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Afghanistan Ryan Crocker dalam wawancara dengan Politico pada Februari 2024 lalu, kika itu terjadi, rakyat Palestina tidak akan punya tempat di dunia Arab untuk dituju.


Crocker menyebut, meskipun secara publik mendukung hak-hak Palestina, sebenarnya hampir setiap negara Arab telah lama memandang Palestina dengan "rasa takut dan benci". 


Hal ini, katanya, khususnya berlaku di Mesir, yang akan terus menolak menerima warga Palestina dari seberang perbatasan.


"Yang perlu diperhatikan dalam seluruh konflik ini sejak 7 Oktober adalah kurangnya reaksi atau tanggapan dari dunia Arab. Arab Saudi terus membuka pintu bagi perjanjian damai dengan Israel. UEA, Maroko, dan Bahrain bahkan tidak menarik duta besar mereka. Yordania melakukannya, tetapi tentu saja dengan sekitar setengah dari penduduknya adalah warga Palestina, Yordania memiliki masalah khusus. Kurangnya reaksi itu menurut saya sangat jelas," jelas Crocker.


"Jika Anda butuh contoh lain bahwa negara-negara Arab tidak peduli dengan Palestina dan nasib mereka, ini adalah contohnya."


Saat ditanya apakah ini karena rezim Arab takut bahwa ratusan ribu orang Arab Palestina yang mengungsi akibat pembentukan Israel pada tahun 1948, atau yang dikenal sebagai Nakba (bahasa Arab untuk malapetaka), dan kemudian mengungsi lagi pada tahun 1967 akan ingin mengambil alih kendali wilayah negara-negara Arab lainnya, jawaban Crocker adalah iya.


"Ya, sebagian. Nakba tahun 1948 mengguncang legitimasi rezim Arab. Tujuh negara Arab menyatakan perang terhadap Zionis - dan secara meyakinkan dikalahkan. Para pemimpin Arab takut akan konsekuensi dari kegagalan mereka di Palestina, baik dari unsur-unsur dalam masyarakat mereka sendiri maupun dari warga Palestina sendiri," jelasnya.


Sebagai informasi, konflik antara Israel dan Palestina dimulai sejak akhir abad ke-19. 


Namun Yerusalem berhasil membangun negara dan mencaplok wilayah Palestina lewat Perang Enam Hari yang berlangsung pada 5-10 Juni 1967 silam.


Perang Enam Hari atau disebut Musibah Kemunduran, merupakan perang antara Israel dan tiga negara Arab tetangganya yakni Mesir, Yordania, dan Suriah. Perang ini terjadi karena perebutan wilayah dan teritori.


Lewat perang ini, Israel sukses merebut Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari Mesir. Israel juga merebut wilayah Tepi Barat (termasuk Yerusalem Timur) dari Yordania, dan Dataran Tinggi Golan dari Suriah.


Lalu mengapa negara-negara Arab yang mayoritas Muslim tidak membantu Palestina? Negara-negara Arab sendiri diketahui tidak bisa bersatu dan terbagi atas beberapa bagian sehingga tak muncul kesepakatan konkret untuk membantu Palestina menghadapi Israel.


Sebagian negara di Arab mengatakan serangan terhadap Israel bisa memperburuk keadaan saat ini. Namun ada juga alasan lain: takut akan kekuatan sekutu Israel, yakni AS.


"Saya belum melihat negara Arab mana pun yang tidak menyatakan dukungan untuk Palestina pada tingkat retoris, dan akan sangat sulit bagi mereka untuk mengatakan sebaliknya," kata H.A. Hellyer, seorang sarjana politik Timur Tengah di Carnegie Endowment di Washington.


"Tapi apa yang mereka lakukan sangat berbeda," tambahnya, dilansir New York Times.


Diketahui negara-negara Arab mulai menormalisasi hubungan dengan Israel dalam beberapa tahun terakhir. Seperti Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), Sudan dan Maroko.


Sumber: CNBC

Penulis blog