DEMOCRAZY.ID - PDIP dan Anies Baswedan saling melempar pujian dan menunjukkan ketertarikan terkait peluang dalam Pilkada Jakarta 2024. Lantas bagaimana jika keduanya bersatu di Pilkada Jakarta?
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam, membeberkan plus minus jika PDIP dan Anies bersatu untuk Pilkada Jakarta. Dia mulanya menganalisis saling puji antara PDIP dan Anies.
"Interaksi simbolik antara Anies dan PDIP ini merupakan bagian dari upaya penjajakan dengan saling mengirim sinyal terkait potensi kerja sama di Pilkada Jakarta. Meskipun Anies dan PDIP berada pada gerbong yang berbeda secara politik maupun ideologis di Pilkada Jakarta 2019 dan Pilpres 2024, namun di Pilkada Jakarta 2024 ini bisa jadi kedua entitas ini dipertemukan oleh kepentingan yang sama," jelas Umam saat dihubungi, Sabtu (8/6/2024).
Umam menyebut PDIP memang membutuhkan kekuatan tambahan untuk Pilkada Jakarta. Sedangkan, Anies, kata dia, butuh dukungan untuk tetap bertahan secara politik.
"PDIP kehilangan golden ticket dan dominasinya di politik lokal Jakarta, sehingga butuh kekuatan tambahan untuk berhadap-hadapan dengan pemenang Pemilu 2024 yang akan pegang kekuasaan dan tidak akan melepaskan kepemimpinan Jakarta berada di luar kontrol dan kendali mereka sebagai penguasa," ucapnya.
"Di sisi lain, Anies juga sangat berkepentingan menjaga kartu politiknya agar tetap hidup dan relevan hingga Pilpres 2029 mendatang. Anies yang notabene petahana dan memiliki akar yang memadai di DKI Jakarta, akan dilirik dan melirik PDIP yang memiliki 16% dukungan di Jakarta, untuk memenangkan pertarungan Pilkada di kota megapolitilan yang memiliki APBD Rp 80-an triliun itu," sambung dia.
Dia menyebut jika Anies dan PDIP bersatu, maka tidak ada lagi pertentangan ideologis antara keduanya. Menurutnya, dua kekuatan politik bisa melebur menjadi satu.
"Jika Anies dan PDIP bersatu, sisi positifnya maka tidak ada lagi pertentangan ideologis yang ditandai oleh meleburnya dua kekuatan politik yang selama ini menjadi representasi kekuatan politik kanan nasionalis dan Islam," tutur dia.
Namun demikian, dia melihat ada sisi negatif dari persatuan Anies dan PDIP. Dia menilai akan ada peluang keduanya kehilangan basis pemilih loyal, baik di Jakarta atau di jaringan relawan nasional.
"Peleburan itu juga berpeluang pada melemahnya basis pemilih loyal masing-masing, baik di DKI Jakarta maupun di jaringan relawan nasional, yang selama ini terkonsolidasi oleh sentimen ideologis yg kuat. Selain itu, jika Anies mendapat dukungan PDIP, ia masih harus bisa memastikan mendapatkan dukungan 1 partai politik lagi. Di sisi lain, partai-partai Koalisi Perubahan di Pemilu 2024 telah mengalami faksionalisme dan tengah melakukan penjajagan untuk masuk ke pemerintahan Prabowo-Gibran, yang besar kemungkinan berdampak pada baku atur komposisi koalisi Pilkada DKI Jakarta," jelas dia.
Atas dasar plus minus itu lah, dia melihat persatuan Anies dan PDIP masih terlalu dini.
"Artinya, wacana menyatunya entitas Anies dan PDIP di Pilkada Jakarta masih terlalu dini. Belum ada indikasi lanjutan yang lebih kuat yang memungkinkan konsolidasi politik itu terjadi," imbuh dia.
Anies dan PDIP Saling Puji 'Menarik'
Sebelumnya diberitakan, PDIP dan Anies Baswedan saling melempar pujian terkait peluang dalam Pilkada Jakarta 2024. Keduanya saling menunjukkan ketertarikan.
Awal mula saling lempar pujian ini dimulai dari Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Saat itu, Puan berbicara terkait peluang mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk diusung dalam Pilkada Jakarta. Puan mengatakan Anies cukup menarik.
Hal itu disampaikan Puan saat menjawab terkait nama Anies turut diperhitungkan atau tidak untuk diusung PDIP dalam Pilkada Jakarta.
"Menarik juga Pak Anies," kata Puan di kompleks parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (4/6).
Anies Baswedan ternyata menjawab pernyataan Puan Maharani. Dia akan melihat situasi terlebih dahulu sebelum mengambil kesimpulan.
"PDIP juga menarik, jadi sambil kita lihat hari-hari ini, mudah-mudahan sampai pada kesimpulan," kata Anies, kepada wartawan, di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Jumat (7/6).
Sumber: Detik