POLITIK

Pengamat Nilai Duet Anies-Sohibul di Pilgub Jakarta Berpotensi Bubar di Tengah Jalan, Ini Sebabnya Reporter Sultan Abdurrahman Editor

DEMOCRAZY.ID
Juni 28, 2024
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Pengamat Nilai Duet Anies-Sohibul di Pilgub Jakarta Berpotensi Bubar di Tengah Jalan, Ini Sebabnya Reporter Sultan Abdurrahman Editor

Pengamat Nilai Duet Anies-Sohibul di Pilgub Jakarta Berpotensi Bubar di Tengah Jalan, Ini Sebabnya Reporter  Sultan Abdurrahman  Editor


DEMOCRAZY.ID - Rektor Universitas Paramadina Didik Junaidi Rachbini menilai pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta, Anies Baswedan-Sohibul Iman, berpeluang tak jadi maju bersama di Pilkada Jakarta 2024. 


Didik menilai duet dua tokoh yang juga mantan rektor Paramadina itu akan sulit menemukan partai-partai lain untuk berkoalisi di Pilgub akhir tahun nanti.


Diketahui, duet tersebut diajukan oleh Partai Keadilan Sejahtera atau PKS pemenang Pileg DPRD di Jakarta pada 2024. 


Sohibul Iman adalah kader PKS, sementara Anies tidak bergabung dengan partai manapun. Anies sebelumnya adalah Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 dan pernah ikut serta di Pilpres 2024.


Menurut Didik, Anies sebagai seorang petahana adalah sosok yang memiliki daya jual dan elektabilitas paling tinggi di Jakarta. 


Dia menyebut PKS kemudian telah bergerak cepat untuk mengumumkan Anies akan berpasangan dengan kadernya.


PKS, kata Didik, mendahului Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai NasDem yang sebelumnya juga sudah menyampaikan keinginan untuk mengusung Anies. 


Proses pemasangan Anies dengan Sohibul pun dia sebut tidak melalui diskusi dengan partai-partai lain.


Maka dari itu, Didik menilai duet Anies-Sohibul berpotensi gagal. 


“Karena tidak merupakan hasil musyawarah, maka beberapa pihak analis menyatakan pasangan Aman (Anies Baswedan – Sohibul Iman) ini tidak aman,” kata Didik dalam keterangan tertulis pada Jumat, 28 Juni 2024.


Namun, Didik menilai calon-calon yang diajukan namanya di Pilkada akan terus berubah hingga penetapan pasangan calon oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 27 Agustus mendatang.


“Masih bisa berubah total terbalik dari rencana semula. Ini ciri politik Indonesia yang sama sekali tidak memiliki ideologi apa pun, kecuali transaksional belaka,” ujar Didik.


Didik menyebut PKS memang paling sukses di Pileg Jakarta pada Pemilu 2024 lalu. 


Tetapi, dia mengingatkan bahwa perolehan kursi partai tersebut masih belum memenuhi ambang batas pencalonan kepala daerah. “Sehingga memerlukan kawan partai lain,” ucap dia. 


Didik menilai partai-partai lain tidak akan tinggal diam. Sebabnya, mereka masih ingin mengusung Anies sebagai calon gubernur di Pilkada Jakarta 2024. 


Didik berujar pengumuman sepihak yang dilakukan PKS bisa menjadi bumerang bagi pasangan Anies-Sohibul ketika lobi-lobi lanjutan terjadi.


“Pasangan Aman bisa bubar karena proses lobi yang intensif, atraktif bahkan liar tetapi Anies akan menjadi rebutan sehingga menjadi calon paling potensial jadi,” kata Didik.


Secara pribadi, Didik juga mengatakan Pilkada 2024 penting bagi Anies. Khususnya untuk menyiapkan diri jika ingin maju kembali di Pilpres 2029. 


“Jika mundur dari politik sudah pasti namanya lenyap dari peredaran, seperi Wiranto, Agum Gumelar, Hatta Rajasa, dan lain-lain,” ujar dia.


Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal PKB Syaiful Huda, menilai deklarasi pasangan calon Anies Baswedan dan Sohibul Iman untuk maju di Pemilihan Gubernur Jakarta merupakan langkah blunder PKS. 


Dia berpendapat, deklarasi pasangan itu dapat dianggap menutup kesempatan berkoalisi dengan partai lain.


"Di mata saya sih blunder. Komunikasi politik yang semacam ini akan menutup pintu partai-partai lain untuk bisa bermitra dalam poros koalisi ini," kata Syaiful di Gedung DPR, Rabu, 20 Juni 2024.


Sumber: Tempo

Penulis blog