DEMOCRAZY.ID - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali diterpa isu politik dinasti lantaran keluarganya masuk dalam jajaran petinggi di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Bukan hanya keluarga, sejumlah pendukung presiden terpilih Prabowo Subianto yang berpasangan dengan putranya juga ditempatkan di jajaran petinggi BUMN, mengulangi praktik yang kerap terjadi pada dua periode pemerintahannya. Pengamat dan aktivis menilai, “politik balas budi” semacam ini bisa merongrong kinerja BUMN dan akhirnya merugikan negara. Belakangan, publik ramai mempertanyakan penunjukan sejumlah pendukung Prabowo dan orang-orang dekat Presiden Jokowi sebagai komisaris dan direktur berbagai BUMN. Pengamat menilai ada indikasi penyalahgunaan kekuasaan dari praktik “bagi-bagi jabatan” ini, sementara aktivis menyerukan agar BUMN tidak sekadar menjadi “sapi perah” penopang rezim. Direktur Kebijakan Publik Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Wahyudi Askar menilai ketika kerabat atau orang-oran
Nepotisme Kian Mengkhawatirkan, Kerabat dan Tim Pemenangan Anaknya Merambah Petinggi BUMN
Juni 15, 2024
0
Komentar
DEMOCRAZY.ID - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali diterpa isu politik dinasti lantaran keluarganya masuk dalam jajaran petinggi di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Bukan hanya keluarga, sejumlah pendukung presiden terpilih Prabowo Subianto yang berpasangan dengan putranya juga ditempatkan di jajaran petinggi BUMN, mengulangi praktik yang kerap terjadi pada dua periode pemerintahannya. Pengamat dan aktivis menilai, “politik balas budi” semacam ini bisa merongrong kinerja BUMN dan akhirnya merugikan negara. Belakangan, publik ramai mempertanyakan penunjukan sejumlah pendukung Prabowo dan orang-orang dekat Presiden Jokowi sebagai komisaris dan direktur berbagai BUMN. Pengamat menilai ada indikasi penyalahgunaan kekuasaan dari praktik “bagi-bagi jabatan” ini, sementara aktivis menyerukan agar BUMN tidak sekadar menjadi “sapi perah” penopang rezim. Direktur Kebijakan Publik Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Wahyudi Askar menilai ketika kerabat atau orang-oran