DEMOCRAZY.ID - Gerakan Block Out 2024 kini menggema di dunia. Ini menjadi senjata baru untuk melawan serangan Israel di Gaza.
Block Out 2024 menyasar para selebriti yang bungkam mengenai krisis yang tengah terjadi di tanah Palestina.
Para penggemar marah dan menggunakan "guillotine digital" untuk memblokir para pesohor itu, baik di media sosial dan platform streaming.
Mengutip AFP, ini dimulai di TikTok sebagai respons tak empatinya pagelaran fesyen Met Gala yang glamor dengan kenyataan suram konflik Israel-Hamas.
Sebenarnya, selama berbulan-bulan, aktivis pro-Palestina sudah membanjiri kolom komentar di situs media sosial para bintang, mendesak orang-orang masyur itu untuk ikut menyerukan gencatan senjata dalam perang paling mematikan yang telah memakan korban 34.000 lebih orang.
Namun tetap terselenggaranya Met Gala yang minggu lalu menggelitik banyak orang. Ini seolah memperlihatkan ketidakpedulian bangsawan ke masyarakat miskin.
Seorang influencer bernama Haley Kalil memosting di TikTok konten lip-sync berbunyi "Qu'ils mangent de la brioche".
Ini sebuah ungkapan yang terkenal dan dikaitkan dengan Ratu Prancis Marie Antoinette di jaman revolusi terjadi.
Ungkapan itu diketahui memiliki arti "biarkan mereka memakan kue". Pernyataan ini dikeluarkan sang ratu ketika ia mengetahui bencana kekurangan para petani perancis waktu itu, bermakna ketidakpedulian kerajaan akan kesengsaraan dan olok-olok pada kemampuan finansial petani miskin.
"Sudah waktunya bagi rakyat untuk melakukan apa yang saya sebut guillotine digital, jika Anda mau," kata seorang influencer lain di TikTok ladyfromtheoutside, yang memulai gerakan ini, merujuk pada alat eksekusi yang digunakan selama Revolusi Perancis, dikutip Selasa (14/5/2024).
"Buang nilai-nilai kita, apa yang kamu suka, komentar kamu dan uang kita," ujarnya lagi.
Pesan ini dianggap sebagai seruan bagi gerakan pro-Palestina. Ini menjadi awal boikot baru dilakukan.
Bagaimana dampaknya?
Diketahui sejumlah artis telah menjadi sasaran Block Out 2024. Mengutip analisis Social Blade misalnya, bintang reality show Kim Kardashian telah kehilangan ratusan ribu pengikut Instagram dalam beberapa hari terakhir.
Superstar musik global Taylor Swift, yang memilih untuk fokus pada Eras Tour-nya daripada tampil di acara tersebut, juga mengalami penurunan. Setidaknya pengikutnya di medsos berkurang 200.000.
"Ini soal kehidupan dan keadilan," kata seorang pengguna TikTok yang menggambarkan dirinya sebagai "Swiftie Palestina" dan mengatakan sudah waktunya untuk memblokir, berhenti mengikuti dan berhenti streaming idolanya.
"Jika dia bisa menggalang kita semua untuk memilih, dia punya kekuatan untuk berbicara tentang ketidakadilan," katanya dimuat AFP.
Sebenarnya banyak yang sinis pada gerakan ini. Kerugian disebut mungkin hanya terjadi dalam waktu singkat.
"Kadang-kadang orang membuat keputusan berdasarkan respons emosional terhadap suatu isu dan memutuskan bahwa jika seorang selebriti tidak berada di pihak yang sama... mereka tidak ingin mengikuti mereka lagi, tapi itu butuh waktu sebentar," kata seorang profesor di Universitas Essex yang mempelajari aktivisme selebriti, Natasha Lindstaedt.
Ia mengatakan fenomena ini dikenal di kalangan akademisi sebagai "slacktivism".
Ini merujuk ke menggantikan tindakan online yang berisiko rendah seperti memosting meme atau menyukai postingan, atau memilih untuk berhenti mengikuti bintang favorit, akibat dengan keterlibatan politik penting.
"Daripada memberikan tanggapan, para selebriti mungkin akan lebih bijaksana untuk menunggu reaksi balik, terutama mengingat sifat sensitif dari konflik Gaza, yang telah terbukti berbahaya bagi banyak bintang," tambahnya.
Menurut David Jackson, seorang profesor di Bowling Green State University, posisi politik yang diambil oleh para bintang mempengaruhi peringkat persetujuan penggemarnya.
Menurutnya ada sejarah keterlibatan selebriti dalam politik sejak ratusan tahun atau lebih di Amerika Serikat (AS) khususnya.
Namun dengan munculnya media sosial, semakin mudah bagi orang-orang untuk mengembangkan hubungan "parasosial" dengan para bintang. Ini pada dasarnya adalah hubungan satu arah yang bersifat timbal balik.
"Anda mempunyai jaringan orang-orang yang diikuti... beberapa adalah orang-orang yang Anda kenal dan beberapa dari mereka adalah selebriti," kata Jackson.
Ia kemudian menghubungkannya dengan kedekatan yang palsu. Ini membuat perasaan pengkhianatan semakin akut ketika selebriti mengambil posisi yang tidak disetujui penggemar.
Di AS contohnya, ketika rapper Lizzo mempromosikan penggalangan dana untuk membantu seorang dokter Gaza dan keluarganya meninggalkan wilayah Palestina yang terkepung, dia dikritik oleh banyak orang karena tindakannya.
Sementara itu, aktris pemenang Oscar Susan Sarandon dikeluarkan dari agensi bakatnya UTA setelah berbicara pada rapat umum pro-Palestina pada bulan November.
Sumber: CNBC