DEMOCRAZY.ID - Salah satu peristiwa bersejarah di Indonesia adalah hancurnya rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden RI kedua, Soeharto, pada tahun 1998. Pada saat itu ramai mahasiswa yang turun ke jalan untuk melakukan aksi demonstrasi.
Sebelum aksi mahasiswa 1998 yang menyebabkan runtuhnya rezim Orde Baru Soeharto, diketahui sempat ada pergerakan dari ‘Pasukan Ibu-ibu.’ Pergerakan tersebut seolah dilupakan atau terlupakan?.
Pada zaman Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto, para istri atau ibu-ibu didesain sebagai sosok wanita yang patuh dan pendiam.
Meski dibuatkan organisasi khusus, namun peran wanita pada zaman itu tidak dianggap dalam dunia politik.
Mungkin yang ada di benak masyarakat saat ini adalah, mahasiswa dianggap sebagai simbol Reformasi 1998.
Itu tidak salah dan juga tidak sepenuhnya benar, sebab ada sejarah yang mungkin terlupakan, diukir oleh Suara Ibu Peduli (SIP).
“Berkat Suara Ibu Peduli (SIP), ibu-ibu menjadi heroik bahkan turut “bertempur” dan bertekad menjatuhkan Soeharto,” tulis kutipan di Instagram Historiadotid, Jumat 24 Mei 2024.
Ide ibu-ibu lakukan aksi demonstrasi sudah muncul pada November tahun 1997. Ide tersebut ada dari sebuah perbincangan bersama Gadis Arivia, Nur Iman Subono, Karlina Supelli dan pemuda asal Korea, Eun Sook.
Pertemuan ibu-ibu tersebut diadakan di kantor Yayasan Jurnal Perempuan. Tempat tersebut dinilai sangat aman dari endusan aparat keamanan pada masa itu. Selain itu, pertemuan ibu-ibu juga diberi kode khusus atau istilah nama “Pertemuan Aerobik”.
Mungkin muncul pertanyaan di benak pembaca, mengapa dinamakan gerakan ibu? Alasannya adalah, kala itu pemerintah cenderung simpatik pada kegiatan ibu-ibu seperti Dharma Wanita dan PKK.
Gerakan Ibu menjadi trik untuk mengelabui penguasa supaya para ibu dapat bersuara dan didengar oleh rezim Orde Baru yang kala itu menekan suara perempuan.
Salah satu aksi yang diteriakan lantang pada aksi itu adalah “Turunkan Harga Susu” di Bundaran HI, sebagai bentuk protes dampak krisis ekonomi di rezim Orde Baru Soeharto yang sangat mencekik.
Suara Ibu Peduli juga sempat membuka bazar susu murah. Dana yang terkumpul dari penjualan cukup besar, yakni senilai Rp 1 miliar. Dana tersebutlah yang digunakan untuk kebutuhan logistik para mahasiswa pendemo.
SIP menyalurkan 70.576 nasi (bungkus) padang, 1.947 kardus air mineral, 2.811 kardus makanan ringan, dan juga obat-obatan. Nasi bungkus disalurkan untuk mahasiswa sehari tiga kali.
Selain itu ada juga ibu-ibu yang bertugas untuk mengolah bahan mentah (memasak) dan berbelanja, lalu diantarkan ke gedung DPR dan dibagikan ke para mahasiswa yang sedang melakukan aksi demo untuk menggulingkan rezim Orde Baru Soeharto.
Sumber: HOPS