DEMOCRAZY.ID - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mencapai sebuah titik temu dengan metode genosida yang dinilainya akan membuat Hitler iri.
“Netanyahu telah mencapai tingkat yang membuat Hitler iri dengan metode genosidanya. Kita berbicara tentang Israel yang menyasar ambulans, menyerang titik distribusi makanan, dan menembaki konvoi bantuan,” kata Erdogan kepada surat kabar Yunani, Kathimerini, dalam sebuah wawancara, Minggu (12/4/2024).
Presiden Turki itu mempertanyakan bagaimana mungkin bisa menyaksikan apa yang telah dilakukan Israel terhadap rakyat Gaza selama berbulan-bulan dan menganggap tindakan Israel untuk membom rumah sakit dapat dibenarkan.
Masih membandingkan dengan Hitler, Erdogan menyebut Israel juga membunuh anak-anak, menindas warga sipil, dan membuat orang-orang yang tidak bersalah kelaparan, kehausan, dan kekurangan obat-obatan dalam berbagai bentuk alasan.
“Apa yang dilakukan Hitler di masa lalu? Dia menindas dan membunuh orang-orang di kamp konsentrasi,” ucapnya.
Lebih lanjut, Erdogan menuturkan bahwa wilayah Jalur Gaza berubah menjadi 'penjara terbuka' tidak hanya setelah 7 Oktober 2023, tapi juga selama bertahun-tahun sebelumnya.
“Bukankah orang-orang di sana dikurung dalam sumber daya yang terbatas selama bertahun-tahun, hampir seperti kamp konsentrasi? Siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan massal paling brutal dan sistematis di Gaza setelah 7 Oktober?” tuturnya.
Erdogan menekankan hak dan kebebasan masyarakat Gaza, terutama hak untuk hidup, telah dilanggar.
Perlawanan Palestina, kata dia, tidak akan diperlukan jika terdapat negara Palestina yang berdaulat, merdeka, dan terintegrasi secara geografis, sesuai dengan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
“Kami membela hak-hak mereka. Kami membela perdamaian. Israel, sebaliknya, terus melanggar resolusi PBB, hukum internasional, dan hak asasi manusia secara sembrono,” tegasnya.
Erdogan menambahkan bahwa kelompok Palestina menyetujui perjanjian gencatan senjata, namun Israel tidak menginginkan gencatan senjata karena ingin menduduki seluruh wilayah Gaza tersebut.
Di Tengah Serangan Brutal Israel, Korban Tewas di Gaza Tembus Angka 35 Ribu
Korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 telah melonjak menjadi 35.034 orang, kata Kementerian Kesehatan di wilayah kantong yang terkepung itu, Minggu (12/5/2024).
Setidaknya 78.755 orang lainnya terluka dalam serangan gencar itu, menurut kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.
"Serangan Israel menewaskan 63 orang dan melukai 114 lainnya dalam 24 jam terakhir," kata pernyataan itu.
"Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka," tambahnya.
Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang.
Tel Aviv juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza yang menyebabkan penduduknya, terutama penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.
Lebih dari tujuh bulan konflik terjadi, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade yang melumpuhkan makanan, air bersih dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ). Keputusan sementara ICJ pada Januari mengatakan "masuk akal" bahwa Tel Aviv melakukan genosida di Gaza.
ICJ memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan tersebut dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
Afrika Selatan pada Jumat (10/5) meminta ICJ untuk memerintahkan Israel menarik diri dari kota Rafah, tempat lebih dari 1,5 juta pengungsi mendapat perlindungan, sebagai bagian dari tindakan darurat tambahan sehubungan dengan perang tersebut.
Sumber: Inilah